Quantcast
Channel: kim-jongin « WordPress.com Tag Feed
Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

The Day After Tomorrow

$
0
0

scan_20160921_150212479_1
Author : lightmover0488

Cast : Byun Baekhyun, Kim Jongin, Park Yeolhee(OC), Han jaehyun(OC), Baby Byun

Support cast : Park Chanyeol, Do Kyungsoo, Kim Jongdae, Luhan, Yoon Yoorae (OC)

Genre : Marriage life, Family, Friendship, Romance, PG – 15

Length : ∞

Disclaimer : Copyright by Lightmover0488.

Prev One Fine Day ll Another Bad Day ll A Long Day 1 ll a Long Day 2
===

.

“Jadian? Kalian berdua sudah jadian???!!! Kapan!?”

Suara Kyungsoo menggelegar hebat pada sepasang anak manusia yang tengah duduk kikuk berdua di sofa sambil menunduk. Pemandangan itu tentu saja seperti keduanya tengah di sidang karena melakukan sebuah dosa besar.

“Sekitar..  2 bulan lalu??” Luhan– Pria super tampan dengan masih mengenakan jas kantoran berantakan menjawab pertanyaan Kyungsoo dengan wajah polos, “Ng.. Kami tidak saling mengatakan kalau kita jadian atau semacamnya… tapi, ng… Waktu itu Yoorae sedang mabuk–”

“Yaaa! Aku yang mabuk tapi kau yang mengajakku melakukannya!” Yoorae berseru dengan wajah pucat seraya menoleh pada Luhan

“Siapa bilang, kau yang menggodaku duluan–”

“Tetap saja kau yang menghamiliku ishh!!” Yoorae sebal sendiri lalu menatap wajah datar Kyungsoo, “Dia yang menghamiliku saat aku mabuk, bukankah dia pria brengsek?”

Eo..”

“Kyungsoo-ya!” Luhan langsung memprotes dengan hati dongkol, merasa menjadi Orang yang paling salah dalam hal ini.

“Aku tidak mau tau, Kau harus bertanggungjawab..” Ujar Kyungsoo pada Luhan yang langsung mendongak menatapnya

“Aku pasti akan bertanggungjawab, tapi tidak dalam waktu dekat ini…”

Wae?”

Kyungsoo bertanya dengan mata melotot seperti Ayah yang tengah melindungi putri tercintanya, membuat Yoorae menoleh lagi menatap wajah Luhan penuh harap. Ia baru ingat selama 2 bulan ini memang benar Luhan berperan sebagai kekasihmya. Dan itu adalah hal yang luar biasa dalam hidup Yoorae karena pada akhirnya cintanya terbalaskan selama bertahun – tahun ini, tapi tiba – tiba saja perasaan takut menyergapnya begitu saja ketika Luhan mengatakan tidak akan bertanggungjawab dalam waktu dekat ini. Yoorae takut Luhan akan pergi begitu saja darinya.
“Aku bahkan baru mempunyai pekerjaan, kau tau baba harus tau akan hal ini juga.. aku– belum terpikirkan akan mengatakan hal ini pada–” Luhan tergagap – gagap saat otaknya membayangkan sosok orang tuanya yang bahkan hanya sekali dalam setahun ia kunjungi ke cina itu. Luhan tau, Dia harus 100% mempersiapkan mentalnya demi mengatakan hal ini pada orang tuanya. Karena yeah, Babanya adalah seorang yang sangat keras dan sedikit menyeramkan…

“Ya.. lagipula Yoorae belum tentu hamil–”

Mwoya.. lihat saja wajahnya,” Kyungsoo bersihkeras memojokkan Luhan, “Cepat bawa dia ke rumah sakit,” Lanjutnya dengan mata lebar penuh pemaksaan yang hanya ditujukan pada Luhan. Namun pria bermata cemerlang dengan wajah kecil yang tampan itu tetap bergeming menatap Kyungsoo kosong sementara Yoorae sudah merunduk dalam menatap meja.

“Baiklah kalau kau tidak mau, Ayo aku antarkan kau ke Sejin..” Kyungsoo dengan gerakan cepat sontak mengangkat tubuhnya dari hadapan keduanya lalu menarik lengan Yoorae keluar apartemen.

+ The Day After Tomorrow +

“Yeolhee-ya..”
Yeolhee yang tengah meniup gelembung balon untuk Yuan dan Yeeun menoleh ke belakang karena suara seseorang memanggil namanya. Suara kekehan lucu si kembar pun perlahan hilang ketika Yeolhee tidak lagi memberikannya gelembung yang perlahan menghilang di sekitar mereka karena pecah.

Omona! Aku kira kau sudah lupa tempat ini, Yeol..” Yeolhee tersenyum selebar mungkin lalu berdiri dari rerumputan. Menatap kakaknya dengan mata berbinar bahagia penuh kerinduan,  “Tanganmu kenapa?”

Tanya Yeolhee merubah drastis wajahnya menjadi terkejut sebelum Chanyeol memeluknya sangat erat.

“Hanya cidera kecil mwehehhe..” Chanyeol sontak melambaikan tangannya pada Yuan dan Yeeun yang kini menatapnya serius. Tapi beberapa saat kemudian Yeeun merengek dengan merangkak menuju kaki Yeolhee.

Annyeong, Yeeun-ie.. Paman punya hadiah untukmu,” Chanyeol segera melepaskan pelukannya lalu menggendong Yeeun yang kini menatapnya polos sambil memilin – milin kedua tangannya, “Astaga sekarang kau berat sekali,” Chanyeol berhasil mencium pipi Yeeun lalu mengulanginya lagi– dan lagi sampai di bibir bayi itu beberapa kali, terus melanjutkannya sampai Yeeun menjerit jengah dan akhirnya menangis kencang karena ulah bibir Chanyeol.

