Title: Isn’t Love Story Chapter 4 – The queen
Writen By: Vartstory
Main Character:
Kim Jongin | Jung Jihyun | Park Hyunji | Oh Sehun
Supporting Character:
Yook Sungjae | Park Soo Young/ Joy | Yoon Hyena | Jackson Wang | Do Kyungsoo | Kang Ahra
Genre:
Romance | Friendship | School
Leght:
Chaptered
Teaser + Cast Introduction | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4 | Chapter 5
Jihyun melangkahkan kaki menuju kelasnya, namun seseorang telah membuatnya menghentikan langkahnya. Jihyun menatap sepasang sepatu yang dimiliki oleh seseorang yang menghadang jalannya. Jihyun mematung saat melihat sosok sang pewaris Royal Hotel tengah berdiri di hadapannya sambil tersenyum menyeringai.
“Selamat pagi nona Jung.” Sehun menatap Jihyun yang berada dihadapannya sambil menyunggingkan senyuman yang dijamin akan membuat wanita manapun bertekuk lutut dihadapannya. Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk Jihyun, karena saat ini alih-alih terpikat dengan senyuman Sehun, Jihyun justru merasa terintimidasi dengan senyuman yang Sehun berikan kepadanya.
“Bisa aku pinjam ponselmu?”
Jihyun mengerjapkan matanya bingung dan menyerahkan ponsel yang berada di sakunya kepada Sehun begitu saja. Bagi Jihyun saat ini adalah lebih baik mengikuti semua permintaan Sehun daripada dirinya harus menerima hal-hal mengerikan.
Sehun lagi-lagi menampilkan seringaiannya saat Jihyun memberikan ponselnya. Dengan cepat jari jemari Sehun berkutat pada ponsel Jihyun dengan mengetikkan beberapa angka dan huruf. Setelah puas, Sehun mengembalikan ponsel itu kepada Jihyun.
“Aku sudah menyimpan nomorku di ponselmu, dan kapanpun aku menghubungimu, kau harus menjawabnya.”
Sehun meninggalkan Jihyun begitu saja sedangkan Jihyun langsung mengecek ponselnya dan menemukan nama ‘Senior Oh Yang Tampan’ di ponselnya. Jihyun hanya mampu menghela nafasnya, merasa jika dirinya terlalu bodoh karena tidak bisa melakukan penolakan apapun. Dan kini, Jihyun ingat akan perkataan Ahra waktu itu. Namun Jihyun langsung menepis semua dugaan yang ada di otaknya karena tidak mungkin kedua orang itu, Sehun dan Kai tertarik padanya. Mereka berdua berada di level yang jauh diatas Jihyun.
Saat Jihyun sampai di koridor kelasnya, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menariknya paksa lalu menghempaskan tubuhnya hingga membentur dinding. Jihyun merasa nyeri di punggungnya akibat benturan tadi.
“Kurasa urusan kita belum selesai”
Jihyun menengadahkan kepalanya dan menatap orang yang telah berlaku semena-mena terhadapnya, orang itu adalah gadis yang beberapa hari yang lalu mendatanginya di kelas. Gadis yang tiba-tiba datang ke kelasnya dan bertanya mengenai apa yang Jihyun lakukan bersama Sehun.
“Sepertinya aku harus to the point saja, aku tidak suka basa basi. Kau, jauhi Sehun. Jika aku menemukan kau dekat-dekat dengan Sehun seperti kemarin, jangan harap kau akan hidup tenang selama bersekolah disini.”
Gadis itu, menatap Jihyun tajam. Tatapannya sarat akan kebencian dan ketidaksukaannya pada Jihyun. Bahkan gadis itu sempat menatap Jihyun dari ujung kaki hingga ujung kepala, seakan Jihyun adalah sesuatu yang menjijikkan.
“Mulai melancarkan aksimu lagi ya?” Kai yang entah darimana tiba-tiba muncul dan berjalan sambil menaruh kedua tangannya disaku celana lalu berjalan kearah Jihyun dan gadis itu. “Yoon Hyena, kau sungguh menyedihkan. Kau selalu bersikap seperti ini kepada gadis manapun yang berada di dekat Sehun, tapi jika aku tidak salah, Sehun tidak pernah sekalipun menganggapmu ada. Benar tidak ucapanku ini?”
Yoon Hyena sang ratu sekolah sekaligus saudara tiri Kai, menatap Kai dengan sengit. Kedatangan Kai dan kata-katanya sungguh membuat emosinya naik, pertama Kai mengatakan jika Sehun tak pernah menganggapnya ada dan kedua Kai menyebutkan marganya Yoon bukan Kim.
