Quantcast
Channel: kim-jongin « WordPress.com Tag Feed
Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

Eclipse Chapter 6

$
0
0

eclipse-5.jpg.jpeg

Author : lightmover0488
Cast : Kim Jongin, Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Luhan, Park Aeri, Jo Hyunji
Genre : Friendship, Mistery, Romance, PG15
Lenght : Chaptered
Disclaimer : Copyright By lightmover0488. Hanya fiktif belaka.

===

Happy reading..

.

 

“Ya! Kenapa kau meninggalkanku ish! Aku tadi bilang hanya sebentar mengembalikan baju Hyunji!” Aeri yang masih terbawa emosi pasca perasaan tidak jelasnya pada Kim Jongin meneriaki Sehun di sebrang telepon. Aeri tidak sadar jika wajahnya sudah memerah menahan entah apa yang bersarang di dadanya. Sementara Hyunji yang masih sedikit terkejut dengan suara melengking Aeri yang tiba – tiba segera menjauhkan wajahnya dari Wajah Jongin lalu menekuni lagi makanannya. Sesekali ia melirik ke arah Aeri yang masih tampak kesal.
“Tidak usah! Aku naik taksi saja–” Suara dengan nada tinggi Aeri masih terus berlanjut. Tidak ada satu orangpun disana yang mengerti perubahan sikap Aeri, bahkan Aeri sendiri juga tidak bisa menyebutkan alasannya, “Sudahlah hun kau tidak usah kemari dan menjemputku, aku akan segera kesana..”

Pip

Disudahinya panggilan teleponnya dengan Sehun lalu berdiri dari bangkunya.
“Ehm.. Apa ada masalah? Sehun membuat masalah?” Tanya Hyunji dengan nada penasaran dan ragu. Aeri menatapnya singkat kemudian menggumam tidak jelas sambil memberesi barang-barangnya.
“Kau tidak makan dulu?” Tanya Jongdae mendongak menatap Aeri yang kini berwajah masam dan Hyunji tau itu. Aeri memang sering berubah – ubah mood dan tentu saja sedikit sulit menaikkan moodnya dalam waktu singkat sampai apa yang Aeri inginkan terkabul atau terlupakan begitu saja. Dan hal yang paling Aeri inginkan saat itu adalah pergi dari tempat itu sesegera mungkin. Menghilang seketika jika memungkinkan.
“Kau mau kemana? Ada kasus lagi?” Tanya Hyunji baik – baik tapi entahlah, itu membuat Aeri tidak mau menjawabnya.
“Kau mau pergi kemana? Kantor?”
Aeri menolehkan kepalanya pada Jongin. Ya, kali ini laki-laki itu yang berbicara padanya. Dadanya tiba-tiba bergemuruh dan seluruh tubuhnya meremang karena gugup saat pandangannya bertubrukan dengan mata tajam Jongin. Ia masih diam selama beberapa saat, bukan karena tidak mau menjawab, tapi dia seperti kehilangan kemampuan berbicaranya.
Tiba-tiba Jongin bangkit dari kursinya lalu merapikan jas nya. “Baiklah, bagaimana kalau pergi bersama? Aku juga punya urusan di daerah sana setelah jam makan siang. Kurasa akan tepat waktu jika berangkat sekarang,”
Aeri merasakan seluruh otat tubuhnya mendapat kejutan kecil. Dia terlalu kaget dengan tawaran Jongin untuk bisa menyimpulkan bahwa itu akan menjadi sesuatu yang sebenarnya dia inginkan. Dia mengibaskan tangannya dengan cepat, dan syaraf refleks tentang penolakan mengambil kendali syaraf bicaranya. “He? Oh Aniyo.. Aku pakai—”
“Eeyy.. Jangan seperti itu..” Jongin menepuk ringan pundak Aeri sambil tersenyum penuh arti, “Kau mau sekalian?” Tanyanya pada Hyunji sesaat kemudian.
“Tidak. Aku masih ada sesuatu dengan Jongdae Oppa. Aeri-ya, hwaiting!” Hyunji tersenyum singkat pada Jongin lalu melambaikan tangannya pada Aeri dengan sangat ceria. Untuk seseorang yang sudah tinggal bersama Aeri selama bertahun-tahun, Hyunji tahu ada sesuatu yang sedang tidak beres yang dirasakan Aeri padanya. Mungkin Aeri belum mau menceritakannya sekarang, tapi dia pasti akan mengungkapkannya nanti. Untuk gadis berhati lembut seperti Aeri, marah atau kesal adalah sesuatu yang sangat menyiksa untuk dirinya sendiri. Jadi tidak butuh lama, gadis itu pasti akan mengeluarkan semua dan mengomel sepanjang hari karena ia merasa kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa marah pada orang lain, dan kembali menjadi Aeri yang suka mengkritisi apapun sebagai wujud perhatiannya. Satu-satunya hal yang bisa Hyunji lakukan adalah menyemangi sahabatnya itu seperti biasa.
“Okay, sepetinya aku tidak pulang nanti.” Aeri berkata dengan senyuman singkat kemudian berlalu dari hadapan Hyunji dan Jongdae. Sementara Jongin mengekor Aeri di belakang punggung gadis itu.

 

+ Eclipse 6 +

“Kau tidak terlihat seperti seorang pendiam saat berbicara dengan Hyunji dan membalas telepon dari temanmu tadi,” Kata Jongin memecah keheningan di dalam mobil yang ia tumpangi bersama Aeri.

Aeri yang sedari tadi hanya menekuni jalanan di luar jendela tersentak ringan. Ia pun segera menoleh kearah Jongin yang duduk di belakang kemudi mobil mewahnya itu, “Oh?”

“Apa kau merasa canggung hanya berdua denganku?”

Sangat! Teriak Aeri dalam hati. Tapi tentu saja ia tidak bisa mengatakannya. Ia tersenyum – senyum singkat pada pria itu lalu kembali menatap ke laur jendela. Dan keheningan yang jauh dari kata nyaman kembali memerangkap mereka berdua.

“Kau dan Hyunji…”

Aeri menolehkan kepalanya ke arah Jongin saat suara ragu-ragu pria itu tertangkap telinganya. Meskipun kondisi emosionalnya sedang tidak baik dan ia tahu benar bahwa mengobrol tentang Hyunji bukan hal yang tepat untuk memperbaiki moodnya tapi Aeri tetap menanggapinya, “Ne?”