Aish.. tidak bisakah kau membantuku sehari ini saja, Yeol..” Yeolhee terduduk di rumput lagi dengan menghela nafasnya lelah saat Yeeun menggerak – gerakkan tangan ke arahnya demi menghindari Wajah Chanyeol.

“Wajahmu kenapa? Ya ampun..”

“Kau tau kemarin Yuan sakit..” Yeolhee mulai bercerita dengan memangku Yuan yang tengah menguap di pangkuannya sementara Chanyeol sedang melotot seram, mengabaikan Yeeun yang sekarang bermain – main dengan sebuah kancing metalik yang ada di jaketnya.

“Untung Lay Oppa ada di rumah..”

“Lalu kemana Baekhyun?”

Yeolhee tidak menjawabnya melainkan mengganti topik lain, “Lihat, Yeol.. Aku sungguh– Aku, tidak mau melihat Yuan seperti itu lagi. Dan aku merasa tidak becus menjadi Ibu mereka. Jika Mereka menangispun aku jadi ingin menangis.. ottoke? Sepertinya aku tidak bisa membesarkannya.. ;”(”

Chanyeol terkekeh geli melihat ekspresi kekanakan Yeolhee. Tentu saja selamanya Yeolhee adalah adik kecilnya yang belum menemukan titik kedewasaannya. Setiap jam, setiap menit.. Dia selalu memikirkan Yeolhee. Memikirkan bagaimana Adiknya bisa merawat kedua Anaknya sekaligus di umurnya yang masih tergolong super muda itu. Bahkan terkadang Chanyeol sendiri merasa bahwa dirinya belum cukup dewasa menghadapi hidup ini. Cham.. membayangkannya saja Chanyeol merasa prihatin dengan keadaan Yeolhee.

Gwaenchana.. kau bisa belajar dari semua yang telah terjadi,” Chanyeol berkata sok tegar seraya berjongkok lalu menaruh Yeeun ke rerumputan sekaligus memberikan sebuah bola untuk dimainkannnya, “Kau benar – benar sudah melewati banyak hal, Yeolhee-ya.. aku bangga padamu..” Tangan Chanyeol terjulur untuk mengelusi pipi Yeolhee yang tidak benar – benar lega dengan apa yang kakaknya katakan. Dia sendirian. Walaupun Chanyeol selalu ada, bahkan Baekhyun sekalipun.. Dia akan selalu sendirian. Menjadi seorang ibu. Bukankah begitu??

“Baekhyun sudah berkali – kali menawarkan seorang baby sitter tapi aku tidak mau..”

“Kenapa? Itu sangat pantas dilakukan..”

Molla, aku hanya tidak bisa…” Kata Yeolhee seraya merengkuh perut Yuan karena Bayi itu akan memasukkan pasir yang tengah ia pegang ke dalam mulutnya

“Uwahh.. Yuan sudah punya berapa gigi?” Tanya Chanyeol tiba – tiba membanting topik karena dia melihat Yuan dan Yeeun sedari tadi hanya memasukan apapun ke dalam mulutnya.

“Tiga.. tapi yang satu baru tumbuh beberapa hari yang lalu,”

Jinjja?” Chanyeol lalu memangku Yuan yang menatapnya datar, “Coba gigit paman..”

Yeolhee segera tersenyum dengan kekonyolan Chanyeol yang kini menjulurkan jari telunjuknya ke depan mulut Yuan. Dan benar saja sedetik kemudian Bayi laki – laki itu memegang Telunjuk Chanyeol yang begitu besar di genggamannya lalu membawanya ke dalam mulutnya.

“Aaaaaaa…” Chanyeol menarik telunjuknya dengan kencang saat merasakan ngilu di pangkal kukunya tapi itu membuat Yuan serta Yeuun terkekeh hebat sangat menggemaskan. Masih mengibaskan telapak tangannya, Kini Yeeun meraih telunjuk Chanyeol yang lain.

“Ayo gigit jari paman, Yeeun-ah.. ”

Andwae..” Chanyeol menarik telunjuknya sampai terlepas dari cengkraman Yeeun, “Ya, apakah kau pernah memasukkannya? Aaaww…”

“Baekhyun pernah, dan paginya langsung membiru…” Ujar Yeolhee tertawa lepas menatap Kakaknya berekspresi sama seperti Baekhyun. Antara menahan sakit dan malu karena tidak bisa menahan gigitan bayi berumur 10 bulan.
“Yeobo-ya!”
Yeolhee beserta Chanyeol menoleh ke belakang, “Oh! Annyeonghaseyo Hyung–” Baekhyun menunduk sekilaspada Chanyeol lalu merubah ekspresinya lagi menjadi datar, “Ya, Kau serius tidak tau kemana Jongin dan Jaehyun pergi?” Tanyanya tanpa basa – basi padahal Yeolhee masih kaget karena tiba – tiba saja Baekhyun pulang ke rumah ditengah jam kerjanya.

“Ada apa?” Tanya Yeolhee berdiri dari rerumputan sambil menggendong Yuan sementara Chanyeol masih bermain dengan Yeeun yang kini merangkak di petakan pasir putih yang lengkap dengan beberapa mainan.

Ani.. Karena Ayah tidak bisa pulang ke sini, Beliau memutuskan tinggal Jepang dan– ah, ceritanya panjang, Jongin dan aku harus mengurusnya sekarang ishh..” Baekhyun menyerukan kata Jongin dengan geram seraya membalik tubuhnya untuk pergi dari sana namun Chanyeol berkata sesuatu yang membuat kakinya berhenti melangkah.

