Quantcast
Channel: kim-jongin « WordPress.com Tag Feed
Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

Waiting for You [5]

$
0
0

Waiting for You

 

Cast: Jung Soojung, Kim Jongin

Other Cast: Son Seunghwan, Kang Minhyuk, Oh Sehun, Do Kyungsoo &Park Chanyeol

Chaptered | Romance, Friendship | G

.

.

.

 [5]

 

“Soojung, kenalkan ini Oh Sehun. Temannya Chanyeol.”

Seunghwan memperkenalkan seorang lelaki berkulit putih dengan setelan jas rapi yang duduk di hadapan Soojung.

“Dan Sehun, ini Jung Soojung. Teman sekantor Seunghwan.”

Giliran Chanyeol yang memperkenalkan diri Soojung. Membuat lelaki bernama Oh Sehun itu menatap Soojung dengan pandangan menilai.

“Dia—“ Sehun mengerutkan kening. Tampak mengingat wajah Soojung yang serasa tidak asing. “—dia yang menabrakku waktu itu? Yang kata kalian mau diperkenalkan kepadaku?”

 Soojung ikut mengerutkan keningnya. Mencoba mengingat pertemuan yang dimaksud oleh Sehun. Gadis itu memang ingat jika Seunghwan berniat mengenalkan dirinya dengan salah seorang teman Chanyeol. Hanya saja acara itu gagal karena ajakan Jongin untuk makan siang bersama.

“Benar sekali,” Seunghwan mengangguk dengan senyum penuh arti. “Saat itu gagal karena ada halangan tidak penting.” Soojung menyikut Seunghwan saat mengatakan hal itu. Bagaimana bisa ajakan makan siang Jongin disebut halangan tidak penting? Jelas itu penting sekali, setidaknya menurut Soojung.

“Aku sudah mengatakan padamu kan, Chanyeol? Aku tidak suka dikenal-kenalkan seperti ini.”

Soojung mengangguk setuju. Itu juga yang ingin disuarakannya kepada Seunghwan. Soojung merasa terjebak dengan situasi saat ini. Tadi Seunghwan hanya mengajaknya makan siang, gadis itu tidak menyebutkan soal perkenalan dengan teman Chanyeol. Jika saja Soojung tahu, pasti dia akan menolak dengan tegas. ‘Kan Soojung sudah mengatakan kepada Seunghwan kalau dia akan menunggu Jongin sampai putus dari Seulgi. Soojung akan konsisten dengan keputusannya.

“Hanya berkenalan apa salahnya?” Chanyeol bertanya dengan sebelah alis terangkat. “Kami tidak memaksa kalian untuk berhubungan lebih jauh. Kami hanya mengenalkan kalian kalau tertarik dan saling cocok, yah dilanjutkan sendiri.”

Perkataan dari Chanyeol sukses membungkam Sehun. Lelaki berkulit putih itu tidak bisa lagi membalas perkataan Chanyeol, karena merasa apa yang dikatakan temannya itu benar. Ini hanya sekadar berkenalan. Chanyeol tidak pernah menyebut soal menjodoh-jodohkan. Entah mengapa mengetahui fakta ini membuat Sehun merasa dibodohi oleh seorang Park Chanyeol.

“Jadi, tidak ada masalah lagi, bukan?” tanya Seunghwan sembari menatap Soojung dan Sehun bergantian. “Kalau begitu, ayo lanjutkan makan siangnya. Aku sudah kelaparan.”

Tidak ada yang bisa Soojung dan Sehun lakukan selain mengikuti apa kata Seunghwan. Mereka masih punya image yang harus dijaga, sehingga tidak bisa begitu saja kabur dari restoran tempat mereka berada. Alasan lain selain image adalah karena mereka lapar. Bisa saja Soojung dan Sehun mencari tempat makan lain untuk mengatasi rasa lapar mereka. Namun, mengingat waktu istirahat makan siang mereka sudah hampir habis, tidak mungkin lagi untuk mereka mencari tempat lain.