“Ehm.. kelihatannya sangat dekat,” Ucap Jongin sambil nyengir lebar. Saat Jongin tersenyum, mata dan seluruh wajahnya seolah juga tersenyum dengan sangat tulus. Membuat Aeri terpaku untuk sesaat dan ikut tersenyum di detik selanjutnya.

Eo. Itu karena kami sudah lama bersahabat. Dia sudah seperti saudara perempuanku..” Jawab Aeri sambil menatap jalanan di depannya dengan pandangan menerawang. Hari-hari yang dilaluinya bersama Hyunji sejak SMA bertahun-tahun yang lalu tiba-tiba terputar kembali di benaknya. Membuat perasaannya menjadi hangat. Selama ini mereka selalu berbagi banyak hal yang mereka miliki, tapi hari ini untuk pertama kalinya, ia tidak nyaman dengan keberadaan Hyunji hanya karena ia tidak suka orang yang disukainya lebih memperhatikan sahabatnya itu. Aeri sadar, dia sangat kekanakan hari ini. Tapi, semua itu terjadi begitu saja tanpa bisa ia pikirkan lebih dulu. Ia tidak bisa mengendalikan emosinya. Mungkin karena ini pertama kalinya ia menemukan seseorang yang bisa membuat dadanya berdetak cepat, menyakitkan dan menyembuhkan dalam waktu yang sama.

“Apa Hyun—”

“Kau terdengar seperti sedang mengorek informasi tentang Hyunji dariku. Kau menyukainya?” Aeri memotong kalimat Jongin dengan cepat. Ia menatap Jongin dengan wajah yang sebisa mungkin ia pasang dengan mode datar. Karena ia tidak bisa memutuskan ekspresi apa yang harus di pasangnya saat ini, karena dia merasa penasaran, gelisah, takut, kesal, kecewa dan lelah secara bersamaan.

“Hm?”

“Apa kau tahu…” Aeri menggantungkan kalimatnya selama beberapa detik “Hyunji menyukai seseorang sejak lama?” Entah apa yang ada di otak Aeri, tapi mulutnya benar-benar ingin mengucapkan kalimat itu. Apa dia terlihat picik sekarang? Dia benar-benar terlihat seperti tokoh antagonis yang akan melakukan apapun untuk membuat orang yang disukainya menyerah pada gadis lain dan berpaling padanya.

Heninglah yang menjawab pertanyaan atau bisa disebut juga pernyataan terselubung Aeri. Mata mereka saling bertatap selama beberapa detik, sampai akhirnya Jongin membuka mulutnya, “Park Chanyeol, kakakmu?”

Mata Aeri mendelik seketika, “Kau tahu?”

Jongin kembali menatap jalanan, sambil menganggukan kepala beberapa kali dengan santai.

“Dan kau baik-baik saja akan hal itu?!” Tanpa Aeri sadari, gadis itu menggunakan nada yang cukup tinggi sekarang.

Jongin menoleh singkat karena suara Aeri, kemudian menganggukan kepala dan tertawa dengan sangat keras.

Sementara Aeri hanya melongo di tempatnya. Bagaimana bisa, pria itu tau semuanya dan baik-baik saja? Bahkan sekarang dia tertawa? Ah, Aeri-ya kau memang harus berhenti! Kau tidak punya kesempatan, sadarlah! Bangunlah!

“Lalu, bagaimana denganmu Aeri-ya?”

Aeri berjenggit kaget, tersentak dari keterdiamannya.“Eh?”

“Apa ada seseorang yang kau sukai?” Tanya Jongin sambil tersenyum dengan sangat tampan di mata Aeri. Dan lagi-lagi Aeri terdiam seperti terbius. Entah karena senyum Jongin atau pertanyaannya.

ADA! KAU KAU KAU KIM JONGIN!! Jerit hati Aeri nelangsa. Tapi apalah daya Aeri yang akhirnya hanya bisa mengucapkan, “Entahlah aku tidak yakin,”

“Pasti banyak pria yang mengejarmu,”

Aeri menghembuskan nafas pelan, “Tidak sebanyak pria yang mengejar Hyunji,” Tiba-tiba ia terkekeh,  “Karena dia memang sangat cantik,” Sebenarnya sejak awal dia sudah tau kalau dia tidak akan pernah bisa menang dari Hyunji. Bagaimanapun, sahabatnya itu terlalu sempurna untuk dijadikan lawan dalam hal ini. Ia hanya harus mundur dengan teratur. Dia tidak mungkin meng—

“Kau juga sangat cantik,”

Mwo? Aeri memutar kepalanya dengan cepat. Lagi-lagi Kim Jongin tersenyum dengan sangat tampan, dan membuat hati gadis disampingnya semakin nelangsa. “Kau tidak perlu menghiburku, Jongin-ssi,

Jongin tertawa pelan. Pria itu menatap Aeri dengan wajah yang tersenyum dengan sangat tulus. “Kenapa aku harus menghiburmu? Itu benar, kau sangat cantik Aeri-ya,”

Ada yang bergetar di dalam dada Aeri. Dia benar-benar merasakannya. Sesuatu yang memacu jantungnya untuk memompa dengan sangat cepat dan membuat darahnya berdesir seperti tersengat aliran listrik. “Kalau dibandingkan dengan Hyunji?” Kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Aeri. Kali ini otaknya bekerja lebih cepat dari hatinya. Perintah untuk segera mengkonfirmasi sesuatu yang bisa masuk dalam indikasi ‘harapan kosong’ itu terlontar dengan sempurna. Aeri menatap wajah Jongin yang tiba-tiba terlihat ragu setelah ia mengucapkan pertanyaan itu. Sesaat kemudian ia tertawa pelan, “Haha, kau tidak bisa menjawabnya,”

Jongin membalas tatapan Aeri sehingga wajah penuh keraguan itu kini terlihat sempurna di mata gadis itu. “Ani, aku hanya sedang mencari kata yang tepat. Bagiku Hyunji memiliki aura yang bisa memikat orang lain dengan sangat mudah. Saat dia tertawa, dia bisa menarik orang lain dan menularkan tawanya dengan segera,”

Aeri terhenyak. Matanya kembali menerawang sosok sahabatnya, lalu mengangguk kecil dan tersenyum tipis, “Kau benar. Dia seperti magnet yang bisa membawa orang-orang mendekat padanya. Seperti bola dalam permainan sepak bola, semua orang akan berlari kemanapun bola itu menggelinding, dan memperebutkannya,”

“Tapi dalam kasus kalian, bukan Hyunji yang menarikmu, kan? Kau yang menarik dan membuatnya mendatangimu.”