“Jaehyun ada di apartemen Seoljin,” Chanyeol menoleh menatap Baekhyun sementara Yeolhee sedang terkejut. Apa yang terjadi sampai Jaehyun berada disana?

“Semalam– tapi tadi pagi dia pergi,”

“Lalu Jongin?”

Molla, bahkan Jaehyun memelototiku setiap aku mengatakan nama Jongin di depannya,” Ujar Chanyeol berdiri lalu melirik Yeolhee, “Kau pasti tau sesuatu kan?”

“Ak–aku? Ak–Aku..  tidak tau– yeol..”

Baekhyun sontak  menelisik perubahan wajah Yeolhee yang berubah drastis. Seperti menyembunyikan sesuatu, tapi Baekhyun sadar itu bukan hal yang harus ia urusi terlebih dahulu. Tentu saja Dia tidak akan ke Jepang tanpa Jongin karena Ayahnya menginginkan Kedua Anaknya agar segera menghadapnya kesana.

“Jika aku tidak pulang nanti malam, Aku pasti sudah berada di Jepang..” Kata Baekhyun datar lalu berbalik badan meninggalkan Yeolhee yang terdiam termenung di tempatnya berdiri. Bahkan tidak menyadari Yuan yang tengah menangis di gendongannya karena melihat Ayahnya meninggalkannya.

+ The Day After Tomorrow +

Jongin kembali pulang(?) Ke rumah keluarga Park tepat pukul 9 pagi, keringatnya bercucuran membasahi dahinya. Kaos hitam polos ditutupi jaket supreme dengan celana training abu – abu yang di ambilnya dari lemari Chanyeol menghiasi tubuhnya, menuntun sebuah sepeda untuk ia masukan kembali ke garasi keluarga Park. Entah kenapa Jongin maupun semua teman Yeolhee melakukan segala hal yang seolah – olah rumah itu adalah milik mereka sendiri. Ck..

“Ya, kim Jongin..”

Jongin menolehkan kepalanya pada Jongdae yang baru saja keluar dari rumah hanya memakai bathrobe dengan rambutnya yg setengah kering, “Ada telepon dari Kyungsoo.. ish, merepotkan saja. Kau benar – benar seperti pengemis, bahkan kau seperti tidak mempunyai rumah dan sekarang kau mengabaikan ponselmu sendiri ck~” Gerutu Jongdae menyerahkan ponselnya pada Jongin lalu melengos begitu saja memasuki rumah lagi.

Ne,”

“….”

“Yeolhee Wae?”

“….”

“Kau mengatakan kalau aku disini?!”

“…”

Ishhh.. anggap saja aku sedang berlibur!”

“Awas saja aku akan mengatakannya pada Hyungmu!” Suara Kyungsoo pun terdengar kemana – mana sampai Jongin menjauhkan ponsel Jongdae menjauh dari telinganya.

Tunggu.. Hyung? Hyung nya?

Hyu–Hyung?”
Pip

 

“HALLO?!!”

Seru Jongin dengan wajah kesal lalu mendengus kasar sambil berjalan gontai ke dalam rumah. Rencananya untuk memancing bersama Jongdae di bukit belakang komplek perumahan Yeolhee gagal sudah. Tadinya dia akan kesana untuk menjernihkan pikirannya tapi sepertinya hidup sebagai putra kedua pemilik bright company benar – benar tidak mengenal hari libur. damn.

“Kenapa wajahmu seperti itu?” Tanya Jongdae setelah dirinya melihat Jongin terduduk di sofa yang tengah ia duduki, “Ya, carilah Jaehyun sekarang. Kalian sudah terlalu lama bertengkar jinjja..”

“Aku tidak tau dimana dia sekarang,” Kata Jongin sedih, menatap layar televisi yang tengah menayangkan acara berita dengan sangat datar.

“Karena itu, Cari dia..”

Jongin menoleh pada Jongdae yang ternyata sedang menatapnya juga. Sudah sekian lama dirinya mengenal Jongdae, Pria itu tidak pernah berubah. Perhatiannya sungguh sangat besar terhadap nya begitupun dengan Kyungsoo maupun Luhan. Jongin tidak tau kenapa tapi teman – temannya itu selalu bisa membaca masalahnya tanpa dia banyak bicara bahkan tanpa mengatakam sesuatu.

“Apakah kau masih mengharapkan Yeolhee?”

Ne?” Jongin tersentak keras lalu berkedip – kedip karena tersadar dari lamunannya sendiri

“Jangan seperti ini, teman. Kau Lihat Yuan dan Yeeun saja sudah berumur 10 bulan..” Mata Jongdae menyiratkan keprihatinan sekaligus rasa simpati pada Jongin secara tiba – tiba.

“Aku… tidak tau sudah seberapa besarnya kesalahannku pada Jaehyun…” Jongin berujar lirih lalu meremas rambutnya menggunakan kedua tangan yang ia sanggakan pada lututnya, “Aku takut Jaehyun tidak bisa memaafkanku..”

Aniya.. dia sepertinya bukan tipe wanita yang pendendam..”

“Bahkan aku sudah mengkhawatirkan hubungan kita kedepannya, pasti akan sangat–”

“Kau belum mencobanya, jika aku lihat kau belum sepenuhnya membuka hatimu untuknya, Kai- ya.. ,”

Serta merta Jongin menoleh pada Jongdae dengan wajah kusut berhiaskan dua lingkaran hitam di bawah matanya, sudah lama sekali sejak Jongdae tidak memanggil namanya sewaktu SMA itu. Jongin akan menganggap perkataan Jongdae selalu benar dan Jongdae akan meluluhkan hati Jongin saat dia memanggilnya seperti itu. Entah kenapa selama bertahun – tahun ini, Jongin sudah menganggap Jongdae seperti beberapa figur yang tidak sempat di dapatkannya. Figur seorang Ayah, Ibu, Teman bahkan Saudara sekaligus.