Suasana hening mengiringi santap siang mereka. Baik Sehun maupun Soojung, tidak ada yang memulai obrolan. Yang mereka lakukan hanya sesekali menanggapi pertanyaan Senghwan dan Chanyeol tanpa minat. Membuat sepasang kekasih itu melenguh kecewa. Mungkinkah keputusan mereka memperkenalkan kedua temannya ini adalah keputusan yang salah? Mereka tidak tahu. Yang pasti niat mereka sudah baik. Untuk apa yang terjadi ke depan, lihat nanti saja.

O0O

Menurut Soojung, hari ini termasuk hari tersialnya. Setelah masuk ke dalam perangkap Seunghwan hingga diperkenalkan dengan sosok nan dingin bernama Oh Sehun, Soojung harus menghadapi satu masalah yang dianggap dirinya sudah tutup buku. Kang Minhyuk, lelaki yang ingin dihindarinya malah muncul di hadapannya tanpa pemberitahuan apapun.

“Kau di sini Minhyuk-ssi?”

Seunghwan melebarkan bola matanya saat mengetahui bahwa seseorang yang tengah menunggu Soojung di lobby kantor adalah Kang Minhyuk. Karena sudah mendengar banyak cerita mengenai Kang Minhyuk, secara otomatis Seunghwan mengamati lelaki ini baik-baik. Mengamati dari ujung rambut sampai ujung kaki, tanpa cela. Benar kata Soojung, dia lelaki yang cukup tampan dan terlihat mapan. Jika saja Soojung itu gadis normal, pasti akan tertarik dengan yang namanya Kang Minhyuk.

Sayangnya, Soojung bukan gadis normal karena rela menunggu kekasih orang sampai dia-nya putus.

“Aku berniat mengajakmu makan siang, tetapi sepertinya aku terlambat. Mau bagaimana lagi, aku mengurus pasienku dulu sebelum ke sini.”

“Oh, maaf sekali Minhyuk-ssi. Coba kau menghubungiku lebih dulu, aku akan menunggumu dan kita bisa makan siang bersama,” balas Soojung dengan nada kecewa yang dibuat-buat. Padahal dalam hati gadis itu bersorak riang

“Ya sudah, mungkin lain kali—“

“Tidak perlu memaksakan dirimu,” Soojung menyela dengan cepat. Tadi dia hanya sekadar berbasa-basi, bukan sungguh-sungguh kecewa. “Jangan memaksakan dirimu untuk makan siang denganku. Pasienmu jauh lebih penting.”

Senghwan mengulum bibirnya menahan tawa. Soojung jelas sekali menunjukkan ketidaktertarikan dengan yang namanya Kang Minhyuk, tetapi lelaki itu sama sekali tidak mengerti. Dari sorot matanya malah tampak lelaki itu merasa diterima. Membuatnya semakin berharap pada sosok Soojung.

“Kau pengertian sekali. Aku jadi semakin menyuka—“

“Ehhem ….”

Soojung benar-benar berterimakasih sekali pada Pak Choi dan dehamanya. Bosnya itu berhasil menggagalkan misi Kang Minhyuk untuk mengungkapkan perasaannya kepada Soojung. Setidaknya dengan ini Soojung mampu mengelak tanpa menyakiti hati sepupu Kang Seulgi itu.

“Kenapa masih di sini? Bukankah jam makan siang sudah habis?” tanya Pak Choi sembari melayangkan tatapannya yang begitu tajam dan sedikit mematikan. Sebenarnya, Soojung penasaran dengan kedatangan tiba-tiba si bos. Akan tetapi, semua rasa penasarannya diabaikan begitu saja. Soojung lebih fokus melepaskan diri dari Kang Minhyuk.

“Baik, Pak. Kami akan segera kembali,” tukasku segera. “Maaf, Minhyuk-ssi. Kami harus kembali bekerja. Sampai jumpa lain waktu,” ujar Soojung dengan menambahkan ungkapan—semoga tidak ada lain kali—di dalam hati.

Kang Minhyuk tidak dapat berbuat banyak, kecuali segera beranjak dari sana. Dengan raut muka kecewa lelaki itu berpamitan kepada Soojung dan Seunghwan, tetapi tidak kepada Pak Choi. Karena bagi Minhyuk lelaki bermarga Choi itu sudah mengusirnya dengan tidak hormat.

