Chapter 23: To Win Her Heart
Original Story by Lee-jungjung |
Cast : Jung Soojung, Kim Jongin, Oh Sehun |
Length : Chaptered | Genre : Romance, Hurt, Angst | Rating: G
.
.
.
Jongin masih setia di sana. Menyandarkan diri di mobil sambil memandangi air danau yang tenang. Beberapa kali pemuda itu menengok ke belakang. Berharap sosok Soojung segera terlihat.
Jongin mengehela napas dengan gusar. Pemuda itu kembali memandangi danau dan sesekali menilik langit yang mulai berubah warna. Sang surya hendak menelusup di balik batas horizon. Artinya sebentar lagi hari berganti malam, tetapi sosok Soojung belum juga kembali. Jongin mengusap telapak tangannya. Berusaha mencari ketenangan akan kegelisahannya semenjak tadi. Kegelisahan yang berujung pada ketakutan.
Bagaimana jika Soojung tidak kembali?
Tidak. Jongin menggeleng cepat. Menepis ketakutan yang mengganggu batinnya. Soojung pasti kembali dan membalas semua pernyataan cinta darinya. Soojung tidak mungkin ingkar janji.
Dia harus kembali. Apapun yang terjadi. Karena Jongin tidak pernah dapat membayangkan jika sosok Soojung menghilang dari sisinya. Jongin tidak sanggup. Sungguh.
.
.
.
“Jongin!”
.
.
.
Jongin menoleh dengan cepat. Tiba-tiba saja jantungnya berdentum tidak karuan. Menciptakan irama yang membuat dada Jongin rasanya sesak sekali. Bukan karena sakit, tapi terharu. Jongin pikir dia bisa saja menangis saat ini. Pelupuk matanya sudah terasa berat. Kelihatannya air matanya tak sabar lagi meluncur turun. Baiklah, Jongin sedikit berlebihan dan melankolis. Tapi, biarkan sekali ini saja dia melankolis seperti ini. Ini kan kali pertamanya terjebak dengan yang namanya permainan hati yang disebut cinta.
Soojung tersenyum memandang Jongin yang masih terpaku di tempat. Mungkin pemuda itu terlalu menantikanya hingga tercengang seperti ini. Mungkin saja. Gadis itu setengah berlari menghampiri Jongin. Napasnya terengah-engah. Seelah tangannya menumpu pada siku. Soojung memejamkan matanya sambil mengatur napas.
Soojung kembali menatap Jongin setelah lebih baik. Gadis itu mengukir senyum manisnya yang teramat Jongin sukai. “Syukurlah kau masih menungguku. Kupikir….”
Grep.
Soojung mengerjap beberapa kali. Kehangatan mulai menyelimuti tubuhnya. Perasaan hangat semakin menjadi saat Jongin mengeratkan pelukannya. “Syukurlah kau kembali,” gumam Jongin pelan. “Kupikir aku akan kehilangan dirimu.”
Soojung kembali mengerjap. Dirasakannya ketakutan Jongin. Dan entah kenapa itu membuat hatinya merasa sakit. Sedalam itukah perasaan Jongin kepadanya? Kembali Soojung mengangkat kedua sudut bibirnya. Lengannya bergerak untuk membalas dekapan Jongin. Dengan lembut ditepuknya punggung Jongin.
“Aku sudah di sini, Jong. Aku tidak akan meninggalkanmu. Janji.”
Jongin mencerna apa yang baru saja Soojung utarakan. Pemuda berkulit tan itu lantas melepas dekapannya. Beralih memegangi bahu Soojung dan menatap gadis itu lekat-lekat.
“Kau benar-benar tidak akan meninggalkanku?”
Soojung mengulum bibirnya lantas mengangguk tanpa ragu. Membuat senyum lega terukir menghiasi paras tampan seorang Kim Jongin.
“Jadi, sudah dapat jawabannya?”
“Tentang?”
“Perasaanmu pada Sehun. Apa kau masih menyukainya?”
Krystal mengerjap pelan. Ditundukkan kepalanya ke bawah. Gadis itu menghirup napas dalam-dalam sebelum akhirnya menggeleng pelan. Jongin mengernyit saat memperhatikan pergerakan yang diberikan gadis itu. Gelengan kepala. Itu artinya tidak, Soojung sudah tidak lagi menyukai Oh Sehun?
“Aku sudah melepaskannya,” gumam Soojung pelan. Gadis itu kembali menarik-hembuskan napasnya, menahan gugup. “Aku sudah tidak menyukainya lagi.”