“Cepat atau lambat Sehun akan segera menjadi milikku dan harus kau ingat, margaku bukan lagi Yoon tetapi Kim. Kim Hyena, begitu seharusnya kau memanggilku, saudaraku sayang.” Hyena menekankan dua kata terakhir dan tersenyum sinis pada Kai, lalu berjalan meninggalkan Kai serta Jihyun yang masih bingung apa yang sebenarnya terjadi antara Hyena dan Kai.
Kai berjalan menghampiri Jihyun dan menyentuh pundaknya yang membuat Jihyun tersadar dari lamunannya, “Kau tak apa? Tadi ku lihat Hyena mendorongmu cukup keras.”
“Tidak, aku tidak apa-apa. Tadi memang sedikit sakit tapi sekarang sudah tak apa. Dan terima kasih sudah membantuku”
Kai tersenyum lega mendengar ucapan Jihyun, lalu Kai mengambil ponsel yang berada di genggaman Jihyun lalu mengetikkan beberapa digit nomor, dan sedetik kemudian ponsel yang berada di saku blazernya bergetar. Kai tersenyum tipis lalu mengembalikan ponsel tersebut kepada Jihyun.
“Aku sudah menyimpan nomormu, dan kau bisa menyimpan nomorku yang tertera di panggilan keluar. Kapanpun kau membutuhkan bantuan, kau bisa menghubungiku. Kau mengerti?”
Jihyun mengangguk pasrah saat mendengar perkataan Kai karena dirinya masih tidak mengerti akan apa yang terjadi, hari ini dua orang itu, Kai dan Sehun meminta nomor ponselnya dengan tanpa persetujuan dirinya. Bodohnya, Jihyun menerima begitu saja.
“Sekarang kembalilah ke kelasmu, sebentar lagi bel berbunyi.” Jihyun lagi-lagi menurut lalu berjalan perlahan meninggalkan Kai yang kini tengah tersenyum kecil padanya.
Kai terus menatap punggung Jihyun yang terus menjauh, perlahan-lahan wajah Kai mengeras karena mengingat ancaman yang dilontarkan Sehun beberapa saat lalu kepadanya.
Kai tengah berjalan menuju kelasnya, namun langkahnya terhenti saat melihat Sehun yang baru saja meninggalkan Jihyun dan berjalan kearahnya, entah apa yang Sehun lakukan pada Jihyun, tapi Kai tau apapun itu pasti tidak akan baik karena saat ini Sehun tengah menampilkan senyuman kemenangannya kepada Kai.
Sehun menghentikan langkahnya saat tepat berada di samping Kai, “Jangan memasang wajah seperti itu Kai, jangan terlalu terlihat kalau kau menyukai gadis itu. Karena itu akan membuatku semakin yakin untuk melibatkan gadis itu dan membuat gadis itu menderita.”
–
Jihyun menghembuskan nafasnya pelan, sejak jam pelajaran dimulai hingga kini jam istirahat berbunyi, Jihyun sama sekali tidak bisa berkonsentrasi penuh terhadap pelajaran yang diajarkan gurunya. Dirinya terus memikirkan tentang yang terjadi hari ini, semuanya penuh dengan kejutan. Bermula dari pertengkaran Kai dan Sehun, Sehun yang meminta nomor ponselnya, gadis yang bernama Hyena tiba-tiba datang menyerangnya dan Kai yang juga sama seperti Sehun.
Jihyun tersentak saat seseorang menepuk pundaknya, “Oh sunbae.” Jihyun membungkuk saat melihat ternyata Kyungsoo yang menepuk pundaknya.
“Kau ingin tetap berdiri disini atau ingin masuk ke dalam?”
Ah lihatlah bahkan kini Jihyun tidak sadar kalau dirinya sudah berada di depan ruang siaran radio, Jihyun pun menyingkir dan mempersilahkan Kyungsoo masuk terlebih dahulu. Jihyun benar-benar merasa bodoh karena terus menerus memikirkan kejadian yang menimpanya hari ini, Jihyun berusaha untuk terus berpikiran positif dengan menganggap kejadian hari ini adalah kebetulan semata dan besok tak akan lagi terulang.