“Sudah saya katakan, untuk tidak berpacaran di kantor,” ujar Minho setelah sosok Minhyuk menjauh dari pandangannya.

“Tapi Pak, itu bukan pacar saya.”

Pak Choi mengerjap beberapa kali. Mulutnya membulat seolah mengatakan “o” yang panjang sekali. “Bu-bukan pacar?”

Soojung mengangguk pasti, tanpa ragu. Membuat Pak Choi segera memalingkan mukanya yang memerah. “Syukurlah.”

“Apa?”

“Maaf, maksudnya,” lelaki itu buru-buru meralat gumaman tidak pentingnya. Menimbulkan beberapa kerutan di dahi Soojung. “Maaf sudah menuduhmu yang bukan-bukan,” ujarnya sebelum meninggalkan Soojung dan Seunghwan.

“Sudah kuduga dia tertarik padamu,” ujar Senghwan sembari menyeringai jahil. “Lihat wajah leganya saat tahu kalau Minhyuk bukan pacarmu.”

“Jangan mengada-ada, Seunghwan. Lagipula mau tertarik denganku atau tidak, itu bukan urusanku. Aku sudah memutuskan untuk menunggu Jongin.”

Seunghwan mengedikkan bahunya acuh tak acuh. “Terserah padamu saja, Jung. Yang jelas jangan jadi bodoh dengan menolak cinta yang datang hanya untuk menunggu satu cinta yang tidak pasti.”

Soojung terpaku ditempat setelah mendengarkan perkataan Seunghwan yang begitu mengusiknya. Jauh di dalam lubuk hatinya, Soojung tengah bertanya kepada dirinya sendiri. Apakah dia sebodoh itu?

O0O

Bagaimana bisa kau mengatakan tidak tahu, Jong?

Jongin memijat pangkal hidungnya pelan. Pekerjaannya masih menumpuk karena beberapa waktu terakhir ini dirinya memegang proyek besar yang menjanjikan. Belum selesai mengurusi pekerjaannya, Jongin malah diusik dengan Soojung dan masalah perjodohannya.

“Aku benar-benar tidak tahu, Jung,” Jongin mencoba bersikap lebih sabar. Menghadapi api tidak akan bisa dengan api. Harus dengan air yang meredakan. “Aku sudah mengatakan pada Minhyuk dan Seulgi kalau kau tidak tertarik dengan Minhyuk. Tapi lelaki itu kelihatannya tidak mau mendengar. Buktinya masih mendekatimu.”

Terdengar dengusan dari seberang telepon, membuktikan bahwa Soojung benar-benar merasa kesal dan terganggu akibat ulah Kang Minhyuk. Jongin tidak berbohong saat menyebutkan bahwa dirinya tidak tahu-menahu soal Minhyuk yang masih bersikeras mendekati Soojung. Lelaki itu jelas sudah memperingatkan Minhyuk, tetapi nampaknya tidak mempan meski Jongin melakukannya berulang kali.

Pokoknya aku tidak mau tahu. Kamu harus tanggung jawab. Buat dia tidak mendekatiku lagi. Titik!

“Jung—“

Tuuuut ….

“Sial!”

Jongin mengusap wajahnya kasar selepas melempar ponsel secara asal ke meja kerjanya. Lelaki itu lantas mengacak rambutnya sembarangan. Ingin sekali dirinya mengacak-ngacak sekalian otaknya agar tidak kembali dipusingkan dengan berbagai masalah yang ada. Belum soal Seulgi, belum soal pekerjaan, ditambah soal perjodohan Soojung dengan Kang Minhyuk. Ingin rasanya Jongin menenggelamkan diri, kalau perlu kabur—lari dari masalah.

Namun, lari dari masalah bukan gaya Kim Jongin. Dia bukan pengecut, perlu digarisbawahi.

“Kenapa Jong? Muka seperti belum disetrika.”