Jongin tersenyum. Ada kelegaan yang lebih besar ketika akhirnya gadis itu memberitahukannya mengenai hal ini. Soojung sudah lagi tidak memiliki perasaan pada Oh Sehun. Jadi, bisakah dia berharap kalau dirinya yang kini mengiri ruang hati gadis itu?
“Kurasa aku….”
“Hei,” Jongin menghentikan perkataan Soojung dengan meraih wajah gadis itu. Ditagkupnya wajah Soojung dengan lemut. Ditatapnya manik indah miliknya lekat-lekat. “Bukankah sudah kubilang. Sebagai lelaki, seharusnya aku yang menyatakan perasaanku. Dan aku belum mengulangi ternyataan cintaku,” kata Jongin sambil tersenyum dengan manisnya.
Perlakuan dan perkataan Jongin sukses membuat rona kemerahan hadir menghiasi wajah Soojung. Gadis itu mencoba kembali mengatur napasnya. Kali ini bukan karena kelelahan akibat terburu-buru, tetapi karena terlalu gugup, senang, entahlah. Soojung benar-benar sulit menggambarkannya.
“Jung Soojung?”
“Ya?”
Jongin menarik napasnya dalam-dalam sebelum kembali mengatakan apa yang dia rasakan. “Aku mungkin bukan lelaki yang pantas untukmu. Aku playboy dan sedikit bodoh.” Soojung tersenyum mendengar perkataan Jongin. “Tapi, walau begitu, aku ingin kau tahu bahwa kau teramat berarti untukku.”
Soojung mengigit bibirnya. Menantikan apa yang selanjutnya akan Jongin katakan.
“Entah sejak kapan, tapi aku mulai sering memikirkanmu, mulai merindukanmu di setiap waktu, dan kau tahu selalu nyaman jika berada bersamamu. Keberadaanmu membuatku utuh, Soojung.”
Jongin mengulas senyumnya sekilas sambil mengusap pipi Soojung dengan kedua ibu jarinya. “Aku menyukaimu. Aku mencintaimu. Dan aku mau kau menjadi milikku.”
“So, would you be mine, Jung Soojung?”
Soojung mengerjapkan kelopak matanya pelan. Merasakan sensasi aneh yang kembali menghampirinya ketika Jongin mengulangi pernyataan cintanya. Ini lebih manis dari yang tadi. sangat manis malah. Membuat darah Soojung berdesir hebat, jantungnya berpacu cepat, dan ribuaan … ahh, bukan. Bahkan jutaan kembang api meletup mengisi celah di rongga perutnya.
“Soojung, would you be mine?” Jongin kembali mengulangi pertanyaannya.
“Ya,” Soojung mengangguk. Ditatapnya lensa Jongin yang penuh pesona lekat-lekat. Kini sudah tidak ada keraguan lagi. dia benar-benar sudah jatuh hati pada pemuda erkulit tan ini. “I would.”
Jongin tersenyum puas. Dibawanya Soojung ke dalam dekapannya. “Terima kasih, Soojungie. I love you.”
Soojung tersenyum. Dipejamkan kedua matanya. Dihirup aroma Jongin banyak-banyak. Mungkin ini akan menjadi aroma favoritnya mulai sekarang. Aroma memabukkan yang selalu dirindukannya. “Love you too.”
O0O
Suasana yang cukup memprihatinkan terasa di sebuah kamar. Barang-barang yang erada di kamar itu sudah tidak lagi berada di tempatnya. Bersebaran di mana-mana, dan beberapa terlihat ada yang rusak. Pemiliknya kini duduk di lantai sambil bersandar pada ranjang. Menatap kosong ke arah cermin yang kini memantulkan refleksi baur dirinya.
Aku sudah tidak menyukaimu lagi, Sehun.
Sehun kembali mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat. Rasa sakit akibat pecahan kaca bahkan tidak lebih sakit dari luka di hatinya saat ini. Luka di hatinya begitu besar. Menganga. Dan kini semakin terasa perih ketika kembali mengingat apa yang dikatakan oleh pujaan hatinya.
.
.
.
“Ayo kita akhiri perjodohan ini, Sehun.”
Sehun merasa jantungnya berhenti berdetak saat itu juga. Dadanya terasa sesak. “Kenapa?” Sehun bertanya dengan susah payah. Suaranya tercekat di kerongkongan.
Soojung mengalihkan pandangannya. Ternyata cukup berat melepaskannya. Walau dia yakin bahwa perasaannya pada Sehun tak lagi sama. Tapi, tetap saja Sehun itu pernah menjadi orang yang berarti bagi Soojung.
“Kurasa aku menyukai orang lain.”
