LOVE – [2]
Im Yoona – Oh Sehun
Bae Irene – Kim Jongin/Kai
Standard Disclaimer Applied
KAIGERL’s Present
-OoO-
“Kapan warna rambut nona berubah?”
“Baru saja, bagaimana? Apa aku terlihat cantik?”
Han ahjumma tersenyum kemudian mengacak rambut gadis itu pelan. “Nona selalu terlihat cantik, karena itu nona harus selalu tersenyum. Jangan sedih lagi, karena ahjumma juga akan sedih.”
“Gomawo, sudah menjagaku selama ini.”
-OoO-
Ini adalah hari pertama Yoona masuk sekolah setelah satu minggu tanpa kabar. Kesan pertama yang ia terima adalah tatapan aneh dari seluruh warga sekolah. Yoona sudah menduga sebelumnya, dan ia sudah sangat terbiasa dengan itu.
Yoona sudah bertekad, ia akan berubah dan berusaha menjadi gadis yang baik. Ia sadar sikapnya selama ini sudah keterlaluan, terutama pada Irene. Mengenai gadis itu, Yoona akan menemui Irene dan meminta maaf padanya, hal yang tidak pernah ia lakukan selama ini.
“Im Yoona!”
Langkahnya terhenti ketika mendengar seseorang memanggilnya, Yoona balik badan dan menemukan Kai sedang berlari ke arahnya. Yoona kaget ketika namja itu tiba-tiba memeluknya dengan sangat erat hingga membuatnya sulit bernafas.
“Yak! Apa yang kau lakukan, Kkamjong?”
Namja itu melepas pelukannya, kemudian ia menatap lekat wajah Yoona membuat gadis itu mengerutkan kening.
*pletak
“Appo ~ “ Sontak Yoona memegang keningnya yang baru saja mendapat jitakan manis dari Kai. “Kau darimana saja? Satu minggu menghilang tanpa kabar.” Kai memegang kedua bahu gadis itu.
“Itu tidak penting.” Yoona tersenyum kecil melihat raut kekhawatiran di wajah Kai. Gadis itu baru sadar bahwa selama ini Kai adalah orang yang selalu berada di dekatnya—selain Jieun—meski ia kerap kali berlaku seenaknya pada namja itu.
“Tapi bagiku itu penting!”
Yoona melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan Kai yang terus berteriak. Kemudian ia merasakan seseorang merangkul bahunya, itu Kai yang menyusulnya. Kemudian mereka bersama-sama masuk ke kelas.
Gadis itu mencari-cari keberadaan sosok sahabatnya, namun ia tidak menemukan pemilik bangku yang ada di sampingnya. Seolah mengerti dengan hal itu, Kai memberitahu Yoona bahwa Jieun pindah sekolah beberapa hari yang lalu. Yoona merasa sedih dan menyesal karena tidak sempat bertemu dengan Jieun.
“Karena si culun itu sudah tidak ada, maka aku yang akan jadi teman sebangkumu.”
“Yak! Siapa yang memperbolehkanmu duduk di sini, huh?” Yoona mencoba mendorong tubuh Kai agar namja itu pindah dari kursi Jieun. Namun kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan Kai, namja itu bahkan tidak bergerak dari tempatnya sama sekali.
“Hey, nona Im. Seharusnya kau sadar bahwa sekarang hanya aku temanmu di sini.”
Tak ingin berdebat lebih lama, akhirnya Yoona membiarkan Kai berbuat sesuka hatinya meski sebenarnya ia merasa senang, setidaknya ia tidak sendiri setelah Jieun tidak ada. Tanpa sengaja, tatapannya bertemu dengan seorang namja yang baru saja masuk ke dalam kelas bersama seorang gadis.
“Se—“Ia hendak menyapa dan menghampiri namja itu seperti biasa, namun ia langsung menyadari tatapan dingin namja itu.
“Sehun pasti sangat membenciku sekarang.” Batinnya.
Selama pelajaran berlangsung, Yoona hanya fokus pada materi yang dibawakan. Karena sekarang ia sebangku dengan Kai, terpaksa Yoona harus menerima segela kejahilan dari namja berkulit kecoklatan itu.
“Yak! Berhenti menggangguku, Kkamjong!” Desis Yoona.
“Huft! Aku bosan mendengar penjelasan guru itu.” Kai menyandarkan kepalanya di bahu sempit gadis itu.
“Yak! Menjauh dariku!”
“Tidak mau.”
“Kkamjong!”
Kai terus mengganggu Yoona, dan Yoona hanya bisa memaki Kai. Ternyata pertengkaran kecil itu tidak luput dari perhatian seseorang di kelas.
“. . .Hun? Sehun oppa, kau mendengarku?”
“A-aku mendengarmu.”
-OoO-
Kai berseru ketika guru di kelas selesai mengajar dan keluar. Namja itu beranjak dari tempat duduknya kemudian menarik tangan Yoona berniat untuk mengajaknya ke kantin.
“Aku lapar.”
“Aku juga.” Jawab Yoona, ia masih duduk di tempatnya.
“Kalau begitu ayo ke kantin.”
“A-aku bawa bekal.”
“Apa?”