Jongin menoleh ke arah Kyungsoo yang baru saja kembali ke kubikalnya, tepat di sebelah kubikal Jongin. Lelaki itu menyesap sedikit kopinya sebelum kembali berkutat dengan komputernya, seolah mengabaikan Jongin beserta jawaban lelaki itu atas pertanyaan Kyungsoo. Toh, Kyungsoo tidak terlalu penasaran. Pertanyaan tadi diajukan olehnya atas dasar rasa simpati, sekadar basa-basi tanpa arti sama sekali.

“Eh, Kyung. Pernah tidak cintanya ditolak?”

Do Kyungsoo, lelaki bermata bulat yang tengah fokus dengan komputernya mengerjap sebentar. Dengan tampang yang kelewat datar, lelaki itu menoleh ke arah Jongin. “Kenapa tanya-tanya?”

“Cuma tanya saja, kok. Tidak boleh?”

Kyungsoo mendengus sebentar. Dia sebenarnya paling anti dengan yang namanya diganggu saat bekerja. Apalagi kalau diganggu dengan pertanyaan-pertanyaan konyol tidak berarti. Akan tetapi, melihat wajah memelas Jongin membuat Kyungsoo merasa tidak tega. Sebaiknya dia jawab saja yang jujur. Semakin cepat menjawab, semakin cepat pula Jongin tidak mengganggunya lagi.

“Pernah. Ditolak dulu waktu zaman sekolah.”

Merasa tertarik, Jongin mencoba peruntungannya lagi dengan menanyakan hal yang lebih spesifik. “Alasan menolaknya bagaimana?”

Kyungsoo mengehentikan aktivitasnya. Bahkan mouse sudah tidak berada digenggamannya lagi. Dia pikir dengan mejawab pertanyaan Jongin yang tadi, lelaki itu tidak lagi bertanya. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya.  Sudah dikasih hati, Jongin masih saja minta jantung.

“Kenapa tanya yang seperti itu? Apa urusanmu?”

“Aku cuma tanya.”

“Yah, kenapa harus tanya?”

“Ini untuk Soojung.”

Kening Kyungsoo mengerut. Bohong jika Kyungsoo tidak mengenal Jung Soojung. Lelaki itu mengenal Soojung saat menjenguk Jongin ketika sakit akhir tahun lalu. Jongin memperkenalkan Soojung sebagai temannya sejak sekolah menengah. Sampai Kyungsoo sendiri tidak percaya ada yang bertahan hidup dengan Jongin selama itu. Mungkin Soojung pengecualian.

“Kenapa Soojung? Ditolak?”

“Bukan.”

“Lalu?”

“Dia didekati sepupunya Seulgi. Sepupunya Seulgi menyukainya, tetapi Soojung tidak suka. Aku sudah mengatakan padanya agar tidak usah berharap banyak dengan Soojung, tapi tidak mau dengar. Enaknya bagaimana?”

Kyungsoo tampak berpikir, terbukti dengan jemari yang berulangkali diketukkan di meja hingga menimbulkan ritme teratur. “Wajar, sih kalau sepupunya Seulgi ngotot. Soojung ‘kan cantik, tangkapan bagus.”

“Jangan salah fokus, Kyung.”

Kyungsoo meringis. Dia mengakui kalau Soojung itu cantik meski punya ekspresi yang terkesan dingin. Sebelumnya Kyungsoo bahkan sempat tertarik pada gadis itu. Akan tetapi, mengingat Soojung selalu menempel pada Jongin membuat Kyungsoo mengurungkan niat. Dia tidak tahan terlalu dekat dengan Jongin yang mengganggu, jadi akan sulit urusannya saat nantinya dia berhubungan dengan Jung Soojung. Bukannya semakin menghindari Jongin, malah semakin didekatkan.

“Bilang saja kalau Soojung sudah punya pacar. Urusan selesai.”

Jongin mengira jika Kyungsoo akan memberikan satu solusi luar biasa. Namun, ternyata tidak juga. Kalau bilang begitu sejak awal Minhyuk tidak akan mendekati Soojung. Sayangnya bagaimana bisa bilang begitu kalau Soojungnya sendiri tidak punya kekasih.

“Kenapa? Soojung tidak punya pacar?”