Jihyun mengikuti Kyungsoo masuk lalu duduk saat Kyungsoo mempersilahkannya. Jihyun mengedarkan pandangannya keseisi ruang siaran, terdapat banyak alat-alat yang baru pertama kali dilihatnya. Beruntung Jihyun adalah tipikal orang yang mudah mempelajari sesuatu, jadi nanti rasanya Jihyun tidak akan sulit beradaptasi dengan peralatan siaran. Dan saat dirasa Jihyun sudah mulai fokus, Kyungsoo mulai menjelaskan tentang semua alat-alat yang berada di ruang siaran.
“Baiklah nona Jung, aku akan memulainya dari alat yang sudah umum yaitu microphone dan headphone, microphone adalah alat untuk mengantarkan getaran suara ke speaker. Lalu headphone, fungsi headphone ini untuk memonitor suara dan lagu yang diputar atau yang sedang mengudara selain itu headphone juga berfungsi untuk untuk mengantisipasi brooming jika kita menggunakan speaker kontrol yang biasa. Karena disaat sedang on air, otomatis suara akan keluar juga dari speaker, dan itu masuk ke dalam microphone yang sedang menyala.
Selanjutnya adalah alat yang mempunyai banyak tombol, alat ini bernama audio mixer. Alat ini mengatur kendali suara yang akan dikeluarkan ke udara. Mixer juga berfungsi untuk memproses lagu-lagu yang akan diputar. Ada beberapa chanel yang kau hafalkan yaitu chanel microphone, komputer, hybrid telepon, vcd/dvd dan perangkat relay. Jika kau sudah menghafalnya kau akan mengetahui posisi fader.”
“Fader?”

Fader (Audio Mixer)
“Fader adalah tombol ini. Selain itu jangan lupa juga untuk memperhatikan lampu/layar level indikator yang ada di mixermu, sehingga nantinya kau bisa mencocokkan intensitas volume lagu dan microphone. Selain itu kau juga harus menggunakan komputer untuk mengoprasikan software yang berfungsi mengatur semua data bisa berupa lagu dan script yang nantinya akan diputar dan di dengarkan semua orang. Untuk pengoprasian software kau bisa memperhatikan saat aku atau Soo Young sedang on air. Dan untuk beberapa minggu ini, tugasmu hanyalah membuat materi siaran dan belajar mengoprasikan semua peralatan siaran. Setelah kau sudah lancar dan siap, kau bisa melakukan siaran radio seperti yang kami lakukan. Dan untuk materi siaran, kita akan melakukan rapat setiap hari Rabu dan Jumat. Bagaimana, kau mengerti Jihyun?”
“Ya aku mengerti sunbae, aku akan mempelajarinya dan mengerjakan tugasku dengan baik.”
Kyungsoo mengangguk, dan mempersilahkan Jihyun untuk keluar dari ruang siaran karena Kyungsoo tidak ingin menyita waktu istirahat Jihyun. Kyungsoo memperhatikan Jihyun hingga Jihyun menghilang dibalik pintu, kalau memang perkataan Jackson perihal Jongin tertarik dengan Jihyun adalah benar, rasanya Kyungsoo tahu apa yang membuat sahabatnya itu tertarik pada Jihyun. Menurut Kyungsoo, Jihyun adalah gadis yang sederhana, polos dan pintar tentunya. Dan Kyungsoo merasa wajar jika Jongin tertarik pada Jihyun, karena menurutnya Jihyun berbeda dari gadis lainnya. Jika gadis lainnya berhadapan dengannya ataupun ketiga sahabatnya seperti tadi, pasti gadis lain sudah tersenyum-senyum sendiri atau bahkan bertingkah sok akrab tapi hal itu tidak terjadi pada Jihyun. Sedari tadi, Jihyun hanya fokus dengan penjelasan yang diberikan kepadnaya. Dan lagi, Kyungsoo juga tau jika Jongin sahabatnya itu, tidak menyukai gadis yang mengejar-ngejarnya. Jika Jongin menyukai seorang gadis, maka dialah yang akan mengejar gadis itu.
Bicara mengenai Jongin, Kyungsoo ingat jika dirinya harus menemui Jongin dan meminta maaf perihal kejadian pagi tadi. Saat jam istirahat berbunyi beberapa saat yang lalu, Jackson memberitahu Kyungsoo alasan mengapa Jongin menyerang Sehun, semua itu karena ulah Sehun sendiri. Sehun membahas dan menyindir perihal masalah keluarga Jongin. Siapapun tahu kalau Jongin sangat sensitif mengenai masalah keluarganya tapi Sehun malah memancingnya seperti tadi. Jadi jangan salahkan Jongin yang tiba-tiba memberikan tinjunya kepada Sehun.