“Kubilang aku bawa bekal!” Yoona menghempaskan tangan Kai ketika melihat raut wajah namja itu menahan tawanya. Yoona kesal, ia merasa Kai sedang mengejeknya. “Apa yang salah dengan bawa bekal?” Gumamnya pelan.
Gadis itu mengambil tasnya dan keluar dari kelas, ia akan mencari tempat untuk memakan bekalnya. Kai berteriak memanggil Yoona, tapi gadis itu tidak menghiraukan Kai dan terus berjalan. Kai berdecak sebal kemudian berlari menyusul Yoona.
Di sinilah Yoona sekarang, di taman belakang sekolah. Ia tidak sendirian, ada Kai yang ikut memakan bekalnya. Namja itu memaksa untuk memakan bekal milik Yoona meski Yoona bersikeras melarangnya. Tapi Kai tidak peduli dan makan begitu saja.
-OoO-
“Kau mau ke mana?”
“Aku ada urusan sebentar.”
Irene menatap kepergian Sehun, ia pikir Sehun akan menemaninya makan di kantin, tapi ternyata namja itu malah pergi. Dengan setengah hati, Irene memakan makanannya sendirian.
Dan Sehun, namja berkulit pucat itu berapa di rooftop sekolah. Sesampainya di sana, ia disuguhkan oleh pemandangan halaman belakang yang jarang dikunjungi. Tak sengaja, pandangannya menangkap dua orang yang sedang berebut sesuatu. Sehun menyipitkan matanya dan memastikan bahwa itu adalah Kai dan Yoona.
“Im Yoona.”
Flashback On
Sehun mendudukkan tubuhnya di pinggir tempat tidur, dan ia begitu terkejut ketika Yoona langsung memeluknya. Samar-samar ia mendengar suara isakan dari mulut gadis itu. Tanpa sadar, tangannya tergerak untuk mengusap punggung rapuh itu.
“Sebenarnya kau ini orang seperti apa?” Gumamnya pelan.
“Hiks. . .eomma. .” Gumam Yoona dalam tangisnya.
Sehun menjauhkan sedikit tubuhnya dari gadis itu, kemudian ia menangkup kedua pipi Yoona dan menatap wajahnya lekat-lekat. Ibu jarinya mengusap lelehan air mata yang membasahi pipi gadis itu.
“Kenapa gadis jahat sepertimu bisa menangis seperti ini?” Tanya Sehun, sementara Yoona masih menangis sesegukan.
“Hiks—aku. . .”
Tak tahan melihat gadis itu menangis, Sehun menahan kepala Yoona dan mencium bibir pink itu dengan lembut. Sehun bisa merasakan rasa asin yang diyakini berasal dari air mata gadis itu. Setelah beberapa menit, akhirnya Sehun menajuhkan wajahnya. Dan ia menemukan gadis itu sudah terlelap. Tanpa sadar, namja itu tersenyum tipis.
Flashback Off
Karena terlalu asik melamun, Sehun sampai tidak menyadari bahwa kedua objek yang ia perhatikan sudah tidak lagi di sana.
-OoO-
Yoona kembali ke kelas sendirian, sedangkan Kai menuju ke kantin membeli air mineral karena Yoona tidak membagi minumannya. Di koridor, ia melihat Irene berjalan sendiri di depannya. Dalam hati Yoona bertanya-tanya mengapa gadis itu sendirian, biasanya gadis itu selalu berdua dengan Sehun.
“Oh, bukankah aku harus minta maaf padanya.” Batin Yoona.
Gadis itu berlari kecil menyusul Irene, ia kemudian memegang tangan Irene membuat gadis itu sedikit terkejut. Yoona bisa melihat raut ketakutan di wajah Irene, ia tahu bahwa gadis itu pasti takut dengannya setelah kejadian itu.
“A-ada apa? Apa aku melakukan kesalahan lagi?” Tanya Irene.
“Tidak, justru aku yang bersalah.” Yoona menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan. “Irene ssi, aku benar-benar minta maaf tentang kejadian itu. Aku menyesal, seharusnya aku tidak melakukan itu padamu.” Ujar Yoona bersungguh-sungguh.
Irene tampak terkejut dan tidak menyangka bahwa gadis dengan reputasi buruk itu meminta maaf padanya. Jujur saja setelah kejadian itu, Irene menaruh rasa tidak suka terhadap Yoona, tapi kali ini ia melihat kesungguhan di wajah itu.
“Syukurlah kalau kau sadar.” Irene tersenyum manis. “Aku memaafkanmu, asal kau tidak mengulanginya lagi.”
Yoona ikut tersenyum, ia merasa sangat lega mendengar Irene memaafkannya. Kini ia mengerti kenapa Sehun tidak bisa menerima perasaannya, bagaimana mungkin Sehun meninggalkan gadis sebaik Irene demi orang seperti dirinya. Tiba-tiba saja Yoona merasa tidak percaya diri berhadapan dengan gadis mungil di depannya.
“Terima kasih. Aku janji tidak akan mengulanginya.” Yoona memeluk Irene secara tiba-tiba membuat gadis itu lagi-lagi terkejut.
“Apa yang kau lakukan padanya?”
Yoona merasa tubuhnya ditarik sehingga ia terpaksa melepas pelukannya pada Irene. Ia menemukan Sehun menatapnya dengan alis berkerut, dari ekspresi wajahnya Yoona bisa menyimpulkan bahwa Sehun tidak suka dengan apa yang ia lakukan pada Irene.