Jongin mengangguk.

“Aku masih lajang. Mau kok kalau dengan Soojung.”

“Kyung!”

“Bercanda, Jong.” Kyungsoo terkekeh karena reaksi spontan Jongin. “Galak sekali, seperti dirimu yang pacarnya Soojung saja.”

Jongin terdiam. Entah mengapa perkataan Kyungsoo cukup mengusiknya. Kalau bersikap galak terhadap seseorang yang mungkin mempermainkan hati Soojung, apa itu salah? Meski itu Kyungsoo yang paling alim sekalipun, Jongin sudah berniat berhati-hati untuuk menyerahkan Soojungnya—sahabatnya. Dia mau yang terbaik untuk Soojung, jadi siapapun yang ingin mendekati sahabatnya itu harus mendapatkan izin dari Jongin terlebih dahulu.

“Tinggal bilang Soojung punya pacar. Mau ada betulan atau tidak, jangan dipikirkan. Yang penting kan Soojung lepas dari sepupunya Seulgi dulu.”

Jongin mengerjap sebentar. Benar juga. Tinggal mengatakan kalau Soojung sudah punya kekasih, maka masalah selesai. Do Kyungsoo memang jenius. Jongin harus segera menyampaikan ide ini pada Soojung.

O0O

Minhyuk: Aku tidak percaya kalau kamu sudah punya pacar.

Sebenarnya pernyataan Kang Minhyuk sedikit menyinggung Soojung. Ketidakpercayaan Minhyuk seolah menyatakan bahwa Soojung itu tidak laku, tidak menarik, jadi tidak punya kekasih. Menyebalkan sekali maknanya.

Yang jelas, Soojung mengikuti saran Jongin semalam. Dia akan mengiyakan saja jika Minhyuk menanyakan soal status Soojung. Dan inilah yang harus dikonfirmasi, bahwa Soojung sudah memiliki kekasih—walau sebenarnya kekasihnya Soojung masih jadi kekasih orang lain.

Me: Terserah mau percaya atau tidak. Yang jelas aku benar-benar sudah punya kekasih. Jadi, tolong jangan menggangguku lagi.

 

Minhyuk: Kamu merasa terganggu?”

 

Me: Menurut kamu?

 

“Serius sekali membalas pesan calon pacar.”

Seunghwan meringis tanpa dosa saat diberi pelototan tajam oleh Soojung. “Sabar, Jung. Bercanda.”

“Tidak lucu,” dengus Soojung sembari membanting ponsel ke atas meja. “Ckks, dia masih saja ngotot mau mendekatiku. Katanya sebelum dia melihatku mengucap janji pernikahan, dia akan terus memperjuangkanku. Gila.”

Tawa Seunghwan mengalun begitu saja. “Yah, cinta memang gila,” ujar Seunghwan di sela-sela tawanya. “Kalau tidak gila, kamu tidak akan rela menunggui pacar orang, Jung.”

Sebuah dengusan kembali Soojung loloskan. Entah mengapa meski yang dikatakan Seunghwan ada benarnya, Soojung tidak mau membenarkannya. “Aku berbeda dengan Kang Minhyuk,” Soojung berusaha membela diri. “Aku cuma menunggu. Kalau Kang Minhyuk itu memaksa.”

“Menunggu sama saja seperti memaksa secara halus, Soojung sayang.” Untuk yang kali ini Soojung tidak mampu membantah sama sekali. Pikirannya buntu, dipenuhi dengan kekesalan akibat gangguan seorang Kang Minhyuk. Dia tidak mampu lagi memikirkan balasan untuk membantah semua perkataan Seunghwan.

“Tidak usah sok menasehatiku. Sebaiknya cari cara agar Minhyuk percaya kalau aku sudah ada yang punya.”

Kedua lengan disedekapkan di depan dada. Kening Seunghwan tampak mengerut, memikirkan siasat agar Minhyuk mempercayai mengenai Soojung yang telah memiliki kekasih. Satu-satunya cara agar Minhyuk percaya adalah dengan mencarikan Soojung seorang kekasih sungguhan. Akan tetapi, memangnya Soojung akan setuju dengan rencana itu?