Kyungsoo lalu berjalan meninggalkan ruang siaran untuk menemui Jongin, tidak sulit menemukan Jongin di jam istirahat seperti ini. Jika kau tidak menemuinya di kantin ataupun kelas, Jongin pasti sedang berada di tempat favoritnya yaitu rooftop sekolah. Biasanya Jongin berada di rooftop untuk menyendiri ataupun melakukan kegiatan favoritnya yaitu tidur. Ya Jongin sering kali menghilang entah kemana dan tiap kali menghilang, Kyungsoo dan Jackson selalu menemukan Jongin tengah tertidur di atap.
Saat sampai di rooftop, Kyungsoo menemukan Jongin sedang berdiri di samping dinding pembatas, dari posisinya terlihat Jongin sedang merenungkan sesuatu. Kyungsoo pun berjalan kearah Jongin dan merangkul sahabatnya itu.
“Sedang memikirkan sesuatu?” tanyanya, namun Jongin ‘si manusia es’ sama sekali tidak menjawab pertanyaan Kyungsoo. “Soal kejadian pagi tadi…”
Belum sempat Kyungsoo meminta maaf, Jongin sudah terlebih dahulu memotongnya, “Aku tidak ingin membicarakannya.”
Kyungsoo menghembuskan nafasnya, paham jika Jongin sudah mengatakan tidak ingin membicarakannya itu artinya jangan membicarakannya. Kyungsoo kemudian mengalihkan pembicaraannya pada hal lain, hal yang sejak tadi membuatnya penasaran.
“Kau tertarik pada gadis itu?”
Pertanyaan tersebut seperti magnet untuk Jongin, dirinya seketika langsung menoleh kearah Kyungsoo begitu saja. Jongin tahu siapa gadis yang dimaksud Kyungsoo karena Jackson atau Sehun pasti sudah memberitahu semuanya pada Kyungsoo.
Jongin menyenderkan punggungnya pada dinding pembatas, “Aku hanya ingin melindungi gadis itu dari Sehun. Dia sudah melibatkan gadis itu, dan itu semua karena aku. Aku yang sudah membuat Sehun melibatkannya.”
“Kau tidak pernah seperti ini pada siapapun sebelumnya.”
“Apa salah jika aku ingin melindungi seseorang yang terlibat masalah karena ulahku sendiri?”
Kyungsoo tersenyum simpul lalu menepuk pundak sahabatnya itu, “Lakukan lah semuanya sesuai kata hatimu Jong, lakukanlah apa yang ingin kau lakukan.” Lalu Kyungsoo berbalik meninggalkan Jongin yang masih tetap terdiam di tempatnya.
Jongin masih menatap Kyungsoo, dirinya mengiyakan perkataan Kyungsoo barusan kalau dirinya tidak pernah seperti ini pada siapapun sebelumnya. Jongin mengakui dirinya tidak pernah menolong seseorang apalagi orang itu tidak mempunyai hubungan apa-apa dengannya. Tapi seperti yang Kyungsoo tadi katakan, dirinya harus melakukan apa yang ingin dirinya lakukan.
–
Setelah bertemu dengan Kyungsoo, Jihyun mengambil bekalnya di kelas. Tapi Jihyun menghentikan langkahnya karena enggan jika nantinya dirinya akan bertemu dengan Sehun ataupun gadis yang menyeramkan tadi. Bukannya takut, tapi Jihyun tidak nyaman jika harus menjadi pusat perhatian. Jadi disinilah dia, berjalan menuju rooftop sekolah karena Jihyun yakin tak akan ada seorang pun yang berada di rooftop sekolah.
Dan perkiraan Jihyun benar, tak ada seorang pun disini. Jihyun kemudian duduk dan membuka bekalnya yang berisikan beberapa buah kimbab buatan ibunya.
“Orang itu Oh Sehun, sebenarnya apa yang dia inginkan? Pertama mengganggu makan siangku lalu tiba-tiba mengambil ponselku dan menyimpan nomornya tanpa seijinku. Dan juga gadis bar-bar tadi, memangnya siapa yang mendekati Sehun? Yang benar saja, aku bahkan tidak tertarik pada pria yang tidak bisa mengucapkan huruf s dengan benar.” Jihyun terus mengoceh sendiri sambil terus mengunyah kimbabnya dan mengeluarkan kekesalannya. Satu yang harus kalian tau kalau Jihyun bukanlah gadis yang akan menerima begitu saja perlakuan tidak menyenangkan dari orang lain kepada dirinya, dia akan sama seperti wanita pada umumnya jika merasa tidak suka atas perlakuan seseorang. Meluapkan kekesalannya dari belakang.