“Dia tidak melakukan apa-apa padaku.” Irene memegang lengan Sehun dan menjelaskan semuanya dengan cepat, tak ingin Sehun salah paham.
“Bisa saja dia mencelakaimu seperti waktu itu.” Ujar Sehun sambil terus menghunuskan tatapan penuh intimidasi pada Yoona.
“Tidak, dia baru saja minta maaf padaku.”
“Apa?” Ujar Sehun tak percaya.
“A-aku juga minta maaf padamu Sehunie—maksudku Sehun ssi, selama ini aku sudah berbuat jahat padamu. Aku benar-benar minta maaf.” Yoona berbalik dengan cepat, ia merasa kedua matanya berkaca-kaca dan siap untuk menangis. Yoona benar-benar tidak bisa melihat Sehun bersama gadis lain, ia terlalu mencintai namja itu.
Sehun menatap punggung Yoona hingga gadis itu berbelok entah kemana dan hilang dari pandangannya. “Dia minta maaf padamu?” Tanya Sehun ingin memastikan.
“Iya, kau dengar sendiri tadi, dia juga minta maaf padamu.” Jawab Irene. “Sudahlah, ayo kembali ke kelas.”
-OoO-
Kai menyaksikan semuanya, tapi ia memilih untuk diam dan mengamati. Kini ia berada di luar toilet menunggu gadis itu hingga selesai. Beberapa saat kemudian, Yoona keluar dari toilet dengan wajah sembab.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya Kai.
“Memang kelihatannya bagaimana, huh? Minggir!” Ujar Yoona ketus.
Tapi jawaban ketus itu membuat Kai lega, ia pikir Yoona akan keluar dengan wajah berurai air mata. Meski berwajah sembab, tapi gadis itu tidak terlihat menyedihkan. Ya, setidaknya ia bisa menyembunyikan itu dibalik wajah menyebalkannya.
-OoO-
Karena terlambat masuk kelas, Yoona dan Kai diberi hukuman membersihkan toilet. Yoona benar-benar tidak terima dengan itu, tapi mengingat misinya untuk menjadi gadis baik-baik, akhirnya ia terpaksa melakukan pekerjaan yang mengharuskannya berbaur dengan alat pembersih.
“Ya Tuhan, bagaimana bisa sekolah elit ini memiliki toilet yang menjijikan?” Ujar Yoona sebal.
“Jangan banyak bicara, cepat lanjutkan pekerjaanmu.”
Jika membersihkan satu toilet tidak masalah, tapi kali ini mereka diharuskan untuk membersihkan semua toilet di sekolah. Karena itu, mereka pulang lebih lambat dari yang seharusnya.
“Aku lelah sekali.” Yoona mengusap peluh di wajahnya. “Huft! Kenapa si kkamjong itu lama sekali sih?” Keluh gadis itu. Ngomong-ngomong, Kai sedang membeli air mineral beberapa saat yang lalu, tapi sampai sekarang namja itu belum kembali.
Drrtt Drrtt
Yoona merasakan ponselnya bergetar, ia bertanya-tanya siapa yang mengiriminya pesan singkat. Keningnya berkerut ketika pesan yang masuk berasal dari nomor yang tidak dikenal.
From : +9234xxx
Maaf, aku pulang duluan. Adikku meminta untuk dijemput.
-Dari orang paling tampan di dunia, Kim Kai-
“YA! Berani-beraninya dia meninggalkan aku sendirian.” Yoona hendak membanting ponselnya, tapi ia tidak akan melakukan itu demi makhluk hitam yang meninggalkannya di toilet sendirian.
“Tunggu, darimana dia mendapatkan nomorku?” Tak ingin ambil pusing dengan itu, Yoona mengambil blazernya kemudian berjalan meninggalkan toilet.
-OoO-
Yoona berjalan gontai di sepanjang koridor, penampilannya sekarang sungguh sangat tidak enak dipandang. Rambutnya lepek dan diikat asal-asalan, roknya basah di bagian depan, dan blazer yang disampirkan di bahunya. Sesekali ia mengumpat demi menumpahkan kekesalannya pada Kai yang tega meninggalkannya begitu saja.
“Lihat saja, aku akan mencincangmu besok, nappeun Kim!”
Di ujung koridor, ia bertemu Sehun yang tampaknya dari ruang guru. Saat pulang sekolah tadi, ia dipanggil oleh guru Park. Sebagai kapten basket sekolah, akhir-akhir ini ia sering dipanggil Park saem, apalagi pertandingan antarsekolah sudah semakin dekat.
Suasana canggung meliputi keduanya, jika saja Yoona masih Yoona yang dulu, pasti ia akan bergelayut di lengan namja itu. Tapi sekarang, ia bahkan tidak berani menatap Sehun. Yoona berjalan tergesa-gesa, Sehun berada di belakangnya dan itu membuat Yoona ingin cepat-cepat sampai di tempat parkir. Tapi entah kenapa, ia merasa waktu berjalan sangat lambat.
“Im Yoona.”