Sehun merasa hatinya dihujam oleh ribuan pedang. Dulu dia begitu menginginkan hal ini terjadi. Sang tunangan mampu menyukai orang lain dan melepaskannya. Dan sekarang ketika sudah bebas, dirinya malah merasa tidak rela. Oh, miris sekali.
“Apakah dia itu Kim Jongin?” tanya Sehun. Kedua lensanya masih menatap Soojung, namun dengan pandangan berbeda. Kosong.
“Ya,” Soojung mengangguk tanpa ragu.
Sehun tersenyum. Bukan untuk Soojung. Bukan juga karena merasa senang. Dia sedang mencela dirinya sendiri saat ini. Akhirnya Kim Jongin benar-benar merebut Soojung darinya, sesuai dengan apa yang pernah diinginkan pemuda itu. Kini dia sendiri yang menyesalinya. Ketika benar-benar kehilangan Soojung dialah yang kesakitan sendiri.
“Jadi Sehun, ayo kita akhiri pertunangan ini. Aku akan mengatakan pada appa kalau ….”
“Biar aku saja,” sela Sehun dengan cepat. “Biar aku yang mengurusnya.”
Perkataan Sehun sukses membuat senyum terkembang di wajah Soojung. Gadis itu kini meraih tangan Sehun dan menggenggamnya erat. Sehun mengamati telapak tangannya yang digenggam Soojung. Rasanya Sehun tidak ingin Soojung melepaskannya. Tidak mau.
“Terima kasih untuk selama ini Sehun,” Soojung mengatakan dengan tulus dari dalam lubuk hatinya. “Terima kasih,” katanya sekali lagi.
Sehun hanya mengangguk. Hatinya terus berharap bahwa yang dialaminya adalah mimpi. Tapi sepertinya bukan, karena sosok Soojung terlalu nyata untuknya.
“Ah, tadi bukankah kau mau mengatakan sesuatu?” Soojung teringat bahwa pemuda berkulit putih itulah yang lebih dulu mengajaknya bertemu.
Sehun mengerjap pelan sebelum akhirnya membuang muka. Setelah semua yang Soojung katakan, untuk apa Sehun melanjutkannya. Untuk apa dia menyatakan perasaan pada gadis yang tidak mencintainya lagi. “Tidak jadi.”
Kening Soojung mengerut sempurna. Gadis itu merasakan keanehan pada diri Sehun. Dia cukup mengenal Sehun dengan baik. Dan sepertinya ada yang disembunyikan oleh pemuda itu.
“Pergilah,” Sehun kembali bersuara. “Sepertinya ada yang menunggumu, benar bukan?”
“Oh,” Soojung teringat janjinya pada Jongin. Janji untuk segera kembali setelah memastikan perasaannya. “Baiklah Sehun. Aku pergi dulu. Sekali lagi, terima kasih banyak.”
.
.
.
“Terima kasih juga, Soojung,” Sehun kembali menggumamkannya. Sama ketika melihat gadis itu hilang dari pandangannya. Juga hilang dari jangkauannya. “Terima kasih karena sudah berhasil mematahkan hatiku,” ujarnya lagi.
Sehun meletakkan kepalanya di ranjang dengan tubuh yang masih terduduk di lantai. Matanya menatap langit-langit kamar dengan lekat. Sehun tidak pernah membayangkan dirinya akan seperti ini. Terkungkung dalam penyesalan tak berujung karena Soojung sudah tidak lagi menjadi miliknya. Miris memang ketika menyadari bahwa penyebab semuanya adalah dirinya sendiri.
Dia yang sejak awal menolak gadis itu. Dia yang sejak awal meminta gadis itu melepaskannya. Dia yang sejak awal mendorong gadis itu ke dalam pelukan lelaki lain. Dan sekarang Sehun meratapi semuanya. Ketika gadis itu sudah tak mau lagi bertahan dengannya. Ketika gadis itu sudah lelah dengan perasaannya. Ketika gadis itu tak lagi menyukainya.
Sehun tidak menyangka kalau rasanya sesakit ini.
Dan sekarang apa yang mau dia lakukan? Mengharapkan gadis itu kembali padanya?
Sehun mengerjap pelan. Kembali padanya? Ahh, yah benar. Sejak awal Soojung adalah miliknya. Jadi, Sehun harus membuat gadis itu kembali padanya.
Susah payah Sehun segera berdiri. Pemuda itu berkeliling di kamarnya. Mencari ponsel yang entah sudah terlempar ke mana tadi. Senyumnya terkembang saat menemukan benda segiempat itu.