“Gadis bar-bar?”
Jihyun tercekat saat mendengar suara seseorang. Tamat sudah riwayatmu kini Jung Jihyun. Kau harus bersiap di tendang dari Empire setelah ini.
Jihyun menatap tegang pria yang kini berada beberapa meter darinya, “Su…sunbae.”
Pria itu Kai, kini berjalan menghampirinya. Kau benar-benar tamat Jihyun. “Gadis bar-bar. Pria yang tidak bisa mengucapkan s dengan benar.”
Tidak, Jihyun tidak bisa di dikeluarkan dari Empire begitu saja hanya karena mulut bodohnya ini.
“Sunbae, maafkan aku. Sungguh aku tidak bermaksud berkata seperti itu. Ku mohon jangan keluarkan aku dari sini, menjadi siswi Empire adalah kebanggaan tersendiri untukku dan ibuku. Aku berjanji akan menjaga mulutku, tapi ku mohon jangan keluarkan aku dari Empire.”
Jihyun berlutut dan menundukkan kepalanya di hadapan Jongin. Masa bodo dengan rasa malunya, yang terpenting saat ini adalah dirinya tidak boleh dikeluarkan dari Empire begitu saja.
Bukannya mendengar jawaban dari permohonannya, kini Jihyun malah mendengar tawa keras dari Kai. Bahkan Jihyun bisa melihat kalau Kai tertawa sampai memegang perutnya.
“Kau benar-benar lucu.” Kai menyeka air matanya, dan berjalan menghampiri Jihyun lalu ikut berlutut dihadapan Jihyun. “Memangnya siapa yang ingin mengeluarkanmu dari sini huh? Jika kau berpikir aku akan mengeluarkanmu hanya karena kau mengatai Hyena dan Sehun, kau salah nona Jung.”
“Jadi kau tidak akan mengeluarkanku dari sini? Dan aku akan tetap menjadi siswi Empire?”
Kai menganggukkan kepalanya, “Lagipula aku setuju dengan perkataanmu tadi.”
Kini Kai dan Jihyun duduk di lantai bersama, Jihyun masih tidak mengerti apa maksud Kai kalau Kai setuju dengan ucapannya. Apa mungkin bukan hanya dirinya yang beranggapan seperti itu?
“Aku setuju dengan ucapanmu yang mengatakan kalau Hyena adalah gadis bar-bar. Gadis mana yang tiba-tiba menyerang seseorang seperti dirinya tadi? Dan soal Sehun, kau tidak salah. Sehun memang tidak bisa melafalkan huruf s dengan benar. Ah aku bahkan bingung kenapa bisa ada orang yang tidak bisa melafalkan huruf s seperti dirinya.”
Walaupun Kai setuju dengan ucapannya, akan tetapi Jihyun masih belum bisa merasa tenang. Bagaimana jika tiba-tiba Kai melaporkan perkataannya barusan kepada Sehun atau gadis bar-bar itu?
“Hey ayolah, jangan tegang seperti itu. Aku tidak seperti mereka berdua, jadi jangan takut padaku.” Kai menatap Jihyun yang berada di sampingnya lalu tatapannya beralih pada bekal yang berada di pangkuan Jihyun. “Itu apa?”
Merasa jika yang ditanyakan Kai adalah bekal makan siangnya, Jihyun pun langsung membuka bekalnya dan menawarkannya kepada Kai. “Kau mau sunbae?”
“Bolehkah?” tanyanya dan dibalas anggukan oleh Jihyun.
Setelah mendapat jawaban dari Jihyun, Kai langsung melahap kimbapnya dengan lahap. Kimbab yang Jihyun bawa sungguh membuatnya ketagihan, rasanya sangat nikmat malah Kai kini sudah menghabiskan 6 dari sepuluh potong kimbab Jihyun. Bahkan Jihyun sendiri baru memakan satu potong Kimbab.
“Kau yang membuatnya?”
Jihyun menggelengkan kepalanya, “Bukan, ini ibuku yang membuatkannya.”
Kai tersenyum kecil, rasanya sudah lama sekali dirinya tidak memakan masakan buatan rumahan seperti ini. “Kau beruntung, aku bahkan tidak pernah merasakan masakan buatan rumah seperti ini.”