“NE?” Jawab Yoona antusias, tapi menyadari bahwa ia tidak seakrab itu pada Sehun ia memelankan nada suaranya. “K-Kau memanggilku?” Yoona tidak tahu sejak kapan Sehun berada di sampingnya. Oh, tentu saja itu mudah mengingat Sehun adalah laki-laki bertubuh tinggi yang dilengkapi sepasang kaki panjang.
“Kau dari mana saja?”
Yoona sempat bingung dengan pertanyaan Sehun, tapi kemudian ia menangkap bahwa Sehun menanyakan tentang keberadaannya selama seminggu setelah kejadian itu.
“A-aku ke Amerika.”
Sehun cukup terekjut sebenarnya, tapi ia mampu menyembunyikan itu dibalik wajah datarnya. “Apa yang kau lakukan di sana?”
Yoona bingung hendak menjawab apa. Haruskah ia jujur ? Tapi setelah dipikir lagi, Yoona memilih untuk tidak menceritakannya pada Sehun. Ia tidak ingin seperti mengharapkan simpati dari namja itu dengan bercerita bahwa ia baru saja mendonorkan organ tubuhnya pada Yuri.
“Aku bersenang-senang dengan keluargaku.” Jawab Yoona. Ia tidak sepenuhnya berbohong, ia memang senang bisa menghabiskan waktu bersama keluarganya.
“Jadi kau bersenang-senang setelah mencelakakan seseorang?” Sehun berhenti melangkah membuat Yoona juga ikut berhenti. “Aku pikir kau sudah berubah, ternyata kau masih sama.” Kemudian Sehun berjalan dengan cepat dan meninggalkan Yoona yang masih mencerna perkataannya.
“Tapi aku sudah minta maaf pada Irene.” Yoona menatap sendu punggung Sehun. “Apa itu tidak cukup bagimu?”
-OoO-
Sudah beberapa hari ini, Yoona sama sekali tidak ada interaksi apapun dengan Sehun. Yoona sedih tentu saja, padahal ia sangat berharap Sehun akan memandangnya setelah ia berubah sikap dan berusaha menjadi lebih baik. Tapi tampaknya itu tidak akan terjadi, banyak gossip beredar bahwa Sehun telah berpacaran dengan Irene.
“Jangan berpikir untuk kembali menjadi Im Yoona yang dulu. Kau yang sekarang adalah gadis yang mengagumkan.” Ujar Kai seolah tahu apa yang dipikirkan gadis di sampingnya.
“Tidak. Aku melakukan ini karena keinginanku sendiri, kau jangan sok tau.” Yoona menoyor kepala Kai. “Tapi, apa benar mereka berpacaran?” Tanya Yoona, ia ingin mendapat kepastian.
“Entahlah, kau bisa bertanya langsung pada Sehun.”
“Ya! Memangnya dia masih mau berbicara padaku? Dia sangat membenciku sekarang, ah tidak.”Yoona menggelengkan kepalanya.” Dia membenciku sejak dulu.”
“Baguslah kalau kau sadar.”
Kai hanya bercanda, tapi itu membuat Yoona kembali dirundung sedih. Sejak pertama masuk ke sekolah ini, ia sudah menyukai Sehun. Dan sejak itu pula, ia selalu membully gadis-gadis yang mencoba dekat dengan Sehun. Sekarang, Yoona sangat menyesal telah melakukan hal kekanakan itu.
“Daripada kau tidak ada kerjaan, lebih baik kau menemaniku berlatih basket. Kau tau kan satu minggu lagi akan ada pertandingan di sekolah kita.” Kai berdiri diikuti Yoona.
“Baiklah, karena kau tidak sepopuler dan tidak memilik penggemar yang banyak seperti Sehun, aku akan menemanimu.” Yoona berusaha merangkul bahu Kai yang lebih tinggi darinya.
“Mwo? Aku cukup popular, penggemarku juga tidak kalah banyak dengan si pucat itu.” Ujar Kai tak terima.
“Tidak usah mengelak, kau terlihat menyedihkan sekarang.”
“Aku tidak menyedihkan.”
“Ya, kau menyedihkan.”
Dan perdebatan bodoh itu terus berlanjut sampai keduanya tiba di lapangan basket. Tak ada siapa-siapa di sana, hanya mereka berdua. Yoona duduk di pinggir lapangan menunggu Kai yang sedang berganti pakaian. Tak lama kemudian, namja itu muncul dan membawa beberapa benda di tangannya.
“Kau pegang ini.” Kai menyerahkan botol minuman pada Yoona. “Dan ini.” Kai membuang handuk kecil ke wajah Yoona begitu saja.
“Yak! Kau tidak sopan sekali.” Protes Yoona.
-OoO-
Sehun sudah berganti pakaian dan menuju ke lapangan basket. Namun sesampainya di sana, ia melihat seseorang sedang latihan ditemani oleh seorang gadis. Hal itu membuatnya mengurungkan niat dan memilih untuk menyaksikan dari bangku penonton.
Ia melihat bagaimana Kai memasukkan bola ke dalam ring, dan setiap itu terjadi Yoona akan berteriak heboh sambil bertepuk tangan dan melompat-lompat kecil. Tanpa sadar ia ikut tersenyum melihat wajah Yoona. Gadis itu tampak bebas dan tanpa beban.