“Yeobseo, paman Jung?”
Sehun benar-benar akan membuat Soojung kembali. Apapun caranya. Dan tak akan lagi melepaskannya. Meski untuk Kim Jongin sekalipun.
“Ini soal pertunanganku dengan Soojung. Kupikir kami sudah siap untuk diresmikan. Bisakah paman segera mengaturnya?”
O0O
Sekolah dibuat heboh pagi ini. Pasalnya sang cassanova kini sudah menggandeng seorang gadis di hari pertama saat semester baru dimulai. Yang cukup mencengangkan adalah karena yang digandeng oleh pemuda itu adalah seorang yang tidak pernah diduga. Si nerd –Jung Soojung.
“Jongin, apa kau tidak malu?”
Jongin mengernyit mendengar pertanyaan yang Soojung ajukan, “Malu? Kenapa?” bukannya menjawab Jongin malah balik bertanya.
“Tidak malu karena bergandengan tangan denganku yang jelek ini?”
Jongin tersenyum. Tangannya terangkat untuk mengusap puncak kepala Soojung dengan lembut. “Kenapa harus malu? Aku harusnya bangga bisa berpacaran dengan gadis terpintar di sekolah. Dan lagi, kau itu tidak jelek, Soojung. Kau cantik.”
Soojung mendesah sebentar. Iya, dia juga tahu dirinya cantik. Tapi, dengan dandanan seperti ini? Yang benar saja? “Jongin, perlukah aku merubah penampilanku agar kau tidak malu lagi?”
Jongin menghembuskan napasnya pelan. Dihentikan langkahnya. Ditatapnya Soojung lekat-lekat. “Sudah kubilang aku tidak malu,” ujar pemuda itu. “Dan kau tidak perlu berubah untukku. Jadilah diri sendiri. Penampilanmu yang seperti ini juga membuatku terpesona.”
Soojung memutar bola matanya, “Jangan bohong.”
“Tidak bohong,” tukas Jongin cepat. “Kau ingat saat aku membantu pekerjaanmu di perpustakaan?” Soojung mengingat sebenatar dan akhirnya mengangguk. Saat itu Jongin memaksa untuk memberi bantuan. “Saat aku menangkap tubuhmu yang nyaris jatuh, aku merasakan hal yang aneh.”
Soojung menatap Jongin ingin tahu. Merasakan hal aneh seperti apa?
“Jantungku berdebar-debar saat menatap lekat kedua matamu.”
Soojung mengerjap pelan. Apa Jongin bilang?
“Saat itu aku pikir kalau kedua matamu adalah yang terindah yang pernah kulihat.”
Soojung membuang mukanya yang memerah. Sial, kenapa pagi-pagi Jongin sudah membuat dirinya merona seperti ini?
“Bagaimana? Percaya?”
Soojung mengangguk pelan. Wajahnya masih berpaling, belum berani ditunjukkan pada Jongin. Membuat pemuda itu menatap Soojung gemas. Soojungnya benar-benar manis. Karena itu dia sangat menyukainya dan hanya mau kalau dirinya yang menikmati paras ayu dan menggemaskan milik gadisnya ini.
“Dan lagi, aku tidak mau semua orang menatapmu penuh damba nanti.” Jongin menangkup kedua pipi Soojung. Membuat gadis itu kembali menatapnya. “Wajah cantik ini hanya milikku. Jadi kau harus menjaga untukku, mengerti?”
Soojung terpaku. Dia mengangguk seperti kehilangan roh saat ini. Entah kenapa, ditatap lekat sepeti itu oleh Jongin membuatnya seakan terhipnotis. Hingga tidak pernah bisa menolak keinginan pemuda itu.
“Bagus, itu baru Soojungku,” ujar Jongin lantas menempatkan bibirnya pada bibir sang gadis. Persetan dengan tempatnya berada saat ini. Bibir merah muda Soojung begitu sayang untuk dilewatkan. Terlampau menggoda.
.
.
.
.
.
.
.
Sehun menyaksikan pemandangan itu dengan telapak tangan yang terkepal. Ingin rasanya dia memukul Jongin saat ini karena telah berani menyentuh Soojungnya, miliknya. Benar, Jung Soojung adalah miliknya, tetap miliknya.
“Kita lihat siapa yang akan memenangkan hatinya, Kim Jongin,” desis Sehun sinis. “Bersenang-senanglah dulu, karena nantinya kau akan mengembalikan milikku kembali. Soojung akan kembali padaku, pasti.”