“Sepertinya begitu..” Ujar Jongin sambil memikirkan perlakuannya selama ini– lebih tepatnya.. hatinya terhadap Jaehyun. Selama ini jujur saja Jongin menyukai Jaehyun sebagai istrinya. Sangat mustahil selama hampir setahun ini Dirinya tidak menyukainya bukan?

Bahkan Jongin sangat menyukai senyum Jaehyun yang selalu mengembang jika berada di sisinya. Tapi entah mengapa perasaan yang telah lama tinggal di sisi hatinya yang lain mudah sekali goyah pada saat – saat tertentu. Ketika melihat sosok Park Yeolhee.

“Apakah kau benar – benar menyukai Jaehyun?”

Pertanyaan Jongdae menyentak diri Jongin yang sepertinya sedang melamun kemana – mana.

“Selama ini Aku sudah melihatmu berusaha melupakan Yeolhee, tapi sepertinya kau harus lebih keras lagi melupakanya–”
Braakk
Tiba – tiba terdengar suara pintu tertutup dengan kencang. Tapi tidak membuat kedua pria itu terlonjak atau semacamnya. Karena terbiasa dengan orang – orang yang keluar masuk rumah ini dengan seenaknya. Yeah, orang – orang tertentu tentu saja seperti halnya Jongdae, Kyungsoo, Jongin atau Luhan.

Eh, tapi kali ini berbeda. Membuat kedua mata Jongin sedikit melebar karena kedatangan Byun Baekhyun dengan wajah seramnya itu, “Ya, kau harus ikut aku sekarang, dasar pengecut!”

Sentak Baekhyun langsung menarik jaket Jongin bar – bar tanpa basa – basi lagi. Wajahnya semakin kacau setelah dia sempat mencari info keberadaan Jongin ke mansion tadi. Rambutnya berantakan dengan jas yang entah kemana.

“Lepaskan aku, kau tidak bisa membawaku seperti ini!” Jongin mencengkram tangan Baekhyun yang tengah menyeretnya menuju pintu namun entah apa yang merasuki Baekhyun sampai – sampai Jongin tidak bisa melepaskannya.

+ The Day After Tomorrow +

“Ya ottoke, kenapa kau kemari hah?” Kyungsoo yang tengah berjalan beriringan dengan Yoorae menghentikan langkahnya ketika matanya melihat sosok Yeolhee berlarian kearahnya. Wanita itu terengah, menumpu kedua tangannya pada lutut dengan merunduk menatap lantai.

“Si kembar bagaimana?” Tanya Yoorae dengan wajah kuatir

“Yahh– pinjami aku– ponselmu,” Yeolhee menjulurkan tangannya dengan suara terputus – putus lalu menatap keduanya intens, terutama Yoon Yoorae. Sebenarnya dia ingin sekali meneriakinya kenapa Luhan bisa menghamilinya. Tapi menemukan keberadaan Jaehyun lebih penting sekarang. Tadi saat dia menelepon Kyungsoo untuk menanyakan Jongin, dia menemuakan kenyataan bahwa Yoorae tengah hamil 4 minggu. Heol, apakah kalian tau betapa jantung Yeolhee sudah terjatuh tadi.

“Jaehyun tidak mengangkat teleponku dan Chanyeol. Siapa tau nomor asing akan diangkatnya..” Ujar Yeolhee menekankan beberapa nomor di layar ponsel Yoorae, sementara Kyungsoo kini menarik lengan Yoorae agar terduduk di sebuah kursi tunggu di Lobby rumah sakit. Melihatnya, Yeolhee pun berjalan dan ikut duduk di sebelah Yoorae sambil menggamit tangannya. Ya Tuhan, dia tau ini berlebihan tapi entah kenapa dia sangat merindukan Yoorae melebihi apapun.

Omo.. Jaehyun-ah!”

Yeolhee berseru dengan perasaan lega saat Jaehyun mengangkat teleponnya, “Cha– chakaman! Ayah sedang sakit!”

“…”

“Bi– bisakah kau ke bandara incheon sekarang? Baekhyun menunggumu disana, aku akan menyusul besok karena Yuan masih sakit, aku mohon.. Ayah memintamu kesana,”

“…”

Gomawo, Jaehyun-ah..”
“Kau sedang berbohong kan?” Kyungsoo maupun Yoorae terlihat sangat shock mendengar beberapa pernyataan Yeolhee tadi. Kyungsoo tau hubungan Jongin dan Jaehyun memang sedang tidak baik. Tapi dia tidak menyangka, Jaehyun akan kabur dari Jongin sampai segitunya.

“Sebenarnya tidak juga,” Yeolhee menyerahkan ponsel yang tadi ia gunakan pada Yoorae setelah dia mengirimi Baekhyun pesan agar menunggu Jaehyun di bandara,

“Kata Baekhyun Ayah akan tinggal di Jepang mulai sekarang karena kondisi kesehatannya. Dan– entahlah, Baekhyun hanya bilang dia dan Jongin harus kesana sekarang,”

“Lalu kenapa kau menghubungi Jaehyun?”