“Ibumu tidak pernah memasak?”
“Ibu tiriku bahkan tidak bisa memasak. Setiap hari aku hanya memakan masakan buatan chef yang disewa khusus untuk keluargaku.” Kai tersenyum kecut membayangkan bagaimana ibu tirinya itu, menurutnya wanita itu sama sekali tidak cocok menyandang gelar sebagai seorang ibu. Karena menurutnya seorang ibu adalah wanita yang memasakkan makanan untuk keluarganya, yang menyambut suaminya ketika sampai dirumah dengan menanyakan pertanyaan apa suaminya itu lelah atau tidak. Sedangkan ibu tirinya bahkan tidak pernah melakukan hal seperti itu.
Jihyun berdecak kagum, dirinya pikir hal seperti itu hanya ada di drama yang ditontonnya tapi ternyata tidak, “Aku tidak menyangka ada keluarga yang menyewa seorang chef untuk memasak makanan di rumahnya.”
“Untuk sebagian orang mungkin itu adalah hal luar biasa tapi tidak bagiku, untukku memakan masakan dari anggota keluargaku sendiri adalah hal yang istimewa.”
Jihyun memandang Kai dengan lirih, bahkan dirinya tak pernah berpikir jika memakan masakan ibunya adalah hal istimewa. Baginya memakan masakan ibunya adalah hal biasa tapi ternyata untuk Kai, hal tersebut adalah hal yang berharga.
“Ah sepertinya aku terlalu banyak bicara, iya kan?” Kai merasa bingung pada dirinya sendiri yang dengan mudahnya menceritakan kehidupannya kepada Jihyun, gadis yang bahkan baru ditemuinya beberapa kali.
Jihyun menggelengkan kepalanya, “Tidak sunbae, semua orang mempunyai hak yang sama untuk bercerita mengenai kehidupannya kepada orang lain”
Kai memandang Jihyun lalu tersenyum, “Sepertinya kau harus kembali ke kelas karena bel sudah berbunyi. Terima kasih untuk makanannya dan katakan pada ibumu, kalau kimbab buatannya sangat nikmat.”
Jihyun kemudian bangkit dari duduknya dan menatap tempat makannya yang kini kosong dengan perasaan tidak rela. Kimbabku, aku bahkan baru memakan satu buah.
Kai dan Jihyun turun tangga dari atap menuju kelas masing-masing secara bersamaan. Untungnya koridor saat ini sudah lumayan sepi, jadi Jihyun dan Kai tidak akan jadi pusat perhatian dan bahan pembicaraan. Kai dan Jihyun pun berpisah di persimpangan koridor, karena letak kelas mereka yang berlawanan arah dan juga karena Jihyun yang enggan jika Kai mengantarnya sampai kelas seperti tempo hari.
–
Ketika bel pulang berdering, Jihyun langsung membereskan bukunya lalu berjalan meninggalkan kelas karena setelah ini dirinya harus kembali bekerja di kedai bubur bersama dengan Ahra tentunya. Namun saat berada di halte bus, tiba-tiba ada sebuah mobil sport menghampirinya. Dan Jihyun sepertinya tahu siapa pemilik mobil ini, karena dirinya sendiri pernah menduduki salah satu kursi penumpang di mobil ini.
Kai keluar dari mobilnya dan menghampiri Jihyun yang tengah menatapnya heran, “Masuklah, aku akan mengantarmu sekaligus mentraktirmu makan.”
“Tidak usah sunbae, aku harus segera bekerja setelah ini.” Jihyun berusaha menolak dengan halus, jujur saja Jihyun lebih memilih berdesakkan di bus daripada di antar oleh Kai. Bukannya apa, Jihyun hanya merasa canggung bila berada di dekat Kai.
“Baiklah kalau begitu, aku akan mengantarmu bekerja. Setelah itu kau harus makan bersama denganku.”
Kai menarik lengan Jihyun dan setengah memaksa untuk masuk ke dalam mobilnya. Dan begitu Jihyun masuk, Kai buru-buru berlari menuju sisi kemudinya dan melanjukan mobilnya menuju tempat kerja Jihyun.
“Jadi, dimana tempat kerjamu?” Kai sekilas menatap Jihyun yang berada di kursi penumpang di sampingnya, entah apa yang dipikirkannya tadi hingga nekat menarik Jihyun masuk ke dalam mobilnya. Tapi sepertinya Kai tidak merasa menyesal, karena dengan begini Kai akan lebih mengetahui seperti apa kehidupan Jihyun sebenarnya.