O0O
Setelah sekian lama, akhirnya Soojung bisa merasa menjadi gadis paling beruntung di seluruh dunia. Dia tidak harus lagi menyiksa diri dengan bertahan pada cinta sebelah pihak. Kini sudah ada lelaki yang mencintainya sepenuh hati. Dan barang tentu jika Soojung juga mencintainya. Yang lebih istimewa adalah karena sang pujaan hati mau menerima dirinya apa adanya. Jongin tidak pernah mempermasalahkan siapa dan seperti apa Soojung. dia tidak peduli meski Soojung terus melakukan penyamarannya sebagai seorang nerd. Lebih tepatnya Jongin belum tahu sama sekali mengenai alasan gadis itu. Yang penting, dia akan selalu menjadi Soojung-nya Jongin. Cukup itu saja. Titik.
Beberapa hal cukup kontras di balik kesenangan Soojung saat ini. Gadis itu masih belum menceritakan apapun mengenai dirinya. Belum terutama soal Sehun yang dijodohkan dengannya atau Minho yang sama sekali bukanlah kakaknya. Bagaimana menjelaskannya, yah? Soojung hanya belum merasa siap memberitahukannya pada Jongin. Takutnya pemuda itu justru akan menjauhinya ketika tahu mengenai statusnya. Jadi, Soojung memutuskan sedikit bersabar dan menunggu hingga Sehun menyelesaikan urusan pembatalan pertunangan mereka. Toh, pertunangannya belum diresmikan, belum dipublikasikan. Pasti mudah untuk dibatalkan, bukan?
Hanya saja, Soojung cukup penasaran dengan tindakan apa yang akan Sehun lakukan. Mengingat pemuda yang pernah menempati hatinya itu tak memberi kabar sama sekali. Karena itulah, sedari tadi Soojung terus bergerak gelisah hingga tidak mampu menikmati santap malamnya.
“Bagaimana sekolahmu, Soojung?”
Soojung beralih menatap sang ayah. Memainkan sendoknya pelan sambil berdeham kecil. “Baik seperti biasanya. Tidak ada masalah,” jawab gadis itu diiringi senyum tipis yang terukir menghiasi wajahnya.
Tuan Jung tersenyum menanggapi jawaban yang diberikan putri kesayangannya. Berbeda dengan sang istri yang kebetulan duduk di seberang Soojung. Wanita itu menatap Soojung dan suaminya dengan pandangan tidak suka. Tumben interaksi keduanya baik, membuat ibu tiri Soojung itu merasa kesal sendiri.
“Ehm, appa?” Soojung memberanikan diri untuk membuka suara kembali. “Bolehkah Soojung menanyakan sesuatu?” tanyanya hati-hati.
“Peraturan di meja makan. Dilarang mengobrol.”
Soojung mendengus pelan lantas menatap si ibu tiri yang tengah tersenyum penuh kemenangan. Ibu tiri Soojung tampak tidak peduli dengan tatapan mengerikan yang diberikan anak tirinya. Dia bahkan dengan santai menyuapkan kembali santap malamnya.
“Mau bertanya soal apa, Soojung?”
Ibu tiri Soojung menghentikan kunyahannya. Menelan begitu saja apa yang sudah berada di mulutnya. Dia menatap suaminya tidak percaya. Dilihatnya sang suami tengah berbinar menatap putrinya. Kelihatannya pria paruh baya itu antusias sekali mengingat interaksinya dengan sang putri cukup jarang dilakukan.
Soojung menarik napasnya dalam-dalam sebelum kembali bersuara. “Hmm, begini. Apakah Sehun sudah memberitahu appa mengenai sesuatu?”
Tuan Jung mengernyit tidak mengerti. Otaknya terus berputar untuk menemukan maksud pertanyaan putrinya.
“Soal perjodohan kami?”
“Ah, itu.” Wajah tuan Jung berseri saat Soojung menyebut soal perjodohan. Kembali diingatnya mengenai telepon dari sang calon menantu beberapa waktu yang lalu. “Yah, dia sudah menyampaikannya pada appa.”
Soojung menatap sang ayah antusias. Bagus, Sehun sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. “Jadi, appa tidak keberatan soal itu?”
Tuan Jung mengangguk tanpa ragu. “Tentu saja tidak.” Soojung tersenyum mendengarnya.
“Bahkan appa dan keluarga Sehun ingin segera melangsungkan pertunangan kalian dalam waktu dekat.”
“Ah, baguslah ….A-apa?” Soojung membulatkan mulutnya. Pertunangan? Bukankah mereka sedang membahas pembatalan pertunangan?
“Tenang saja, Soojung. Kau dan Sehun tinggal terima beres. Biar kami para orang tua yang menyiapkan semuanya.”