“Karena banyak hal, Dia istri Jongin sekaligus sekretarisnya. Aku yakin mereka kesana juga terkait dengan pekerjaan, lagipula Jongin tidak bisa tanpa seorang sekretaris bukan,” Yeolhee tersenyum lalu menyenderkan punggungnya ke belakang sambil mendesah lelah, “Sebenarnya aku ingin mereka berdua bertemu dan menyelesaikan semuanya,”

“Aku tau itu, hal yang terpenting bagimu pasti karena ingin menyatukan mereka kembali..” Kyungsoo berujar dengan meninju pelan lengan Yeolhee lalu ikut menyenderkan punggungnya

“Lalu? Yuan, kau tadi bilang kalau Yuan kenapa?” Yoorae menoleh antusias pada Yeolhee tapi istri Baekhyun itu sontak menegakkan punggungnya saat menyadari bahwa wajah Yoorae begitu pucat.

“Ya Yoon Yoorae! Bagaimana bisa kau Hamil anak Luhan hah?! Kapan kau melakukannya?!”

“Aku dan Luhan sudah jadian,”

MWOOO!?”

Kyungsoo tersenyum simpul saat mengetahui ekspresi Yeolhee hampir mirip dengannya. Siapa yang mengira mereka berdua akan berakhir seperti sekarang?

Walaupun sebenarnya Kyungsoo sangat lega akhirnya cinta Yoorae yang sungguh sudah sangat Tua(?) Itu terbalaskan. Tapi mengetahui cara mereka yang sembrono membuatnya agak prihatin. Yoorae kini bekerja di sebuah percetakan Majalah ternama di seoul dan nyatanya kata Dokter Yoorae harus benar – benar banyak istirahat sekarang. Dan apa yang Luhan lakukan? Tentu saja mereka tinggal di apartemen yang berbeda dengan kesibukan masing – masing. Tentu saja Kyungsoo prihatin dengan keadaan Yoorae.

“Lalu? Apakah keadaanmu sedang tidak baik? Ya ampun, kau pucat sekali..” Yeolhee mengelus pipi Yoorae dengan wajah kuatir, “Apakah kalian tinggal bersama sekarang?”

“Tentu saja tidak,” Kyungsoo menyela dengan nada sedikit geram disana lalu mendengus menatap beberapa orang yang sedang berlalu lalang, “Luhan sibuk di dunianya sendiri dan gadis ini terlalu tidak peduli karena pekerjaannya..”

“Kyungsoo-ya.. aku hanya kelelelahan sedikit–” Yoorae meremas punggung tangan Kyungsoo dengan melotot padanya, mengkode agar tidak berbicara macam – macam apalagi soal Luhan yang belum bisa mempertanggungjawabkan Calon bayi mereka. Walaupun dirinya dan Yeolhee sudah jarang bertemu satu sama lain, tapi mereka masih saling bercerita melalui telepon ataupun chatting. Karena itu dia tidak mau menambah beban Yeolhee dengan hal ini.

“Tinggallah bersama Luhan di apartemennya, agar dia menjagamu..” Ujar Yeolhee merapikan rambut Yoorae dengan tersenyum sangat manis, “Apakah kalian akan segera menikah atau akan menunggu bayi kalian lahir??”

+ The Day After Tomorrow +

Sementara di sisi lain, Baekhyun berjalan pelan diantara Jongin dan Jaehyun. Entah apa yang sedang mereka masalahkan tapi kali ini Baekhyun benar – benar kuatir Jongin akan menceraikan Jaehyun. Heol, bahkan saat dirinya melihat Jaehyun di bandara Incheon tadi, dia tidak sekalipun melihat keduanya bertatapan satu sama lain atau setidaknya berjalan berdekatan. Sampai menginjakkan kaki di Jepang pun Baekhyun harus sabar mengunci mulutnya sendiri karena suasana yang super kaku ini. Lihat saja Jongin yang berjalan beberapa meter di depannya, tidak menoleh sedikitpun atau melontarkan pertanyaan apapun padanya. Sementara di belakang punggungnya Jaehyun berjalah pelan mengikutinya sambil menunduk menatap rumput yang sedang dipijakinya.

Baekhyun berbalik badan, berdiri tegak menunggu Jaehyun menabraknya saja. Dia sudah tidak tahan menahan segala pertanyaan yang bersarang di otaknya. Dia gemas. Dia tidak mau mereka bercerai. Lebih tepatnya dia tidak mau Jongin berstatus duda dan mendekati Yeolhee lagi. Itu bisa saja terjadi bukan? Pokoknya dia tidak mau Jongin berada di sekitar Yeolhee lagi. S.e.l.a.m.a.n.y.a

Aahh– pikiran posesif Baekhyun memang tidak pernah berubah.

“Kau ada masalah apa dengan Jongin?” Baekhyun bertanya dengan suara standar karena Jaehyun kini berhenti tepat 10 senti di depannya. Wanita itu mendongak dengan kaget lalu memundurkan badannya beberapa langkah. Namun hanya menatap wajah Baekhyun yang tengah menatapnya tajam dengan mulut terkatup.

“Kau tidak mendengarku?”

Sungguh Jaehyun memang tidak mendengarkan Pertanyaan Baekhyun karena sibuk memikirkan hal lain.

“Aku tanya kau ada masalah apa dengan suamimu,”
Belum sempat Jaehyun memikirkan jawaban yang pas untuk Baekhyun, dia merasakan sesuatu menarik pergelangan tangannya dengan paksa– dan itu adalah Kim Jongin. Muncul begitu saja dari belakang punggung Baekhyun, “Bukankah kita harus bicara?”

Aniyo, tidak ada yang perlu dibicara–” Perkataan Jaehyun terpotong begitu saja saat Jongin menyeretnya melewati Baekhyun.

“Ak– Aku pikir aku tidak bisa kesana,” Jaehyun menarik kuat tangannya agar terlepas dari Jongin tapi hanya langkahnya yang terhenti tanpa terlepasnya  cengkraman Jongin pada tangannya yang semakin menguat. Tatapan Jongin nanar menusuk mata Jaehyun. Dan Baekhyun hanya bisa mematung disana seperti halnya sedang melihat drama opera sabun.