“Aku bekerja di kedai bubur Bonjuk, alamatnya di 522-1 Gwacheon-dong, Gwacheon.” Kai langsung mensetting GPS di mobilnya sesuai dengan alamat yang Jihyun katakan.
Sebenarnya Kai cukup terkejut saat Jihyun mengatakan kalau dirinya bekerja di kedai bubur. Kai pikir Jihyun bekerja di perusahaan atau agency tapi ternyata gadis yang berada di sampingnya ini hanya bekerja di kedai bubur. Kai tidak bisa membayangkan bagaimana jika satu sekolah mengetahui status sosial Jihyun, apalagi jika Sehun ataupun Hyena yang mengetahuinya.
Sekitar 35 menit perjalanan, Kai dan Jihyun sampai di kedai bubur tempat Jihyun bekerja. Kedai bubur yang tidak terlalu besar, bagian depan kedai di dominasi oleh warna merah maroon dan putih. Sedangkan dibagian dalamnya didominasi oleh warna putih dan coklat. Begitu masuk ke dalam kedai, Kai langsung bisa mencium aroma khas bubur tradisional Korea.
Ahra yang sedang melayani pelanggan, melihat Jihyun datang bersama seorang pria lalu menghampirinya dan menarik lengan sahabatnya itu menuju ruang karyawan. Katakan Ahra berlebihan, tapi ini pertama kalinya Jihyun datang bersama seorang pria dan lagi mereka hanya berdua.
“Siapa pria itu? Dia memakai seragam yang sama denganmu. Ah jangan-jangan pria itu, pria yang tempo hari kau ceritakan. Siapa namanya, ah aku lupa.” Ahra langsung mengingat-ingat pria yang Jihyun ceritakan tempo hari. Ahra berusaha mengingat namanya namun nihil, yang Ahra ingat hanyalah pria yang diceritakan Jihyun adalah senior tingkat tiga di sekolahnya.
“Dia Kai sunbae.”
“Ah Jihyun kau sungguh beruntung!!! Benarkan ucapanku, dia itu menyukaimu Ji.”
Suara Ahra yang memekik, membuat Jihyunl langsung membekap mulut sahabatnya itu. Mau ditaruh dimana wajahnya jika Kai mendengar pembicaraan mereka saat ini.
“Dia mengatakan ingin mentraktirku dan menungguku bekerja karena sudah memberikannya kimbab buatan ibuku.” Ralat, bukan memberikannya tapi membiarkan Kai menghabiskan kimbab buatan ibunya.
Jihyun menaruh tasnya dan segera mengganti bajunya, Jihyun memang sengaja meninggalkan beberapa lembar bajunya di kedai karena Jihyun tidak mungkin memakai pakaian sekolahnya saat sedang melayani pelanggan. Setelah berganti pakaian, Jihyun mengambil apron yang tergantung lalu memakainya.
“Sepertinya dia sungguh menyukaimu Ji.” Ahra tersenyum jahil pada Jihyun yang kini sudah terlihat kikuk. Tapi membayangkan Kai menyukainya, sepertinya hal itu mustahil.
Pembicaraan mereka terhenti saat ‘bos’ mereka memasuki ruangan karyawan. Bom Choon-sik, bos mereka, menghampiri Jihyun dan Ahra. “Hey hey lihatlah, kita kedatangan pelanggan tampan. Sepertinya dia bukan orang sembarangan.”
Ahra menatap Choon Sik dengan malas, “Dia bukan pelanggan, pria itu teman ah bukan, maksudku senior Jihyun di Empire. Dan oppa tau, pria itu calon pewaris Empire Group.”
“Benarkah?!!!!” Chon Sik memekik kaget, Ahra yang berada di dekatnya dengan refleks menutup mulut atasannya itu sedangkan Jihyun menatap cemas, takut jika kali ini Kai benar-benar mendengar pembicaraan mereka. “Kalau begitu kau harus segera melayaninya, mana tau dia akan merekomendasikan kedai bubur kita pada teman-teman chaebolnya.” Chon Sik, mendorong Jihyun keluar dan memberikan menu kepada Jihyun.
Karena tahu Kai kesini bukan untuk makan, Jihyun meronta berusaha melepaskan dorongan bosnya itu, namun usaha Jihyun sia-sia karena kini dia sudah berada diruang makan dengan Kai yang menatapnya heran.
“Ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?”