Soojung menatap kosong ke depan. Apa artinya ini? Apa berarti Sehun tidak menyampaikan soal pembatalan pertunangan mereka? Tapi, kenapa?
“Aku tidak menyangka kalau akhirnya kalian sudah bersedia jika pertunangan ini diresmikan. Aku senang sekali saat mendengar ini dari Sehun.”
Soojung mengerjap cepat. Mencerna semua yang dikatakan oleh sang ayah. Sehun yang memintanya? Dia tidak jadi membatalkan pertunangan mereka dan malah minta diresmikan? Apa sebenarnya yang diinginkan oleh pemuda bermarga Oh itu?
O0O
Buk.
Soojung mengerjap saat tubuhnya terkena lemparan bola voli.
“Jung Soojung, keluar.”
Soojung menghela napas pelan sebelum beranjak keluar dari lapangan. Gadis itu memilih duduk di sisi lapangan dan menonton permainan teman-teman sekelasnya yang sudah dimulai kembali. Gadis itu duduk bersama sekitar 5 orang yang juga sudah keluar karena lemparan bola. Huh, Soojung sebenarnya malas mengikuti permainan tidak jelas ini. Tapi, harus dilakukannya mengingat ini bagian dari pelajaran olahraga.
Gadis itu memeluk lutut erat. Ujung dagunya disandarkan di lutut dan dirinya kembali menerawang tak tentu arah. Seperti tadi saat bermain lempar bola, dia kembali melamun. Melamunkan apa yang dikatakan sang ayah saat makan malam berlangsung. Mengenai pertunangan antara dirinya dan Oh Sehun.
Netra Soojung tanpa sadar mengarah pada sosok pemuda yang tengah memenuhi pikirannya –Oh Sehun. Bukan karena pemuda itu kembali mengisi hatinya seperti terakhir kali. Tetapi, karena percakapannya dengan sang ayah. Mengenai Sehun yang meminta agar pertunangannya segera diresmikan. Soojung menghela napas sejenak. Sebenarnya apa yang dipikirkan pemuda yang sedang bermain basket bersama rekan-rekan sekelasnya itu? Apa tak cukup menyiksa Soojung hingga selama ini? Dan sekarang masih ingin bermain-main dengannya?
Grep.
Soojung merasakan tangan dengan ukuran cukup besar menelusup di balik kacamatanya. Menutup kedua matanya hingga tak mampu memandangi sosok Sehun kembali.
“Ayo tebak siapa ini?”
Soojung tersenyum mendengar suara itu. Suara yang begitu dikenalnya. Suara sang kekasih. “Kim Jongin.”
Jongin tersenyum. Dilepaskan kedua mata Soojung hingga kini mampu memandangnya. “Binggo, pacarku pintar sekali.”
Soojung kembali tersenyum mendengarkan celotehan Jongin. “Kau tidak main basket dengan yang lain?”
“Kau tidak main lempar bola lagi?”
Soojung mendengus pelan. Dia yang bertanya lebih dulu, tapi Jongin malah balik bertanya. “Aku keluar. Tadi kena lempar. Kalau kau, Jong?”
“Aku malas,” jawabnya acuh.
Soojung menggeleng pelan mendengar jawaban Jongin. Tapi, tak lama kemudian dia harus kembali tersipu karena Jongin duduk di sampingnya sambil merangkul pundaknya mesra. Tanpa sadar Soojung menyandarkan kepala di dada Jongin. Tidak peduli dengan tatapan membunuh yang dilayangkan teman-teman sekelasnya yang menjadi fans Jongin. Toh, Soojung adalah kekasih Jongin. Soojung berhak bersandar dan merasa nyaman berada dalam dekapan lelaki itu.
“Soojung?”
“Hum?”
“Jangan melihat Oh Sehun lagi.”
Soojung mengerjap pelan sebelum akhirnya menjauhkan dirinya dari tubuh Jongin. Gadis itu menatap Jogin lekat-lekat. Pemuda itu tengah memandang ke arah Sehun dengan pandangan tak suka. Mungkinkah?
“Kenapa?”
Jongin mendesah kesal dan beralih menatap Soojung yang tengah menahan diri untuk tidak tersenyum. Jongin yang sedang cemburu terlihat menggemaskan sekali.
“Aku hanya tidak suka. Kau hanya boleh melihatku saja, mengerti?”
“Cemburu, ya?”
Jongin merasakan wajahnya memanas. Dia segera memalingkan wajah sebelum Soojung menyadari perubahan rona wajahnya. “Tidak.”