“Aku akan– pulang saja,” Lanjut Jaehyun lirih sambil menunduk menatap dada Jongin karena dia begitu seram menatap wajah Suaminya itu. Dia jadi ingat kejadian beberapa bulan yang lalu, saat Jongin menatapnya seperti ini hanya karena dia mengkonsumsi pil peluruh sperma.

“Ckckc. Ya, kalian pikir Ayah akan membaik jika kalian datang seperti ini? Kim Jongin cepat lepaskan tanganmu, dan berjalanlah berdampingan dengan tersenyum layaknya pengantin baru–” Tiba – tiba saja Baekhyun merubah ekspresinya menjadi terkejut saat matanya melihat Ayah dan Ibunya keluar dari Villa yang sudah berjarak kira – kira 5 meter jauhnya. Baekhyun pun menarik tangan Jaehyun sampai terlepas dari Jongin lalu mendekatkan mereka berdua yang masih berekspresi datar.
Aigo, Jaehyun-ah.. kau juga kesini nak,” Tuan Byun tersenyum sumringah menyambut kedatangan kedua putranya yang terlihat begitu akur lalu memeluk Baekhyun, “Kenapa Yeolhee tidak bersamamu?”

“Oh, dia tidak sempat bersiap – siap Ayah. Kau tau Cucu – cucumu semakin pintar..”

Baekhyun nyengir lebar lalu membungkuk pada Ny Byun yang tersenyum menatapnya

“Mereka sudah pintar apa saja?”

“Pintar menangis, pintar merengek, pintar merajuk muehehhe..”

“Aigo, lihat saja dirimu sendiri..”

Sebenarnya Tuan Byun tidak ingin tinggal di Jepang karena berjauhan dengan Si kembar benar – benar menyiksanya. Tapi beliau juga tidak ingin setiap 2 minggu datang kesini hanya untuk check up ke rumah sakit. Akhirnya Beliau memutuskan untuk tinggal di salah satu villa nya disini bersama Kim Seohwa– istrinya. Dan tujuannya memanggil Jongin dan Baekhyun tentu saja ada yang ingin ia bicarakan seputar pekerjaan. Beliau ingin mereka berdua menjalin kerjasama dengan salah satu kolega lamanya untuk membangun sebuah cabang perusahaan di tokyo.

+ The Day After Tomorrow +

 

Suara tawa seorang Byun Baekhyun memamg sangat mengganggu. Di sebuah ruangan keluarga yang cukup besar itu hanya ada mereka bertiga, Baekhyun, Jongin dan Jaehyun.

Jongin duduk jauuuuuuhhh dari sofa yang sedang Baekhyun tiduri dengan mengerjakan pekerjaan yang Ayahnya limpahkan padanya. Walaupun terganggu dengan ocehan Baekhyun yang tiada hentinya tapi dia tetap mendengarkan celotehan Si kembar karena Baekhyun sedang melakukan video call dengan Chanyeol. Terkadang dia ingin sekali ikut tertawa saat mendengar suara Yuan yang merengek atau Yeeun yang menjerit. Tapi tawa itu pasti langsung raib saat beberapa menit yang lalu Jaehyun ikut berjongkok di lantai berdekatan sekali dengan kepala Baekhyun yang terbaring di sofa. Hatinya menjadi panas, terlebih saat Jaehyun ikut tertawa bersama Baekhyun sambil menunjuk – nunjuk layar ponsel Baekhyun. Dan Jongin tentu mengira jemari Jaehyun sempat menyenggol Jari – jari Baekhyun tadi.

Dia jadi tidak terima. Perasaannya berkata bahwa dia cemburu. Namun raganya ini tidak mau menghampiri Jaehyun untuk sekedar menjauhkannya dari Baekhyun. Seolah – olah, melihat Jaehyun dan Baekhyun saling tertawa bahagia satu sama lain adalah hukumannya karena sudah membuat istrinya bersedih dengan hebatnya. Bahkan mungkin sampai muak melihat wajahnya.

“Satu– dua– ti– aaaahhh, ayo coba lagi, Yuan-ah..” Baekhyun berseru saat Yuan tiba – tiba saja berdiri dan berjalan tanpa berpegangan karena ingin merebut sebuah boneka barbie dari tangan Yeeun.

“Apakah mereka belum bisa berjalan?” Jaehyun yang bahkan belum mengatakan sesuatu sejak sampai di villa tiba – tiba bertanya pada Baekhyun dengan akrab, membuat sepasang mata Jongin terus menatap Tajam padanya.

“Dibandingkan dengan Yuan, Yeeun lebih banyak melangkah walaupun hanya 4 kali itupun masih goyah..” Baekhyun tertawa lebar dan Jaehyun menatapnya dengan bibir yang otomatis juga tertarik keatas. Jongin serta merta memberengut hebat. Dia tidak mau Jaehyun menatap Baekhyun secara berlebihan seperti itu. Apalagi tertawa lepas bersamanya.

“Ah Hyung, apakah Yeolhee belum pulang? Sudah satu jam aku menunggunya seperti ini,” Baekhyun mulai merajuk saat Yuan kini menangis karena hanya mendapatkan kepala barbienya dari Yeeun, “Bahkan Yuan sepertinya masih sakit kenapa dia seenaknya meninggalkan si kembar saat aku tidak ada,”

“Apakah Yuan sakit?!” Jaehyun tentu saja terkejut dengan pernyataan Baekhyun

“Eo, dia sempat demam kemarin,”

“Dia sudah sembuh, Yeolhee bilang akan mampir ke apartemen Yoorae dulu karena dia sedang hamil,” Chanyeol menyambangi dengan wajah berkeringat kewalahan dengan aksi si kembar sedari tadi

Heol, aku tidak peduli pokoknya besok dia harus menyu–”
Pip
Baekhyun yang belum selesai mengoceh tiba – tiba menghentikan laju mulutnya karena layar ponselnya tiba – tiba mati. Pria itu memberengut menyadari ponselnya kehabisan baterai, sementara Jaehyun kini menoleh pada Baekhyun, “Bolahkan aku pulang besok?”