“Hm? Aku juga sempat tidak mengerti kenapa bola itu menggelinding kearahku,” Aeri bergumam lirih. Sudut bibirnya terangkat dan ia tiba-tiba merasa rileks. Bayangan Hyunji si gadis populer yang terus mengikutinya semasa SMA kembali terpapar di ingatannya. Ya, gadis yang selalu tersenyum dan tertawa dengan sangat tulus. Ah! Aeri menoleh pada Jongin seketika, “Dan, kau juga memilikinya Jongin-ssi..”

“Eh? Mwo?”

“Kemampuan untuk menarik orang lain ke dalam tawamu dan menularkannya seketika,” Jawab Aeri dengan senyum lebarnya. Ia bahkan terkikik sendiri, saat mengingat kata-kata Jongdae tentang kemiripan Jongin dan Hyunji saat tertawa. Ia sangat menyetujinya sekarang, dan anehnya.. ia tidak merasa kesal sama sekali.

Jongin terdiam sesaat, menatap Aeri intens. “Kau benar-benar cantik. Kau tipe orang yang sangat hangat Aeri-ya. Itulah yang membuat Hyunji mendekat,” Katanya sangat tulus sambil tertawa pelan.

Aeri tertawa. Dia juga tidak tau kenapa ia tertawa, mungkin karena ia tertular Jongin sedang tertawa di sampingnya. Perasaannya menjadi ringan hanya dengan mendengar suara tawanya yang khas. “Kau terdengar lebih memahami Hyunji daripada aku Jongin-ssi, sepertinya kau memang benar-benar menyukainya.”

“Tapi aku juga menyukaimu,” Sahut Jongin yang seketika membuat Aeri seperti tersiram air es dan membekukan tubuhnya, “Kau membuatku merasa sangat nyaman. Kau membuat dadaku jadi hangat hanya dengan duduk dan mengobrol denganmu,” Jongin tersenyum hangat. Tangan kanan Jongin terulur dan mengusap puncak kepala Aeri dan dunia di sekitar Aeri pum seketika seperti berhenti berputar.

 

 + Eclipse 6 +

BRAAK!!
“Kim Youngmin-ssi!” Desis Chanyeol setelah berhasil menyalurkan amarahnya dengan menggebrak meja di depannya. Wajahnya memerah menahan keinginan untuk memukul pria setengah baya di hadapannya.

“Kau masih tidak mangaku? Sudah tiga orang yang terbunuh dan semuanya berhubungan denganmu!”
Pria setengah baya itu menatap Chanyeol dengan wajah lelahnya, tapi masih sangat terlihat arogansi yang tinggi dalam sorot matanya. “Apa yang harus kuakui? Tiga orang yang kau bicarakan itu sama sekali tidak ada hubungannya denganku,”
“Benarkah?” Chanyeol membalas tatapan Kim Youngmin dengan senyum sarkasnya. Ia mengeluarkan tiga map bening dari dalam tasnya lalu melemparkannya tepat di depan Kim Youngmin. “Perlu kusebutkan siapa mereka?”
Kim Youngmin terdiam. Menekuni setiap data yang bisa terbaca oleh matanya dalam map bening itu. Wajahnya sedikit mengeras dan tampak sangat terkejut setelah benar-benar bisa mengidentifikasi data ketiga orang yang terbunuh sesuai perkataan Chanyeol tadi.
Chanyeol semakin menarik sudut bibirnya setelah menangkap perubahan emosi di wajah Kim Youngmin.

“Lee Hanbin. Seorang pengusaha restoran yang dulu sempat bekerja sama dengan Gaesang. Ah, tentu saja kau tahu. Kalian sangat dekat bukan? Terlalu dekat sampai Lee Hanbin yang alergi serbuk bunga menyesuaikan diri denganmu yang sangat menggilai bunga Lavender,”
Tubuh Kim Youngmin semakin menegang setelah mendengar penuturan Chanyeol dan tentu saja membuat Chanyeol merasa tidak bisa berhenti, “Gambar ini ditemukan di dekat tubuhnya di hari kematiannya. Dia menggigit jarinya dan menggambarnya untuk menunjukkan identitas pelaku. Identitasmu, Kim Youngmin-ssi..”
“Tidak mungkin.” Gumam Kim Youngmin skeptis.
“Lihat ini logo bunga lavender yang paling kau sukai, kan? Kami sudah menyelidiki tentang logo bunga itu, tapi semua tetap kembali padamu Kim Youngmin. Bukankah bunga itu hasil – hasil uji coba persilangan yang kau lakukan dan kau sendiri yang memberi bunga-bunga hasil persilangan itu dengan logo untuk mempermudah pelelangan dengan pelelang dari luar negeri? Menurut sekitarmu kau bertengkar dengan Lee Hanbin, kesaksian mereka sudah sangat cukup untuk menjawab motif pembunuhanmu,”
Chanyeol terdiam sesaat karena ekspresi Kim Youngmin. Pria paruh baya itu tampak benar-benar terkejut, tapi tidak seperti keterkejutan karena kebohongannya terbongkar. Entahlah, Chanyeol merasa masih banyak hal yang tersembunyi dibalik semua kasus ini.
“Go Eunseol,” Lanjut Chanyeol, ”Kau tidak mungkin melupakan gadis ini setelah apa yang kau perbuat padanya kan, Youngmin-ssi? Atau kita perlu melihatnya lagi untuk mengingatkanmu?”
Kim Youngmin mendongakkan kepala, menatap Chanyeol dengan pandangan tidak mengerti yang membuat Chanyeol sangat muak. Ia mendengus, keinginanya untuk memukul pria di hadapannya menjadi berkali lipat lebih besar. Bagaimana bisa pria itu bersikap seperti itu? Seolah dia tidak melakukan sesuatu yang salah. Apa dia hanya melakukannya kemudian melupakannya? Brengsek sekali. “Putarkan, Kyungsoo-ya!” Katanya kemudian pada anak buahnya yang berada di ruangan lain di sebelah ruang interogasi yang terbatasi kaca satu arah.
“Youngmin-ssi.. Youngmin-ssi.. Jangan melakukannya! Jebal Hajima–aaaakkkhh..”
Video skandal itupun terputar di layar besar di sudut ruangan. Chanyeol tidak menolehkan kepalanya sama sekali ke arah layar itu, matanya mengawasi Kim Youngmin yang sedang membatu di depannya dengan pandangan yang terpaku ke depan, tepat ke arah proyeksi dirinya yang sedang melakukan perzinahan di dalam layar besar itu bersama seorang gadis yang tak lain adalah Go Eunseol. Chanyeol memperhatikan kedua tangan Kim Youngmin saling bertaut dan menggenggam kuat satu sama lain.
“Kim..aaaahh–”
Chanyeol berjenggit kecil dan tubuhnya tiba-tiba meremang. Konsentrasinya buyar seketika. Ia merutuk dirinya sendiri, bagaimana ia bisa kehilangan fokus hanya karena… suara desahan? Astaga Park Chanyeol, kau kehilangan akal sehatmu?