“Ya Tuhan, aku tidak menyangka kau jago bermain basket.” Puji Yoona tulus.
Kai memutuskan untuk beristirahat sejenak dengan mendudukkan dirinya di samping gadis itu. Yoona menyerahkan botol air kepada Kai dan menghapus bulir-bulir keringat di wajah namja tan itu.
“Aigooo, keringatmu banyak sekali.” Ujar Yoona, gadis itu tidak menyadari bahwa Kai sedang menatapnya begitu lekat dalam jarak yang cukup dekat.
Di bangku penonton, Sehun memalingkan wajah. Kemudian ia beranjak dari sana dan meninggalkan tempat itu. Tak sengaja, sosoknya tertangkap oleh retina mata Yoona yang tak sengaja melihat ke bangku penonton.
“Apa itu Sehun?” Batin Yoona tak yakin.
-OoO-
Setelah mempersiapkan acara selama satu minggu, kini Seoul High School siap menggelar pertandingan yang diadakan setiap 2 tahun sekali. Setelah acara penyambutan dan pembukaan selesai, langsung dilanjutkan dengan pertandingan antara Seoul High School dan Kirin High School.
“Apa kau menyiapkan banner dukungan untukku?” Tanya Kai pada Yoona. Saat ini ia berada di ruang ganti bersama teman-temannya yang lain.
“Aku membuat ini selama 2 hari, jadi tidak mungkin aku tidak membawanya.” Yoona menunjukkan banner buatannya pada Kai. Terlihat kekanakan dan tidak professional, tapi Kai tetap memujinya karena ia tahu gadis itu sudah berusaha dengan kemampuannya yang sangat lemah jika berbicara seni.
“Bagus.” Kai menepuk-nepuk kepala Yoona seperti anjing kecil. Dan perlakuan itu membuat Yoona segera menjauhkan tangan Kai dari kepalanya. Di ruangan itu tak hanya mereka berdua, tapi semua anggota tim ada di sana, dan tentu saja interaksi Yoona dan Kai tak luput dari mereka.
“Ayo semua, bersiaplah.” Park saem menginstruksikan agar tim segera ke lapangan.
-OoO-
Yoona duduk di pinggir lapangan bersama manejer dan cheerleader. Ia bisa duduk di sana dengan sedikit paksaan, karena seharusnya ia duduk di bangku penonton bersama yang lain.
Wasit baru saja membuang bola ke atas, dan direbut dengan cepat oleh kapten tim Seoul High School. Gemuruh penonton terdengar ketika Sehun mendribble bola kemudian mengopernya pada Kris. Di beberapa kesempatan, Kai memiliki banyak peluang untuk memasukkan bola ke ring, tapi anehnya Sehun tak pernah mengoper bola kepada Kai.
“Huh! Ada apa dengannya?” Ujar Kai.
“Dia terlihat aneh, terutama sikapnya padamu.” Tao menepuk bahu Kai pelan, kemudian kembali berlari.
Tim Seoul High School terus mencetak angka, tak ingin ketinggalan tim dari Kirin juga giat menerobos pertahanan tuan rumah demi mendapatkan poin.
Yoona berteriak heboh di pinggir lapangan dengan memegang banner lucunya. Juga tim cheerleader yang menyuguhkan penampilan menarik sebagai bentuk dukungan mereka. Karena terlalu larut, Yoona melompat-lompat sambil berteriak menyemangati anggota tim sekolahnya.
“Ya! Kkamjong, jangan diam saja. Cepat rebut bolanya.” Ujar Yoona ketika melihat Kai berusaha mencuri bola dari lawan.
“Ya, seperti itu.” Yoona tersenyum melihat Kai akhirnya berhasil merebut bola dan memasukkannya ke dalam ring.
Tiba-tiba saja Yoona merasa kepalanya sakit dan pandangannya buram. Ia masih berusaha bertahan, namun ahirnya ia pingsan di pinggir lapangan. Melihat itu, Sehun yang sedang memegang bola langsung melempar bola itu ke sembarang arah dan berlari ke pinggir lapangan menghampiri Yoona.
“Ya! Im Yoona, ada apa denganmu?” Ujarnya dengan wajah panik,
“Ya Tuhan, bagaimana bisa dia pingsan.” Kai tiba-tiba datang dan mengangkat tubuh gadis itu. Sehun terlihat kecewa dan kesal karena kalah cepat dari Kai, padahal ia duluan yang menghampiri Yoona.
Sehun melihat Park saem berbicara dengan wasit, ia menghampiri guru laki-laki itu dan meminta keterangan wasit mengenai kejadian tiba-tiba ini.
“Kau terpaksa berhenti bermain untuk 2 pertandingan ke depan.”
-OoO-
Sehun berada di ruang kesehatan menunggu gadis itu sadar. Ia telah mendengar keterangan dokter yang menyatakan bahwa gadis itu hanya kelelahan dan kehabisan tenaga. Sehun menduga bahwa Yoona mengabaikan makannya karena membuat banner untuk Kai. Ya, Sehun mendengar semua pembicaraan Kai dan Yoona di ruang ganti tadi.
Entah kenapa Sehun merasa aneh dengan dirinya akhir-akhir ini, terutama ketika melihat Kai dan Yoona bersama. Jika sebelumnya Yoona bersama Jieun, kini gadis itu lebih sering dengan Kai karena Jieun sudah pindah sekolah.