“Ah tidak, tidak terjadi apa-apa.” Jihyun tersenyum kikuk menanggapi pertanyaan Kai, bahkan kini Jihyun seperti tidak mampu memberikan menu kepada Kai.
Kai menatap menu yang berada di pelukan Jihyun, dan sepertinya Kai tahu kenapa tadi Jihyun sampai di dorong keluar, “Itu menu makanan disini? Boleh aku melihatnya?”
“Ah i…ini.”
Kai menatap menu yang diberikan Jihyun kepadanya dengan seksama, “Aku pesan satu bubur abalon.”
Jihyun kemudian mengambil menu yang berada di meja Kai lalu berjalan menuju dapur kedai. Saat berada di dapur, Jihyun menumpahkan kekesalannya kepada Chon Sik. Yang seenaknya saja mendorongnya, hingga membuatnya malu saat berhadapan dengan Kai tadi.
Setelah puas menumpahkan kekesalannya, Jihyun memberitahu pesanan Kai kepada Chon Sik. Chon Sik dengan sigap langsung membuatkan bubur pesanan pelanggan istimewanya itu, berharap jika Kai ketagihan akan bubur buatannya dan mempromosikan kedai buburnya kepada teman-teman chaebolnya.
Tidak sampai 20 menit, bubur pesanan Kai sudah siap dihidangkan. Lagi-lagi Jihyun yang harus memberikannya kepada Kai. Dengan perlahan, Jihyun menaruh nampan yang berisi bubur abalon pesanan Kai diatas meja.
“Tetaplah disini, temani aku makan.” Titah Kai lalu menarik lengan Jihyun dan menyuruhnya duduk tepat dihadapan Kai.
Kai lalu menghirup aroma bubur pesanannya, dari aromanya Kai bisa pastikan jika bubur dari kedai ini tidak bisa dianggap remeh. Bubur abalon yang dipesan Kai berisi sayuran yang dipotong kecil-kecil dan tentunya dengan potongan abalon di dalamnya. Selain bubur, juga terdapat acar lobak putih, sambal, irisan daging, dan juga kimchi.
Di sisi lain, Ahra dan Chon Sik diam-diam mengamati Kai yang sedang menyantap buburnya. Mereka menghembuskan nafas lega saat Kai mengeluarkan senyuman kecilnya sesaat setelah menyendokkan bubur ke dalam mulutnya.
Sesaat setelah buburnya habis, ponsel Kai tiba-tiba berbunyi. Wajah Kai yang semula hangat, berubah menjadi dingin sesaat setelah membaca nama yang tertera di teleponnya. Jihyun yang menyadari hal tersebut, tahu jika terjadi sesuatu saat Kai berbicara dengan seseorang di telepon, namun Jihyun enggan menanyakan apa yang terjadi. Rasanya sangat tidak sopan jika Jihyun bertanya hal seperti itu pada Kai yang baru saja dikenalnya.
“Sepertinya aku tidak jadi mentraktirmu makan hari ini.” Kai segera mengatur raut wajahnya saat berbicara dengan Jihyun, Kai tak mau membuat Jihyun merasa takut dengannya.
“Tidak apa sunbae.”
“Tapi lain kali kau harus mau jika aku sewaktu-waktu mengajakmu makan.”
Jihyun mengangguk menanggapi ucapan Kai. Kai lalu mengeluarkan 50.000 won dari dompetnya dan menyerahkan kepada Ahra yang berada di balik meja kasir tanpa meminta kembalian. Padahal bubur pesanan Kai hanya 20.000 won.
“Tunggu, kembaliannya.”
“Tidak usah, simpan saja kembaliannya.”
Ahra berdecak kagum, kali ini Ahra benar-benar yakin jika Kai adalah seorang chaebol. Sungguh beruntung sahabatnya itu.
“Baiklah aku pergi, terima kasih sudah menemaniku makan.” Ucap Kai, lalu berjalan keluar dari kedai. Jihyun menatap Kai yang kini sudah masuk ke dalam mobilnya.
Holaa, part ini sengaja aku panjangin dari part-part sebelumnya. Dan di part ini juga lebih banyak momen Kai-Jihyun. Dan untuk bos sekaligus pemilik kedai bubur tempat Jihyun kerja, aku pakai visual Kim Ki Bang sekaligus nama dia pas jadi bosnya Jan Di di BBF ^^
Dan terakhir jangan lupa memberikan komentar berupa saran dan kritik atau juga like ya, supaya nanti pas ada part yang di protect pada gak kesusahan harus ngekomen dari part awal :p