Aiiiish.. Sudah, hentikan videonya Kyungsoo-ya!” Seru Chanyeol kemudian. Ia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa di dalam kepalanya dan menata fokusnya kembali. “Kau sudah ingat?” Tanyanya,
Chanyeol masih belum mengubah arah pandangannya dari Kim Youngmin yang membisu. Pria itu  tidak menanggapi Chanyeol, wajahnya juga berubah pucat. Tapi ada yang aneh menurut Chanyeol. Ia sudah berpuluh-puluh bahkan ratusan kali menginterogasi seseorang dan mendapati ekspresi wajah yang sama seperti Kim Youngmin saat ini. Ekspresi seperti itu akan membuat hatinya yakin bahwa dugaannya benar dan ujung kasus akan segera terlihat. Tapi ini lain, Chanyeol tidak merasakan hal itu. Ia hanya merasa berputar-putar pada kemungkinan -kemungkinan yang bahkan tak bisa terkatakan olehnya sendiri. Ekspresi takut Kim Youngmin tidak seperti ekspresi seorang pelaku yang terbongkar kejahatannya, tapi seperti ketakutan lain yang lebih besar dari itu.
“Dia menggenggam gambar Lavender saat ditemukan tewas. Kau membunuhnya karena rumor skandal yang menyebar di Gaesang,” Chanyeol kembali membuka suara. Menyelamatkan jiwanya dari keterdiaman yang jauh dari kata nyaman.

“Yang terakhir, Lee Sooman. Kau pasti sangat mengenalnya kan? kalian bersaing dengan sangat terbuka soal kepemimpinan dan kekuasaan Gaesang. Dia juga ditemukan tewas dengan Lavender yang berserakan di sekitarnya. Kau—”
“Itu tidak mungkin!” Teriak Youngmin tiba-tiba. Pria paruh baya itu bangkit dari kursinya lalu mencengkeram kemeja Chanyeol dengan mata nanar. “Bagaimana aku bisa membunuh Go Eunsol dan Lee Sooman sementara kalian menahanku disini? Kalian pasti merekayasanya? Kau bekerja sama denganya, eoh?!”
“Rekayasa? Dengannya?”
“Itu..”

 

+ Eclipse 6 +

Tak tak tak tak
Sepatu hyunji berbunyi sangat nyaring saat beradu dengan lantai karena ia berjalan dengan tergesa. Beberapa menit yang lalu bagian frontdesk meneleponnya dan mengatakan ada seseorang yang menunggu Hyunji di taman belakang sebelah pantri. Seseorang yang mengaku sebagai detektif kenalan dekat Hyunji dan sangat tampan menurut wanita yang menelepon Hyunji. Tanpa harus mengatakannya pun semua orang pasti sudah tahu siapa yang langsung terbersit di kepal Hyunji kan? Karena itulah dia meninggalkan meja kerjanya dengan segera. Senyum yang sangat lebar pun menghiasi wajahnya begitu keluar dari ruangan. Hanya karena harapan kecil yang bermain-main di kepalanya dengan membayangkan pria itu duduk di bangku taman dan menunggunya. Ia terkekeh pelan di tengah langkah kakinya yang semakin cepat.
Ia memencet navigasi pada dinding lift dengan tidak sabar. Bahkan ia berdiri tepat di depan lift dengan kaki yang bergerak-gerak seperti berlari di tempat dengan pelan. Beberapa saat kemudian Hyunji menghentikan langkahnya, senyumnya semakin melebar saat ia sampai di ujung lorong lantai satu gedung utama NFS. Hanya tinggal berbelok ke kanan ia akan sampai di pantri dan bisa menuju taman. Ia berbalik menatap pantulan tubuhnya pada dinding kaca untuk mengoreksi penampilannya sebelum bertemu dengannya. Dia tidak boleh terlihat buruk setelah kejadian kemarin kan? Ia menarik-narik turun pencil skirt nya, masih trauma dengan komentar yang didapatnya kemarin walaupun sangat jelas ujung rok yang dipakainya hari ini jatuh menyentuh lututnya dan sangat jauh lebih panjang jika dibandingkan dengan super mini dressnya kemarin. Ia memutar tubuhnya mengamati bagian belakang blous nya, untuk memastikan penampilannya sempurna. Tapi sedetik kemudian gerakannya berhenti, saat secara samar-samar matanya menangkap seseorang yang dia kenal  melintas di balik dinding kaca yang ia gunakan sebagai cermin. Orang itu berjalan dengan sangat tenang dan hati-hati menuju ruang file yang berada seberang gedung utama. Walaupun dia berjarak cukup jauh dari sisi lain dinding tapi Hyunji masih bisa melihat dan mengenalinya dengan jelas. “Baekhyun?”
Hyunji maju beberapa langkah kemudian berbelok ke lorong kiri ke arah ruang file di gedung belakang. Baekhyun berada di depan pintu selama beberapa saat sampai akhirnya ia masuk ke dalam ruangan itu. Di saat yang sama, Hyunji menghentikan langkahnya untuk menyusul Baekhyun. Ia terdiam beberapa saat.
“Kalau Baekhyun benar-benar ada disini, aaa..” Pekik Hyunji tiba-tiba kegirangan. Seketika itu ia berbalik dan mengubah arah langkahnya ke tujuan awal, yaitu taman sebelah pantri. Dengan keberadaan Baekhyun di sana, kemungkinan orang yang sedang menunggunya di taman adalah orang yang saat ini ada dalam pikirannya menjadi berkali lipat lebih besar. Karena Baekhyun adalah rekan satu tim Chanyeol dan mereka hampir selalu bersama-sama dalam penyelidikan, kan? Chanyeol? Tentu saja, siapa lagi yang akan dipikirkan oleh Hyunji kalau mendengar istilah ‘polisi tampan’.
“Aaaa cintaku Jo Hyunji!”
Hyunji mengerjap seperti tersengat sesuatu karena suara yang tertangkap pendengarannya.  Suara melengking dan sangat girang itu menariknya ke dunia nyata yang ternyata jauh dari harapan yang menginvasi kepalanya beberapa saat yang lalu. Ia mendengus pelan kemudian melangkah mendekati pemilik suara dengan ekspresi malas, “Kata orang resepsionis ada polisi tampan yang mencariku kenapa malah kau yang ada disini ish..” Gerutunya