“Soojung?”

Bukan hanya Soojung, perhatian Seunghwan pun teralihkan oleh kedatangan si bos besar—Pak Choi. Lelaki itu telah berdiri di depan meja Soojung dengan sebelah telapak tangan dijejalkan di saku celana. Tampak jelas jika lelaki itu berulang kali membasahi bibir tebalnya, seolah sedang ragu untuk mengatakan sesuatu kepada Jung Soojung.

“Ada rencana makan siang di mana?”

Sebelah alis Seunghwan terangkat. Dia memang telah menduga sejak lama jika bosnya ini menaruh hati pada Soojung, tetapi dia tidak menyangka saja jika Pak Choi seberani ini. Mungkin dia lebih berani karena merasa terusik oleh kehadiran Kang Minhyuk. Mungkin saja, bukan?

“Hmm, saya mau makan siang dengan—“

“Soojung tidak ada janji dengan siapapun, Pak.”

Seunghwan tidak peduli meski Soojung baru saja melayangkan tatapan tajam kepadanya. Masa bodoh, kalau Soojung tidak mau mengambil kesempatan, biarlah Seunghwan yang memberikan kesempatan itu secara cuma-cuma. “Kalau bapak mau mengajak Soojung makan siang silakan saja.”

“Sa-saya tidak bilang begi—“

“Oh, bukan mengajak Soojung makan siang?” Sungguh rasanya Soojung ingin menyumpal mulut Seunghwan yang tidak bisa diam. Andai saja tidak ada Pak Choi di sini, maka matilah Seunghwan.

“Kalau begitu Soojung,” Seunghwan menatap Soojung dengan sesekali mencuri pandang, melihat ekspresi si bos. “Kamu terima saja tawaran Kang Minhyuk untuk makan siang.”

“Eh, tidak usah. Kamu makan siang dengan saya saja,” Pak Choi menyela dengan cepat. “Ini perintah.”

Setelah mengatakan sesuatu seperti tadi, Pak Choi terburu-buru kembali ke ruangannya. Meninggalkan Seunghwan dengan senyum kemenangannya, serta Soojung dengan segala kebingungannya. “Oke, kita pakai Pak Choi saja,” usul Seunghwan. “Sebenarnya aku lebih menyukai Sehun, tapi pak Choi pilihan yang tidak buruk.”

“Mau kamu apa, sih Seunghwan?”

“Sudah ku bilang mencarikanmu pacar.”

Soojung memutar bola matanya malas. “Sudah ku bilang kalau aku hanya mau Jongin.”

“Terserah, Jung,” ujar Seunghwan tidak mau tahu. “Kamu sekarang perlu seseroang untuk lepas dari Kang Minhyuk. Dan pilihan terbaik adalah dengan dekat dengan seseorang yang lain. Pak Choi contohnya.”

Soojung menggelengkan kepalanya tidak mengerti. Entah mengapa Soojung tidak terlalu menyukai ide Seunghwan yang satu ini. Dekat dengan lelaki lain selain Kim Jongin. Kok rasanya Soojung tidak rela?

O0O

“Hai, Soojung-ssi!”

Hal yang paling ingin Soojung lakukan saat melihat Kang Minhyuk di loby kantornya adalah memutilasi lelaki itu segera. Terlebih saat melihat senyum lebar terpatri menghiasi parasnya yang terbilang rupawan. Ingin sekali Soojung menyobek bibirnya.

“Sedang apa kau berada di sini, Minhyuk-ssi?”

“Mengajakmu makan siang.”

“Maaf, tapi aku sudah punya janji.” Senyum Soojung merekah begitu perlahan tarikan sudut bibir Kang Minhyuk mengendur. Mungkin Soojung tidak menyukai ide Seunghwan, tetapi ternyata ini berguna juga. Berterima kasihlah Soojung pada Seunghwan karena telah membuatkannya janji lebih dulu untuk makan siang dengan bos mereka.

“Makan siang dengan siapa? Pacar?”

“I-itu ….”

“Dengan saya. Kenapa?”