“Kenapa?”

Nun jauh disana Jongin sontak menajamkan pendengarannya, tiba – tiba saja dia mengalami masalah pendengaran ataukah keduanya memang mengecilkan volume suaranya?

“Bukankah kau senang akan bertemu si kembar,”

Jaehyun tersenyum pahit sambil menunduk, tapi Baekhyun yang sejak tadi mendongak menatap Jaehyun tahu akan hal itu. Dia tahu, Jaehyun sedang menghindari Yeolhee kan?

Apakah semua yang terjadi berhubungan dengan Yeolhee? Seperti yang Chanyeol katakan kemarin?

“Jaehyun-ah..”

Ne..”

Baekhyun merubah posisinya menjadi tengkurap dan itu membuatnya semakin dekat dengan wajah Jaehyun yang masih terduduk tepat di sebelah kepalanya, “Apakah terjadi sesuatu diantara Yeolhee dan Jongin sampai kau bertengkar seperti ini?”

A–anieyo,” Jaehyun tergagap, “Hanya, saja.. aku,”

Gwaenchana, Katakan saja yang sebenarnya kepadaku…” Baekhyun berkata sepelan mungkin dengan sedikit maju persis ke depan wajah Jaehyun. Dia tau Jongin tengah menatap mereka berdua sejak tadi sekali. Dan Baekhyun hanya ingin tau seberapa besar cinta Jongin pada Jaehyun saat dirinya bertindak seperti ini. Apakah Jongin akan cemburu ataukah malah sebaliknya??

“Pr–presdir…” Jaehyun yang tadinya berjongkok lantas terduduk ke belakang demi menjauhi wajah Baekhyun namun tangan Baekhyun menahannya.

“Asal kau tau, aku juga sangat membenci Jongin yang terus memikirkan istriku.. seharusnya kau lebih ketat menjaganya agar matanya tetap menatapmu..” Baekhyun berbisik dengan nada tegas namun dibuat sesantai mungkin di telinga Jaehyun. Gadis itu mematung, tertegun.. tidak mampu membuka bibirnya yang seakan tidak mau terbuka.

“Aku tidak mau hal seperti ini terjadi lagi, Ini masalah kalian. Dan tidak seharusnya kau ataupun Jongin saling menjauh satu sama lain,”

“Tapi–”

“Kau bilang kau mencintai Jongin,”

“Tapi dia tidak–”

“Lalu buatlah dia mencintaimu! Seperti halnya Yeolhee yang bisa melupakan Jongin karena Aku bisa membuatnya seperti itu!”
“Ya Byun Baekhyun!”
Seruan yang tiba – tiba datang dari Jongin membuat Baekhyun tersenyum miring lalu melepaskan cengkramannya pada pergelangan tangan Jaehyun.

Wae? Kau kehilangan sesuatu?” Baekhyun bertanya sangat menyebalkan lalu beranjak bangun dari sofa

“Bisakah kau tidak memancing emosiku,” Jongin membalas dengan sinis dengan apa yang Baekhyun tanyakan barusan.

“Hahh, bagaimana ya. Tapi aku tidak suka sikap pengecutmu ini,”

“Ya, tidak bisakah kau hanya diam saja hah?” Jongin mencengkram lengan Baekhyun saat Pria itu berniat meninggalkan ruang tengah

“Tidak bisa,” Baekhyun langsung merubah raut wajahnya 360 derajat, tidak ada kesan Pria baik – baik tercetak disana, “Walaupun Yeolhee tidak mengatakan padaku, tapi aku tau dia tidak terlibat apapun tentang kalian. Aku tidak peduli kau masih menyimpan perasaan pada Istriku atau tidak tapi aku harap–”

“Kau tidak perlu khawatir, aku bisa mengurus perasaanku sendiri..”

Baekhyun pun segera tersulut emosi, perasaan bencinya terhadap Jongin yang sekian lama menghilang kini muncul kembali. Sebenarnya bagi Baekhyun ini adalah masalah kecil. Dan selama ini dirinya maupun Jongin sudah seperti layaknya saudara kandung yang menyenangkan. Tapi Baekhyun pikir memang masih ada suatu jarak tak kasat mata yang membayangi mereka berdua. Dan itu membuatnya menganggap Jongin hanyalah orang asing yang tiba – tiba saja  memasuki kehidupannya melewati ikatan darah yang Ayahnya ciptakan untuknya.

“Aku tidak tau kenapa Ayah melahirkanmu sebagai saudaraku..”

“Mwo?!”
“Jongin-ah..” Jaehyun buru – buru menahan lengan Jongin saat wajah Pria itu berubah sangat mengerikan. Tatapannya menusuk mata Baekhyun dengan gigi bergemelutuk sampai otot – otot yang ada di pelipisnya terlihat jelas.

“Apa kau bilang barusan, BYUN BAEKHYUN!!”

Seru Jongin mencengkram kaos Baekhyun dengan sangat kuat

“Enyahlah dari hadapanku, Kim Jongin..”