“Yaaa.. memangnya ada yang salah dengan informasi itu? Aku kan memang tampan,” Seru Luhan masih dengan wajah sumringah dan alisnya yang bergerak naik turun. Ya, dia adalah Luhan. BUKAN Park Chanyeol!
Hyunji memutar bola matanya dan memasang wajah malas.

“Ck. Kenapa kau kemari?”
“Tentu saja untuk bertemu dengan wanita masa depanku,”
“Haah..” Hyunji duduk di depan Luhan dan langsung merebahkan kepalanya di atas meja taman. Tiba – tiba rasa kecewa menyerangnya tanpa ampun. Tentu saja Park Chanyeol tidak akan ada di tempat itu setelah apa yang terjadi kemarin kan? Hyunji menghembuskan napas beratnya lagi.
“Ini kan jam makan siang, kau tidak istirahat?”
Hyunji mendengar pertanyaan itu, bahkan ia juga merasakan usapan singkat di kepalanya, tapi ia hanya diam selama beberapa saat. Masih belum bisa menerima kenyataan bahwa berharap terlalu tinggi itu sangat menyakitkan seperti kata orang. Ia mendengus pelan, kemudian bergerak mengangkat kepalanya. “Aku harus menyelesaikan laporanku. Aku akan makan roti nanti. Memangnya kau—” Hyunji menghentikan suaranya saat kepalanya sudah benar-benar kembali terangkat dan bisa melihat apa yang dilakukan Luhan dengan sangat jelas. Ia mengangkat tangannya dan menggerakkan ke arah Luhan.
“YAYAYAAA..Arrrrggh!” Pekik Luhan kesakitan saat tangan Hyunji tiba-tiba menarik telinga kirinya dengan sangat kuat.
Hyunji mengerucutkan bibirnya, lalu melepaskan telinga Luhan. “Kalau kau hanya ingin berlaku genit pada pegawai wanita di sini, kenapa membuatku meninggalkan pekerjaanku? Kau benar-benar menyebalkan, Lu!”
“Haaah, bilang saja jika kau cemburu, kenapa menarik telingaku?” Luhan membalas Hyunji dengan cengengesan sambil mengusap-usap pelan telinganya yang terasa sangat panas dan sakit seolah telinganya akan jatuh begitu saja jika ia tidak berhati-hati.  “Yayayaa..” Serunya saat Hyunji bergerak dan mengancam sebelah telinganya yang masih sehat.
Tapi Hyunji justru bangkit dari kursinya. “Aku pergi kalau begitu,”
“Yaaaa..” Luhan menatap Hyunji dengan pandangan kecewa dan memohon, ekspresi yang selalu bisa mempengaruhi Aeri tapi cukup kebal untuk Hyunji.
Hyunji mendengus untuk kesekian kalinya dalam setengah jam terakhir. “Bukankah kau bersama Baekhyun? Suruh saja Baekhyun kesini menemanimu mengerling genit pada semua wanita yang lewat,”
Mata cantik Luhan mengerjap mengubah ekspresi dramanya menjadi heran. “Baekhyun? Ani, aku datang sendiri, karena itu aku memanggilmu kesini,”
Aniya? Tapi aku tadi melihat Baekhyun di ruang file,” Ia benar-benar yakin pada yang dilihat oleh matanya beberapa saat yang lalu. Bahkan ia sempat ingin menyusulnya. Orang di depan ruang file itu benar-benar Baekhyun.
“Benarkah? Dia disini? Apa dia juga menyelidiki soal Go Eunseol disini?” Tanya Luhan yang lebih terdengar seperti bertanya pada dirinya sendiri.
“Memang apa yang sedang kalian selidiki, Lu?” Hyunji kembali duduk di depan Luhan.
“Aku sedang menyelidiki mengenai bekas luka di tubuh Lee Hanbin. Aku membutuhkan catatan visumnya sebelum otopsi, untuk itu aku kemari. Apa mungkin Baekhyun mencari tahu hal yang sama mengenai Go Eunseol? Bukankah Go Eunseol juga mendapat kekerasan seksual? Tapi kenapa dia tidak mengatakan kalau dia akan kemari padaku atau Chanyeol?” Luhan menatap Hyunji tapi tidak benar-benar bertanya pada gadis itu, “Hmm, mungkin saja dia datang hanya untuk mengambil sampel pembanding sperma yang di temukan di tubuh Go Eunseol dan DNA janinnya seperti yang kita bicarakan kemarin..”
“Tapi bukankah Chanyeol Oppa sudah memilikinya? Kemarin saat dia bilang ingin pergi ke suatu tempat, dia datang kemari untuk mengambil semua data itu,” Kening Hyunji mengerut samar. Ada perasaan aneh di dadanya tapi dia tidak tahu perasaan apa itu. Tidak. Tentu saja, ia tidak pernah berpikir buruk tentang Baekhyun. Ia sangat mempercayai orang itu, karena dia adalah rekan satu tim Chanyeol. Park Chanyeol memiliki insting yang sangat kuat, bahkan ia bisa merasa seseorang memiliki niat yang buruk hanya dengan berdekatan dengan orang itu, seperti radar. Dan selama ini dia baik-baik saja dengan Baekhyun yang selalu berada di sekitarnya, itu berarti ia bisa mempercayai Baekhyun kan?
Luhan menatap Hyunji lekat, kemudian tersenyum simpul. “Mungkin ada yang terlewat,”
Hyunji menganggukakan kepala sambil ikut tersenyum pada Luhan, lega dengan tanggapan yang ia dengar dari Pria itu. Mereka mempercayai Baekhyun, “Luhan, cepat kau telepon Baekhyun, aku harus segera kembali bekerja,”
Giliran Luhan yang menganggukkan kepala. Ia mengeluarkan ponselnya lalu menempelkannya ke telinga.
“Ehmm, ngomong-ngomong aku bisa mengerti jika Go Eunseol menerima kekerasan seksual, tapi soal Lee Hanbin.. ehm..apa mungkin dia… gay?” Tanya Hyunji dengan suara yang semakin lirih di akhir kalimat.
“Entahlah. Tapi si pelaku kekerasan itu sudah bisa dipastikan kalau gay,” Jawab Luhan, masih dengan ponsel yang tertempel di telinga, menunggu Baekhyun mengangkat panggilan darinya. “Aish, bocah itu tidak mengangkatnya.” Gerutunya kemudian saat nada sambung panggilan itu menghilang dan panggilannya berakhir. Ia baru akan menekan tombol dial untuk menelepon Baekhyun lagi ketika tiba-tiba benda kotak tipis itu berbunyi. “Ow oo, Park Chanyeol..”
Hyunji menegakkan punggungnya. Tubuhnya selalu bereaksi dengan cepat untuk apapun yang berhubungan dengan Chanyeol. Bahkan ia mengkode Luhan untuk segera mengangkat telepon dari Chanyeol karena dia penasaran dengan apapun yang menyangkut pria itu.
Yeobseoo. Aku?.. di NFS, ada apa?… Arraseo, aku akan kesana sekarang,”
Hyunji menangkap ekspresi terkejut dan serius di wajah Luhan dan membuatnya semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi melihat perubahan ekspresi Luhan, pasti telah terjadi sesuatu yang cukup serius di kantor yang berhubungan dengan kasus yang mereka tangani dan Chanyeol membutuhkan bantuan Luhan. Karena Luhan akan berubah menjadi pria serius yang entahlah menurut Hyunji memiliki kharisma yang mempesona jika berhubungan dengan kasus kriminal dan pekerjaannya.
“Hyunji-ya, oppa harus kembali ke kantor, maafkan oppa karena harus meninggalkanmu..”
Hyunji tersentak dari pikirannya kemudian bergerak memperagakan orang muntah di hadapan Luhan. Pria itu dalam sekejap meruntuhkan imej dari sisi lain dirinya yang baru saja Hyunji puji -puji dalam pikirannya karena kalimat dengan gaya ala Ajussi tua yang barusaja ia ucapkan dengan mulutnya sendiri.
Luhan tertawa dengan keras, lalu meraih jas nya dan segera bangkit dari kursi taman. “Oiya, bisakah kau menyusul Baekhyun ke dalam dan tolong sampaikan padanya untuk segera ke kantor?”
Hyunji mengangguk.