Sehun memang menjaga jarak dengan Yoona, terlebih setelah kejadian buruk yang menimpa Irene. Bagi Sehun, Irene adalah gadis yang sangat penting dalam hidupnya, terlebih lagi gadis itu adalah orang yang mengenalkan ia pada sebuah perasaan bernama cinta.
Selama ini, Sehun merasa kesal dengan Yoona. Ia sangat menyayangkan bahwa gadis dengan wajah rupawan itu memiliki sifat yang sangat buruk. Tapi terkadang, ia melihat Yoona seperti orang yang berbeda. Ya, meski ia tampak tidak peduli dan selalu mengacuhkan Yoona, tapi sebenarnya ia menaruh perhatian besar pada gadis itu. Entahlah, ia merasa bahwa Yoona memiliki sesuatu yang lain—selain sifat buruknya—yang tidak ia ketahui.
“Eunghh. . .”
Lenguhan gadis itu membuat Sehun tersadar dari lamunannya. Sambil memegang kepalanya, Yoona berusaha bangun dan mengubah posisinya menjadi duduk.
“K-Kau sudah sadar?”
“Apa yang terjadi?”
“Kau pingsan.”
“Benarkah?” Yoona berusaha menghilangkan rasa pening di kepalanya.
“Kata dokter kau kelelahan, jadi kau sebaiknya mengisi perutmu.” Sehun mengambil nampan berisi semangkok bubur dan segelas air di meja kemudian menghampiri Yoona dan duduk di pinggir tempat tidur kecil itu.
Yoona memejamkan mata sejenak, kemudian membukanya ketika peningnya telah hilang. Ia terkejut ketika menyadari bahwa yang berbicara dengannya sejak tadi adalah Sehun. Ia mengira bahwa yang bersamanya adalah Kai.
“Di-di mana Kai?”
Gadis itu mengira Sehun adalah Kai karena ia berpikir hanya Kai yang mau menjaganya dan dekat dengannya. Ia sama sekali tidak berpikir bahwa Sehun yang ada bersamanya, bukan Kai.
Mendengar gadis itu menyebut nama sahabatnya, Sehun menghela nafas pelan. “Dia masih harus menyelesaikan pertandingan.” Jawabanya.
“Lalu, kau sendiri kenapa masih di sini?”
“Aku dikeluarkan.”
“Apa itu karena aku?”
“Jangan banyak tanya, lebih baik kau habiskan ini.” Sehun meletakkan nampan itu di tempat tidur kemudian keluar dari sana.
-OoO-
Yoona sedang menghabiskan buburnya ketika dokter Choi masuk ke ruang kesehatan. Dokter tampan itu tersenyum hangat dan menghampiri Yoona. Ia mengambil 2 butir obat kemudian memberinya pada gadis itu.
“Bagaimana keadaanmu?”
“Aku merasa lebih baik.” Yoona mengambil pil pemberian dokter Choi kemudian menelannya bersama air mineral.
“Aku ingin bertanya sesuatu padamu.”
“Bertanya apa?”
“Kau—“Dokter itu tampak ragu melanjutkan kalimatnya. “Apa kau baru saja melakukan operasi ?” Tanya dokter Choi pada akhirnya.
“A-Aku telah mendonorkan ginjalku pada Yuri unnie.” Jawab Yoona sedikit terbata.
Dokter Choi menghela nafas pelan. “Seharusnya kau lebih menjaga kesehatanmu, organ tubuhmu tidak lengkap sekarang.” Lelaki itu mengacak rambut gadis remaja di depannya sambil tersenyum lembut. Dokter Choi sangat mengenal Yoona—ingat, semua orang di sekolah mengenal Yoona—dan ia cukup senang mendengar gadis itu tidak pernah melakukan hal-hal buruk lagi.
“Kau bisa kembali ke kelas, dan pesanku tolong jaga kesehatanmu. Okay?”
“Gomawo, uisanim.”
-OoO-
Yoona keluar dari ruang perawatan, tadinya ia berniat ke aula pertandingan tapi akhirnya ia putuskan untuk kembali ke kelas. Baru sampai di pintu, gadis itu menghentikan langkahnya. Dari sini, ia melihat Sehun berciuman dengan Irene.
Tiba-tiba saja rasa sesak itu menghampirinya. Yoona mengepalkan kedua tangannya kemudian berbalik dan menjauh dari sana. Di setiap derap langkahnya, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan Sehun dan berhenti mencintai namja itu mulai dari sekarang.
Yoona masuk ke mobil dan meninggalkan sekolah. Sebelum itu, ia mengirim pesan singkat pada Kai yang isinya adalah permintaan maaf karena tidak bisa mendukungnya dengan alasan harus kembali ke rumah dan bersitirahat.
“Baiklah, selamat tinggal Oh Sehun.”
-OoO-
Sehun menjauhkan wajahnya dari Irene, dan ia bisa melihat rona kemerahan di pipi gadis mungil itu. Setelah dari ruang kesehatan tadi, Sehun kembali ke kelas dan kebetulan bertemu Irene yang sedang mencarinya.
“Maaf aku—aku menciummu.”