Baekhyun melepaskan paksa tangan Jongin lalu mendorong pria itu menjauh darinya. Tapi Jongin sudah terlanjur terluka dengan perkataan Baekhyun, dia jadi merasa kalau dirinya memang tidak pantas memasuki keluarga ini. Dengan nafas memburu Jongin mengepalkan tinjunya dan mengayunkannya ke arah Baekhyun tapi Kakak tirinya itu berhasil menghindar. Refleknya semakin bagus saja karena selama ini sudah terbiasa dengan perlakuan Yeolhee yang terkadang menyerangnya secara bar – bar.

“Bukankah kemarin kau sudah meninjuku hah?”
Bugh
Dengan cepat Baekhyun memukul rahang Jongin sangat keras, “Aku tidak mau kau mengulanginya lagi,” Kata Baekhyun sinis membuat Jaehyun yang sedari tadi berdiri mematung ingin menangis saja. Kakinya seperti terpaku di sana tanpa bisa menolong Jongin.

“Kita impas sekarang,”

Baekhyun pun berbalik badan meninggalkan Jongin yang tengah mengelap sudut bibirnya. Tapi langkahnya terhenti saat kedua matanya menemukan Tuan Byun sedang berdiri tak jauh darinya, sedang menatapnya dengan tatapan tak terbaca.

“Ayah..”

Tuan Byun terbatuk – batuk dengan berat, wajahnya yang akhir – akhir ini nampak tidak sehat semakin terlihat disana setelah dirinya menyaksikan kedua Putranya bertengkar seperti itu. Tentu saja Dia memaklumi perasaan Baekhyun yang tidak menerima keberadaan Jongin dalam silsilah keluarganya. Sampai kapanpun.

Tapi Jongin juga putra kandungnya, bagaimana mungkin dirinya meninggalkan Jongin lagi untuk yang kedua kalinya saat dirinya saja tidak pantas disebut seorang Ayah oleh Jongin. Dia ingin melihat kedua putranya hidup berdampingan di dalam keluarga ini, dengan rukun dan membahagiakan. Tapi memang semuanya sudah terlambat, bagi Baekhyun.. Kim Seohwa hanyalah seorang wanita perebut suami orang sekaligus pembunuh Ibunya.

“Ayah…”

Baekhyun berjalan gontai menuju Byun Baekhan lalu memegangi lengannya.

“Antarkan Ayah ke kamar, Baekhyun-ah..”

+ The Day After Tomorrow +

Ddrttttt ddrttttttt
Getaran ponsel milik Kim Jongin sudah beberapa kali bergetar di meja sebuah kamar yang cukup luas itu. Entah apa yang dilakukan si empunya sampai tidak menyadari atau tidak mendengar getaran tersebut. Yeah, pastilah Pria itu tidak mendengarkan karena dirinya sedang berjongkok di beranda kamarnya– merunduk dalam dengan kedua matanya yang terpejam. Merasakan hawa dingin untuk sekedar mendinginkan kepalanya yang terasa sangat panas. Dan juga demi menormalkan emosinya yang sempat memuncak beberapa menit yang lalu.

Disisi lainnya Jaehyun masih dengan posisinya, terduduk kaku di sebuah sofa kamar yang cukup santai dengan penghalang sebuah kaca besar yang tertutupi tirai putih transparan. Sejak tadi hanya seperti itu, menatap punggung Jongin yang sama sekali tidak bergeming. Ingin sekali mengobati luka yang ada di sudut bibir suaminya tapi terlalu… entahlah, kenapa dia tidak bisa melontarkan perkataan apapun padanya sementara hatinya mendorongnya untuk mengatakan berjuta kalimat untuk Jongin?

Sudah setengah jam lamamya Mereka berdua hanya terjebak suasana seperti itu, salahkan saja mereka berdua yang tengah bertindak sangat kekanakan. Bahkan Jongin tidak mampu meminta maaf pada Jaehyun yang tidak ada niatan juga untuk memulai percakapan diantara mereka.

Tapi tiba – tiba saja kaki Jaehyun merasakan sesuatu yang sangat dingin, kedua matanya dengan lambat bereaksi pada sebuah tirai yang tertiup angin malam yang sangat dingin. Dan… Jongin tetap pada posisinya. Berjongkok disana seperti patung yang memang terpatri sejak lama.

Jaehyun mengangkat tubuhnya, mengabaikan suara getaran ponsel Jongin yang dia kira bergetar setiap 10 menit sekali. Mengabaikan rasa dingin yang menjalari kedua kaki telanjangnya karena angin yang terus berhembus.

“Jo– Jongin-ah…”

Bibir Jaehyun bergetar, tidak menyangka di luar akan sedingin ini. Bagaimana Jongin bisa bertahan disini sejak setengah jam yang lalu?

Jaehyun berlutut, lalu tangannya yang tadi membawa sebuah selimut kini ia tangkupkan pada Jongin sekaligus memeluknya. Sedikit tersentak saat pipinya bersentuhan dengan pipi Jongin yang terasa seperti es. Namun semakin membuatnya ingin memeluknya semakin erat. Jongin pernah bertanya Apakah dia pantas memasuki keluarga ini? karena selama bertahun – tahun lamanya dirinya yang tidak pernah ingin mengenal Ayah kandungnya sendiri dan sempat membenci ibunya. Jaehyun sangat ingat, waktu itu Jongin memasuki keluarga ini karena Park Yeolhee.

Dan lihat, saat itu Jaehyun hanya tersenyum menanggapinya. Dia sudah menduganya sejak lama, semua yang Jongin lakukan berkiblat pada Yeolhee. Dan sekarang, dirinya jugalah yang pertama kali merengkuh Jongin, berusaha menenangkannya. Bukankah Jaehyun mempunyai hati yang sangat kuat?

“Jongin-ah..”

+++

 


Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

Trending Articles