 

+ Eclipse 6 +

 

Baekhyun berjalan perlahan, dan berhenti di depan rak besar dengan label ‘1995’. Ini dia, batinnya. Ia memasuki lorong itu dan mulai mengedarkan pandangan telitinya ke kanan dan kiri tubuhnya yang di kelilingi oleh jutaan berkas yang tersusun rapi di rak berdasarkan tanggal peristiwa. Ia masih mengingat dengan jelas kejadian waktu itu karena hanya berselang beberapa hari dari ulang tahunnya. Ya, suatu hari di bulan Mei tahun 1995, saat semuanya berakhir. Ah tidak, saat semuanya dimulai.
“Hhh..” Baekhyun tersenyum getir dan ironis untuk dirinya sendiri saat ingatan itu datang kembali. Ia terdiam cukup lama di depan rak dengan label ‘May 24. 1995′. Tanggal yang sekarang ia gunakan untuk tanggal ulang tahunnya pada seluruh ID yang ia miliki. Tanggal yang menjadi saksi Byun Baekhyun yang ceria dan sangat bersinar telah mati dan melahirkan Baekhyun yang sekarang.

“Darah harus dibayar dengan darah,” Gumamnya sambil menyeringai dalam keremangan cahaya yang membuat wajahnya tampak menakutkan.
Tangan lentiknya sudah menelusuri permukaan map – map di hadapannya, menyortir tiap berkas kasus di bagian itu. Sesaat kemudian tangannya menarik keluar sebuah map yang sepertinya berisi sesuatu yang dia cari selama ini. Tapi belum sempat ia membuka berkas itu, tiba-tiba ponsel di saku jas nya bergetar. Dengan sekali gerakan Baekhyun mengeluarkan ponselnya.
Lu Han
Ia diam menatap ponselnya yang terus bergetar, menimbang -nimbang apakah ia harus mengangkat panggilan itu atau tidak. Akan menjadi suatu yang buruk jika ia mengangkat panggilan itu dan mendapat tugas untuk segera pergi ke suatu tempat, karena ia sedang berada di salah satu tempat yang ia tuju sejak awal untuk memulai misinya. Ia tidak mungkin meninggalkan begitu saja  berkas yang saat ini sudah berada di tangannya kan? Tapi pikiran tentang rekannya yang mungkin saja sedang membutuhkan bantuan terus menodong logika berpikirnya. Chanyeol sedang berada di tengah proses interogasi dan Luhan sedang keluar untuk penyelidikan Lee Hanbin saat Baekhyun keluar dari kantor satu jam yang lalu. Apa mungkin mereka menemukan sesuatu dan membutuhkannya?
Baekhyun menghembuskan napas berat yang menyesakkan dadanya lalu bergumam lirih pada ponsel di tangannya,

Mianhae..” Akhirnya ia memutuskan untuk memasukan kembali ponselnya kedalam jas, mengabaikan panggilan Luhan untuk sementara karena map di tangannya tampak lebih menarik baginya. Lalu dengan segera ia membuka map di tangannya. Semakin cepat ia menuntaskan urusannya disini, semakin cepat ia bisa menghubungi partnernya dan kembali pada perannya sebagai polisi.
Tapi kening Baekhyun langsung berkerut di detik yang sama saat ia membuka map di tangannya. Hanya ada selembar kertas mengenai garis besar kasus dalam map itu dan berkas yang dicari Baekhyun sama sekali tidak ada di sana. Berkas mengenai laporan penyelidikan dan hasil otopsi dari orang-orang yang tidak dapat ia temukan di kantor polisi  juga tidak ada di tempat itu.
Baekhyun mengepalkan tangannya kuat-kuat.