Pipi gadis itu semakin memerah. “Ka-kau tidak perlu minta maaf, oppa.” Ujarnya sambil memberanikan diri menatap namja di depannya yang tampak—bingung, mungkin?
“Kita pulang saja sekarang.” Ujar Sehun kemudian berbalik dengan cepat, namun Irene segera memeluk namja itu dari belakang.
“Sehun oppa, aku menerimamu.”
Sehun tertegun mendengar pernyataan gadis itu. Ia mengingat kembali ketika gadis itu akan berangkat ke laur negeri, ia sempat menyatakan perasaannya pada Irene dan berharap gadis itu menerimanya sebagai kekasih. Namun saat itu, Irene tidak memberi jawaban apapun. Irene melakukan itu karena ia sendiri tak tahu apakah akan kembali ke Korea, ia hanya tak ingin memberi harapan pada Sehun.
Dan sekarang ia telah kembali, selama di luar negeri ia tak pernah berhenti memikirkan Sehun. Dan setelah berusaha keras membujuk orang tuanya, akhirnya ia diberi izin untuk menamatkan sekolah di Korea.
“Aku menerimamu, aku mencintaimu oppa.” Ujar Irene sekali lagi.
Sehun hanya diam, jujur saja ia akan sangat bahagia jika saja Irene menjawab seperti ini 2 tahun yang lalu. Tapi sekarang, entahlah, ia merasa biasa saja dengan pernyataan cinta Irene. Bahkan ketika menciumnya tadi, Sehun tidak merasakan apa-apa.
“Ayo pulang.”
Sehun bingung harus melakukan apa, di satu sisi ia sangat menyayangi gadis itu, namun di sisi lain tepatnya di hatinya, ia tidak mengharapkan Irene lagi. Organ itu tidak lagi berdebar kencang seperti dulu.
-OoO-
Di pertandingan hari kedua, Yoona terpaksa datang ke sekolah karena paksaan Kai. Yoona bahkan bingung dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa ia diperintah seenaknya oleh Kai. Sesampainya di sekolah, Yoona segera mencari keberadaan namja berkulit kecoklatan itu.
Dalam perjalanan, ia tak sengaja bertemu Irene dan Sehun. Rasanya Yoona ingin berbalik dan mengambil jalan lain, tapi ia tidak ingin terlihat seperti sedang cemburu. Ia ingin membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia bisa menghadapi Sehun.
“Anyeong, Yoona-ya.” Sapa Irene dengan ramah.
Yoona tersenyum kecil dan membalas sapaan Irene. “N-ne, anyeong Irene ssi, Sehun ssi.”
“Apa kau akan ke tempat pertandingan?” Tanya Irene.
“Um! Si Kkamjong itu memintaku membawa air mineral dan handuk, padahalkan ada manajer yang menyiapkan semuanya.” Ujarnya dengan menunjukkan mimik kesal.
Irene tersenyum kecil melihat kelakuan gadis di depannya, ia baru tahu bahwa Yoona memiliki sisi lucu dan kekanakan. “Kami juga akan ke sana.”
Yoona tak ada pilihan lain, ia terpaksa berjalan berbarengan dengan Sehun dan Irene. Gadis itu berusaha bersikap sebiasa mungkin, meski dalam hati ia cemburu melihat Irene yang terus merangkul lengan Sehun.
“Aish! Berhentilah memikirkan itu Im Yoona.” Batin Yoona sambil menggelengkan kepalanya, dan itu menarik perhatian Irene.
“Ada apa?”
“Eh?” Yoona gelagapan. “Ti-tidak ada apa-apa.” Ia tersenyum aneh dan menampilkan deretan gigi putihnya.
“Yoona-ya, kau menyukai Sehun oppa ‘kan?”
Pertanyaan tak disangka-sangka itu keluar dengan lancar dari mulut Irene. Yoona bahkan dibuat berhenti melangkah, namun hanya sebentar, kemudian ia melanjutkan langkahnya. Sehun sendiri juga terkejut dengan pertanyaan Irene. Dan sekarang, namja itu menunggu jawaban seperti apa yang akan diberikan Yoona.
“A-aku berbohong jika aku berkata tidak menyukai Sehun.” Tutur Yoona. “Tapi tenang saja, aku tidak akan mengganggu Sehun lagi. Aku menyerah” Gadis itu menatap lantai di bawahnya.
Yoona mengumpulkan segenap kekuatannya, meski di dalam ia sangat hancur. Gadis itu menatap Irene dan Sehun secara bergantian. “Tidak perlu dipikirkan, perasaanku adalah milikku sendiri.” Yoona tersenyum sangat tulus dari hatinya.
-OoO-
Karena masih dalam masa hukuman, Sehun harus rela duduk di bangku penonton. Namja itu tak pernah mengalihkan pandangannya dari gadis yang duduk sendiri di bangku paling depan. Masih teringat jelas kejadian beberapa saat yang lalu dimana Yoona berkata bahwa ia menyerah. Dan itu membuat Sehun merasa sulit bernafas untuk sejenak karena dadanya terasa sesak.