Rahang Minhyuk mengerat saat sosok yang tidak asing di matanya berdiri tepat di sebelah Soojung. Sorot mata lelaki itu cukup tajam, berniat mengintimidasi Minhyuk. Namun, Minhyuk tidak mau kalah. Dia pun membalas tatapan itu tidak kalah tajam dan mengintimidasi.

“Bukannya dia bosmu?” Minhyuk beralih menatap Soojung penasaran. “Dia juga pacarmu?”

“Pacar apa?”

Sial. Soojung belum sampai pada pembicaraan meminta Pak Choi untuk berpura-pura menjadi kekasihnya. Kalau sudah seperti ini, Soojung harus menjawab apa?

“Lho, dia bukan pacar kamu?”

“Pacar apa Soojung? Kamu sudah punya pacar?”

Kepala Soojung pening. Rasanya ingin sekali Soojung kabur. Ke manapun boleh, asal tidak lagi bertemu dulu dengan kedua lelaki ini. Pikiran Soojung benar-benar buntu. Dia tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan mereka.

.

.

.

“Kenapa aku harus ikut menjemput pacarmu, Park bodoh!”

Perhatian Soojung teralihkan oleh satu suara yang memekik cukup keras. Baru saja dua sosok yang dikenalinya memasuki gedung tempat dia bekerja. Dua sosok jangkung yang saling tarik-menarik lengan seperti anak kecil. Yang satu minta keluar dari gedung, yang satu memaksa memasuki gedung.

“Kan barangkali nanti kau bertemu dengan Soojung, Oh jelek.”

“Hei, perjanjian kemarin apa? Tidak ada jodoh-jodohan!”

“Diamlah. Ikuti saja aku.”

Sosok yang Soojung kenali sebagai Park Chanyeol sedikit bersusah payah menarik sahabatnya—Oh Sehun—untuk mengikutinya. Hingga Chanyeol bertemu pandang dengan Soojung, lelaki jangkung itu melambaikan sebelah tangannya yang tidak memegangi lengan Sehun. “Oh, Soojung!”

“Chanyeol, sedang apa di sini?”

“Kalau aku cari Seulgi,” ujar Chanyeol ketika sudah berdiri di hadapan Soojung, tepat membelakangi Minhyuk hingga lelaki itu mendecih kesal. “Kalau Sehun cari kamu.”

“Cari Soojung?”

Niat Sehun ingin mengomeli Chanyeol karena sembarangan bicara, tertahan karena tatapan penuh selidik dari dua orang lelaki yang tidak dikenalinya. Menangkap tatapan tidak bersahabat keduanya, membuat Sehun bergidik ngeri. Kenapa juga harus memelototi Sehun seperti itu?

“Kenapa cari Soojung?”

“Kamu siapanya Soojung?”

Secara berurutan Pak Choi dan Minhyuk mengajukan pertanyaan yang sama kepada Sehun. Membuat satu pemikiran mulai singgah di otak Soojung. Mungkin bukan keputusan bijak, tetapi tidak salah juga sedikit memanfaatkan kedatangan Oh Sehun.

“Oh, Sehun sayang!” Sehun berjengit ngeri ketika Soojung tiba-tiba saja menghampirinya. Lelaki itu baru saja ingin mendorong Soojung untuk menjauh sebelum kakinya diinjak oleh kaki gadis itu. Sial, ini sakit sekali.

“Kok, tidak bilang mau datang, hum?” Soojung memasang senyum terbaiknya, berbeda dengan Sehun yang tengah melebarkan kedua bola matanya sembari menahan sakit. Kakinya masih saja diinjak oleh Soojung. Dia tidak mampu berkutik karena kini Soojung tengah mengapit lengannya. Menyebalkan. “Oh, iya. Aku mau mengenalkanmu dengan seseorang.”

Dengan cepat Soojung menarik lengan Sehun hingga lelaki itu semakin dekat dengannya. “Kang Minhyuk-ssi, kenalkan ini Oh Sehun. Dia pacarku.”

.

.

.

TBC

 

Lama yaaaah.. maaf.. semoga masih ditunggu, yaaah.. makasih sudah membaca


Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

Trending Articles