“Sial!”

Berkas itu tidak ada dimanapun. Padahal dia ingat dengan sangat jelas ada berkas otopsi dalam sidang hari itu. Kemana perginya berkas itu? Sejauh apa konspirasi dalam kasus itu?
Ia mengembalikan map itu ke dalam rak dengan kasar, kemudian menyandarkan punggungnya ke salah satu sisi rak. Marah, kecewa, bingung, penasaran, semua berkecamuk di dadanya. Menyumbat seperti kotoran dalam saluran air, membuatnya sesak dan ingin meledak.
Bahkan tempat yang dia pikir akan menjawab pertanyaannya sama sekali tidak membantunya. Jawaban itu tidak bisa ia temukan dimanapun. Kantor polisi pusat yang selama ini ia tuju juga tidak berkontribusi apapun untuk rencananya. Sekarang satu-satunya yang tersisa hanya orang itu. Tidak ada jalan lain lagi selain menggunakan orang itu untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
“Park Chan Yeol,” Baekhyun mengeja nama rekan kerjanya dengan pandangan menerawang. Sepertinya memang hanya tersisa nama itu yang bisa dimanfaatkan seperti rencana awalnya dulu.
Jauh sebelum Baekhyun datang ke Seoul ia telah lebih dulu menyelidiki semua hal yang berkaitan dengan kasus itu di tempat ini. Saat itulah ia menemukan nama Park Chanyeol di deretan nama ketua Tim Investigasi NPA. Dibandingkan beberapa nama yang lebih senior dan memiliki riwayat lebih panjang entah kenapa saat itu Baekhyun justru lebih tertarik pada profil Park Chanyeol. Pria yang bahkan beberapa bulan lebih muda dari Baekhyun itu sudah bisa menempati posisi setinggi itu, bukankah sesuatu yang luar biasa? Dilihat dari riwayatnya, selain Chanyeol memiliki kredibilitas yang tinggi sepertinya dia juga masih ‘bersih’.  Saat itulah semua di mulai, Baekhyun mengejar setiap promosi jabatan dan mengincar posisi dalam tim Park Chanyeol untuk mempermudah langkahnya menyelesaikan rencana itu.
Tapi tepat tiga tahun yang lalu, ia sempat mengurungkan niat itu saat pertama kali bertemu dengan Aeri. Dia sudah tahu sejak awal kalau Chanyeol memiliki seorang adik perempuan, tapi hari itu adalah hari dimana Baekhyun ‘tahu’ tentang gadis itu. Gadis yang selalu tersenyum dan bersikap hangat pada siapapun. Gadis cantik yang tidak terlalu suka terlihat menonjol tapi mampu memenjara perhatian Baekhyun di tatapan pertamanya. Gadis yang bisa membuat jantung Baekhyun berdegup seperti genderang dan membuat kakinya lemas hanya dengan sekali tarikan bibirnya.
Sungguh ironis bukan? Jatuh cinta di dalam misi seperti ini benar-benar tidak mungkin baginya. Apalagi jatuh cinta pada adik seseorang yang akan diperalatnya. Dilihat dari manapun itu tidak mungkin bisa terjadi kan? Dia harus menuntaskan misinya apapun yang terjadi. Tapi dia tidak ingin terlihat buruk di depan Aeri apalagi melukai gadis itu saat mengetahui keadaan dan tujuannya yang sebenarnya. Sepertinya Tuhan memang benar-benar senang mempermainkannya. Dua hal yang saling bertolak belakang itu benar-benar membuat kepalanya seakan ingin meledak untuk sesaat.
Ya, hanya sesaat. Karena di saat yang sama Aeri telah memberinya satu alasan lagi bahwa hanya Park Chanyeol yang bisa menjembataninya menjalankan semua rencana itu, juga alasan kenapa ia harus berada di sekitar Park Chanyeol.
“Jo Hyunji?” Baekhyun lagi-lagi mendengus kecil sambil tersenyum miring. Ia sempat bertanya-tanya ada berapa orang di dunia ini yang bernama Hyunji dan bermarga Jo. Tapi saat ia sudah kembali ke depan komputernya, mata yang telah mengkonfirmasi siapa Jo Hyunji yang dimaksud oleh Aeri tiba-tiba menjadi nanar. Bukankah suatu kebetulan yang sangat menyenangkan bisa menemukannya di sekitar lingkungan yang Baekhyun inginkan? Baekhyun menjadi semakin menginginkan posisi itu, dan memutuskan untuk melupakan pikiran tentang Aeri. Ia menjaga komitmen untuk menyelesaikan semua rencananya lebih dulu. Biarlah dia hanya bisa memandang Aeri dari kejauhan. Selama ia masih berada di sekitar gadis itu dan memastikannya bahwa dia baik-baik saja itu sudah lebih dari cukup untuk Baekhyun. Itulah kenapa selama ini Baekhyun selalu bersikap cuek pada Aeri. Ia memang harus begitu.
Seandainya mereka mempunyai cara lain untuk bertemu atau kesempatan lain di suatu hari nanti. Tapi percayalah, Baekhyun tidak pernah berani berharap lebih. Dia merasa tidak pantas. Dia bukan orang yang baik untuknya.
Mata Baekhyun menerawang langit-langit ruangan. Tapi menundukkan kepala dengan segera saat ekor matanya menemukan cctv di atas kepalanya. Baekhyun lagi-lagi menertawakan dirinya sendiri. Lihat, apa yang dilakukannya sekarang, bertindak bodoh lagi? Ia menolehkan wajahnya membuang muka, seolah ia sedang berhadapan dengan refleksinya sendiri dan tidak sudi menatap betapa menyedihkannya Byun Baekhyun.
Lalu, di saat itulah mata Baekhyun menangkap komputer di sudut lorong. Ia memutar tubuhnya kemudian bergerak menuju komputer itu dengan hati-hati. Memastikan gerakannya tidak mencurigakan dan wajahnya tidak tertangkap cctv sama sekali.
Jantungnya berdegup kencang saat ia berdiri tepat di depan komputer dengan label peringatan ‘staff only’ pada atas monitornya itu. Mungkinkah berkas yang ia cari bisa ia temukan di komputer itu?
Baekhyun menggerakkan mouse di atas meja dan menghidupkan kembali layar komputer itu dari mode tidurnya. Permintaan ID dan password lah yang Baekhyun temukan pertama kali pada layar di hadapannya, dan tentu saja itu bukan sesuatu yang sulit untuknya. Mengingat ia bisa masuk ke tempat ini, karena pintu ruangan file hanya bisa dibuka dengan ID dan password staff.
Tangan lentik Baekhyun menyentuh keyboard dan tanpa berpikir lagi ia mengetikkan ID dan password yang ia ketahui.
Hyunji Jo
24269365
Baekhyun menekan enter, lalu membelalakan mata sipitnya beberapa detik kemudian. Layar di depannya berubah menjadi merah dengan tulisan ‘Accses Closed. Your ID was denied. It will be blocked temporary.’
Ia mengepalkan tangannya kuat. Sepertinya Hyunji memiliki password lain untuk mengakses data internal NFS. Tentu saja dia tidak akan sebodoh itu menggunakan password yang sangat mudah ditebak dan kekanakan itu untuk mengakses data rahasia. Bahkan Baekhyun sendiri yang berulang kali menyanjung betapa pintarnya gadis itu.
Baekhyun memposisikan jemarinya di atas keyboard lagi. Ia sudah bersiap mengetikkan ID lain saat telinganya menangkap suara yang menggema dalam ruangan itu.
“Petugas Jo?”