Tiba-tiba ia teringat kembali dengan kejadian di gudang, Sehun merasa kata-katanya sangat kasar pada waktu itu. Sejujurnya ia tidak berniat menyakiti Yoona, ia hanya ingin meyadarkan gadis itu. Tapi tampaknya ia terlalu terbawa emosi dan tidak bisa mengendalikan perkataan dan tindakannya.
Sehun menghela nafas pelan, ia merasa sangat tidak bersemangat. Selama ini ia terbiasa dengan keberadaan Yoona di sekitarnya, memanggilnya dengan panggilan ‘Sehunie’ , dan sering bergelayut manja padanya. Dan akhir-akhir ini, sosok Yoona yang seperti itu tidak ada lagi. Gadis itu bahkan memanggilnya dengan embel-embel ssi.
Tanpa disadari Sehun, sejak tadi Irene memperhatikannya. Memperhatikan ketika pandangan namja itu tak lepas dari Yoona, dan entah sudah berapa kali ia mendengar namja itu menghela nafas berat. Irene tidak bodoh, ia telah mengenal Sehun sejak lama, dan ia menyadari sesuatu telah berubah dari Sehun. Sesuatu yang sangat ia sesali sekarang.
-OoO-
“Aku mencetak banyak point hari ini.”
“Iya, aku tahu.”
“Kalau begitu kau harus memberiku hadiah.”
“Enak saja. Aku datang ke sini saja termasuk hadiah. Waktuku berharga tau!”
“Gadis jahat sepertimu mana mungkin memiliki waktu yang berharga.”
“Ya! Aku tidak jahat lagi. Buktinya, aku membawakanmu minuman dan berteriak seperti orang bodoh di bangku penonton.”
Dan perdebatan konyol itu terus berlanjut. Pertandingan baru saja usai, dan tim dari Seoul High School kembali mendapatkan kemenangan kedua. Kai terus menyombongkan dirinya di hadapan Yoona, dan gadis itu akan berbalik mengejek Kai.
“Baiklah, aku akan mentraktirmu ice cream.” Yoona menyerah. Kai berseru senang kemudian merangkul bahu gadis itu.
“Im Yoona memang yang terbaik.”
Sepulang dari sekolah, Yoona terlebih dahulu kembali ke rumahnya untuk menyimpan kendarannya. Kemudian ia bersama Kai menuju kedai ice cream yang cukup terkenal akan kelezatannya. Kai juga mengajak adik perempuannya yang masih berusia 7 tahun. Yoona tidak menyangka Kai memiliki adik perempuan dengan perbedaan usia yang cukup jauh.
“Jadi namamu,Kim Yein ?” Tanya Yoona pada bocah lucu itu.
“Ne, Yoona unnie.”
“Kau mengenalku?”
“Jongin oppa sering bercerita padaku.”
Yoona melirik Kai yang sibuk menyetir—tampak tak peduli dengan pembicaraan Yoona dan Yein—dan terus memperhatikan jalan di depannya.
“Memangnya Kai bercerita apa padamu?”
“Jongin oppa bilang ia memiliki teman gadis jelek yang cerewet dan menyebalkan.”
“Oppamu berkata seperti itu?” Tanya Yoona tak percaya, ia melihat Kai dengan tatapan membunuhnya. Namun, lelaki itu hanya bersiul santai seolah tak mendengar apapun.
“Um. Tapi menurut Yein, Yoona unnie sangat cantik dan menyenangkan.”
“Aku memang cantik, oppamu saja yang tidak mau mengakui.” Dengan penuh percaya diri Yoona menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
Tak lama kemudian, mereka telah sampai di kedai ice cream. Mereka baru saja masuk dan berniat mencari tempat duduk, tapi seseorang memanggil Yoona dan mengajaknya bergabung. Dia adalah Irene. Karena tidak enak untuk menolak, akhirnya Yoona dan Kai bergabung dengan mereka.
“Dia adikmu?” Tanya Irene pada Kai.
“Namanya Yein.”
“Neomu kyeopta!” Irene mencubit gemas pipi gembul adik perempuan Kai.
Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Sambil menikmati ice cream, mereka sesekali tertawa bersama melihat tingkah lucu Yein. Lebih tepatnya, hanya Yoona dan Irene. Karena dua namja di samping mereka hanya diam, bahkan tidak menyentuh pesanan mereka sama sekali.
Tanpa kedua gadis itu sadari, sejak tadi aura dingin menyelimuti Kai dan Sehun. Hal ini bermula sejak kemarin, ketika Sehun terang-terangan tidak memberikan bola pada Kai dan terkesan mengacuhkan namja itu di pertandingan.
“Yak! Kenapa kau melumuri wajahku dengan ice cream?” Yoona tampak kesulitan mencegah Yein melumuri wajahnya, karena gadis mungil itu sangat cekatan.
“Hahaha, Yoona unnie lucu sekali.” Yein tertawa puas melihat ice cream di hidung dan di kedua pipi Yoona, Irene juga cekikikan membuat Yoona semakin sebal.
Namun itu tidak berlangsung lama, karena tanpa diduga Sehun menjulurkan tangannya dan menghapus noda ice cream di wajah Yoona. Kini suasana ceria itu berganti dengan rasa canggung. Oh, tentu saja tidak berdampak pada si kecil Yein.
.
Mungkin ada chapter yg akan diprotect
Jadi, yang mau dapat password silahkan tunjukkan itikad baik