“Jongin, jangan berbohong.”
Jongin sekali lagi menghembuskan napasnya. Sepertinya mau ditutupi seperti apa juga Soojung tahu jika dirinya cemburu. “Yah, aku cemburu. Jadi jangan lakukan lagi, menger… awww, Soojung sakit.”
Soojung tidak peduli dan tetap mencubit pipi Jongin dengan gemas. “Uh, Jonginku manis sekali,” katanya membuat Jongin kembali tersipu.
.
.
.
.
Buk.
“Yak, Oh Sehun! Kenapa tidak menangkap bolanya, huh?!”
Sehun tidak bergeming dari tempatnya. Dirinya juga mengabaikan omelan rekan setimnya. Sehun masih sibuk mengamati dua sejoli yang tengah bercengkerama di pinggir lapangan.
“Aku keluar.”
Sehun berlalu saja meninggalkan lapangan. Moodnya sedang buruk terutama karena melihat kemesraan Jongin dan Soojung.
“Sebentar lagi, Oh Sehun. Bersabarlah sebentar lagi, Soojung akan menjadi milikmu lagi setelah ini,” gumamnya pada diri sendiri.
O0O
Soojung mencoba mencari seragamnya di dalam loker. Tetapi, seberapa keras dirinya mencari, tetap saja seragamnya tidak berada di sana. Soojung menghela napas sebentar sambil mengingat-ngingat. Siapa tahu dia meninggalkannya di ruang ganti tadi. Ah, benar juga. Soojung harus mengeceknya.
“Sedang mencari ini, nona Jung?”
Soojung berbalik untuk melihat siapa yang bersuara. Kedua matanya membulat ketika melihat beberapa teman perempuan sekelasnya tengah berdiri di hadapanya. Dan tidak hanya itu, salah seorang dari mereka tengah mengacungkan seragam yang sudah compang-camping. Soojung yakin sekali kalau itu adalah seragamnya. Tidak salah lagi.
“Kalian apakan seragamku?”
Orang-orang yang merusak seragam Soojung hanya tertawa renyah. Setelahnya seragam itu di lempar tepat ke muka Soojung. membuat Soojung berang bukan main. Orang-orang ini benar-benar menyebalkan.
“Kami hanya membuatnya lebih bagus,” kata salah seorang dari mereka. “Salah sendiri bermesraan dengan Jongin di depan kami.
Soojung menarik napasnya dalam-dalam. Jadi, ini soal Jongin? Huh, Soojung akan menduga jika akan berakhir seperti ini. Sebelumnya dia sudah meneguhkan diri untuk menghadapi apapun yang menimpanya di sekolah. Karena menjalin hubungan dengan siswa popular seperti Jongin bukan persoalan yang mudah dilakukan.
“Apa yang bagus darimu sampai Jongin memilihmu?”
“Kau sama sekali tidak layak untuk bersanding dengan Jongin?”
Soojung ingin tertawa mendengarkan penuturan orang-orang di depannya ini. Mereka pikir mereka siapa? Bisa menilai diri Soojung sesuka mereka. “Memangnya di antara kalian ada yang layak dengan Jongin?”
Mereka semua terdiam mendengar balasan yang Soojung layangkan. Soojung tersenyum sinis. Boleh saja penampilannya masih seperti nerd. Tapi, dia akan tunjukkan siapa Jung Soojung yang sebenarnya. Soojung yang tak gentar melawan siapapun.
“Kurasa Jongin tidak bodoh untuk memilih kalian. Gadis-gadis genit, tidak punya otak yang bisanya cuma berdandan,” sindir Soojung dengan pedas.
“Apa kau bilang?!?”
Bruk.
Soojung meringis saat salah satu dari mereka mendorongnya keras hingga membentur loker. Membuat Soojung terjatuh sambil menahan sakit di area punggung dan lengannya.
“Apa yang kalian lakukan?!?”
Gadis-gadis yang nyaris mengeroyok Soojung terpaku di tempat. Mereka menunduk takut saat melihat seorang pemuda tengah berada di sana. Melihat dan menginterupsi perbuatan mereka barusan.
“Apakah gadis-gadis terhormat di sekolah ini sudah berubah jadi preman pasar, huh?” cibir pemuda itu dengan dingin. “Pergi sekarang juga sebelum kulaporkan ini pada guru.”
Dengan setengah panik mereka semua berlarian pergi dari sana. Meninggalkan Soojung yang tengah meringis menahan sakitnya.
“Kau baik-baik saja, Soojung?”
Soojung mengerjap pelan mendengar nada khawatir yang ditunjukkan oleh pemuda yang baru saja menolongnya.
“Ada yang sakit, huh?” tanyanya lagi sambil mengamati tubuh Soojung dengan teliti. Takut Soojung mendapatkan luka yang cukup serius.
“Aku baik-baik saja,” ujar Soojung sambil menepis tangan si pemuda yang tengah memegangi bahunya. “Jangan mengkhawatirkanku, Oh Sehun,” lanjut Soojung dengan nada suara yang dingin.
Sehun mengatupkan bibirnya rapat saat mendengar Soojung berkata demikian. Ada perasaan perih saat menerima sikap dingin dari Soojung. Mungkinkah ini yang dirasakan gadis itu dulu? Saat Sehun bersikap dingin kepadanya?
Soojung susah payah untuk berdiri. Berulang kali gadis itu menepis tangan Sehun yang terulur untuk membantunya. Dia tidak mau dikasihani, apalagi oleh seorang Oh Sehun. “Terima kasih atas bantuanmu. Tapi, aku bisa menghadapi mereka sendiri. Aku sudah terbiasa. Kau tidak perlu membantuku lagi lain kali,” kata Soojung sambil berlalu pergi.
Namun, sebelum dirinya pergi terlalu jauh, Sehun sudah menahan lengannya. Kembali pemuda itu menatapnya begitu khawatir. “Sikumu terluka. Aku obati dulu di ruang kesehatan, yah?” tawar Sehun dengan lembut.
Soojung menghembuskan napasnya sebelum kembali menghempaskan lengannya agar terbebas dari genggaman Sehun. “Tidak perlu.”
“Kumohon Soojung. Aku tidak tahan melihatmu terluka seperti ini.”
Soojung tertawa tanpa suara. Apa Sehun bilang? Tidak tahan melihatnya terluka? Lalu selama ini apa? Bukankah pemuda itu yang sudah melukainya sepanjang hari. Membuatnya menangis dan bersedih setiap waktu. Dan kenapa sekarang malah peduli padanya?
“Kau tahu Oh Sehun?” tanya Soojung dengan nada dinginnya. “Aku malah akan semakin terluka saat berada di dekatmu.”
Sehun merasa hatinya teremas saat mendengar perkataan Soojung.
“Aku benar-benar tidak mengerti dengan dirimu. Kau selalu saja menyakitiku, bersikap kasar dan dingin padaku. Dan satu lagi, kenapa kau masih saja meneruskan pertunangan kita? Apa kau belum cukup menyakitiku selama ini? Aku sudah melepaskanmu, Oh Sehun. Sesuai harapanmu. Tak bisakah kau sedikit berbaik hati padaku?”
Soojung menarik-hembuskan napasnya saat akhirnya mampu meluapkan apa yang dipendamnya sejak semalam. Dia sudah lelah dengan semua permainan Sehun. Sudah cukup dia dipermainkan dan disakiti. Sekarang dia hanya mau bahagia. Bersama orang yang dicintainya. Kim Jongin.
“Apapun yang kau lakukan, aku pastikan kalau pertunangan itu tidak akan berlangsung,” kata Soojung dengan tegas. “Jika kau tidak mau membatalkannya, maka aku yang akan melakukannya.”
Sehun menatap Soojung nanar. Kepalanya terus menggeleng. Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Pertunangan mereka harus tetap berlangsung. Soojung harus kembali menjadi miliknya.
Grep.
Soojung melebarkan matanya saat merasakan dekapan dari belakang tubuhnya. Yang membuatnya lebih terkejut adalah saat menyadari siapa yang melakukannya –Oh Sehun.
“Sehun, lepaskan.”
Sehun menggeleng. Pemuda itu semakin mengeratkan dekapannya. Kepalanya dibenamkan di sela antara leher dan bahu Soojung.
“Tidak. Aku tidak akan pernah melepaskanmu.”
Soojung mendesah kesal. Dia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran pemuda berkulit putih ini.
“Oh Sehun, lepas ….”
.
.
.
“Aku mencintaimu.”
Soojung menghentikan aksinya untuk berontak dari dekapan Sehun.
“Aku mencintaimu, Soojung. Jangan tinggalkan aku.”
.
.
.
TBC
Oke, buat hasil di atas… jangan marahi Sehun, Jongin, atau Soojungnya.. ^^ mahrahi ajha yang bikin cerita.. ^^ huum, cukup sulit ketika menggabungkan 2 atau lebih pairing yang kuat.. apalagi authornya labil kayak aku.. hehehe.. ^^ okee deeh, ditunggu reviewnya ^^ Gomawo ^^