 

+ Ecipse 6 +

Hyunji menatap was-was sekitarnya. Ya Tuhan tempat apa ini? Rak-rak tinggi penuh dengan berkas yang berjajar di sekitarnya, juga cahaya ruangan yang sangat minim membuat bulu kuduknya meremang seketika ia masuk ke dalam ruangan itu. Tempat itu mengingatkannya pada setting tempat pembunuhan di film-film thriller yang sering ditonton oleh Chanyeol, yang membuat untuk memasang mode waspada secara otomatis karena terasa seperti akan ada banyak bahaya yang mengintai di balik punggung. Padahal tempat itu hanya ruangan file.
Tidak. Hyunji tidak takut pada hantu, karena sepanjang hidupnya ia sama sekali tidak percaya dengan yang namanya hantu. Ia mengotopsi ratusan mayat dan selama ini belum pernah menemui arwah penasaran dari korban -korban itu seperti yang sering dibicarakan orang. Daripada hantu yang tidak terlihat, tentu saja Hyunji jauh lebih takut pada manusia. Niat jahat seseorang itu jauh lebih mengerikan! Hyunji berkali-kali menenangkan dirinya sendiri tapi tetap saja ia merasa seperti akan ada orang yang membekap mulutnya dari belakang. Baginya, ini lebih menakutkan daripada harus mengotopsi puluhan mayat dalam keadaan yang tidak utuh.
“Petugas Jo?”
Hyunji terlonjak kaget dan bersiap menjerit sekuat tenaganya. “ASTAGA!! Kim Ajussi kau mengejutkanku!!” Pekik Hyunji, matanya mengenali seseorang yang barusaja memanggilnya. Ia memegangi dadanya kuat-kuat, seperti khawatir jantungnya akan melompat keluar.
Pria tua setengah baya di depan Hyunji  sontak terbahak melihat reaksi gadis itu. “Maafkan aku. Kenapa kau mengendap-endap begitu?” Tanyanya masih dengan sisa tawa yang sangat jelas.
“Mengendap – endap? Ani, aku hanya merasa tempat ini sedikit menyeramkan, aku khawatir tiba -tiba ada yang menikamku dari belakang seperti dalam film-film..”
Pria yang dipanggil Hyunji sebagai Kim Ajissi itu kembali tertawa dengan keras, “Mana ada yang seperti itu di kantor seperti ini. Semut bahkan tidak bisa sembarangan masuk,”
Hyunji mengerucutkan bibirnya lucu. Tidak terlalu suka karena dia tertawakan, tapi dia juga merasa lega karena ada makhluk hidup (?) lain di sekitarnya, “Tetap saja ruangan ini menyeramkan. Ajussi, karena kau sudah disini, biasakah kau tunjukan jalan padaku?”
“Keurae. Kau ingin mencari file apa?”
“Sebenarnya aku sedang mencari temanku, dia sedang mencari berkas kematian Go Eunseol..”
“Go Eunseol? Tahun berapa kejadiannya?”
“Tentu saja tahun ini, kejadiannya baru seminggu yang lalu, dan otopsinya baru dilakukan 3  yang lalu..”
“Geez, lalu kenapa kau mencarinya disini?”
Hyunji mengerutkan keningnya. “Wae? Memangnya kita tidak memiliki berkasnya? Pihak kepolisian mengambilnya?”
“Tentu saja kita punya. Tapi tidak disimpan disini. Berkas baru disimpan di ruang file sayap kiri gedung, tempat itu menyimpan berkas kasus selama sepuluh tahun terakhir. Ruangan ini untuk menyimpan berkas kasus-kasus lama, lebih dari sepuluh tahun yang lalu..”
“Benarkah? Tapi tadi aku melihat temanku masuk kesini..” Hyunji benar-benar yakin dia melihat Baekhyun masuk ke dalam ruangan ini tadi. Baekhyun sempat berhenti sebentar lalu membuka pintu dan masuk ke dalam, Hyunji sangat sangat yakin dengan penglihatannya.
“Mungkin saja dia tidak tahu, sama sepertimu..”
“Benar juga, baiklah Kim Ajussi..” Hyunji tersenyum lebar, kemudian berlari kecil dari hadapan Kim Ajussi setelah menepuk ringan bahu pria itu sambil berseru, “Berhati-hatilah pada punggungmu, raaaawrr!”
Masih dengan sisa tawanya, Hyunji merasakan kelegaan yang luar biasa begitu keluar dari ruang file yang sangat horor itu. Ia berjalan cepat menuju sayap kiri gedung utama. Ingin segera menemukan Baekhyun untuk membantu Chanyeol yang sepertinya sedang membutuhkan bantuan. Ia ingin berlari dan tapi rok pensilnya menghambat segalanya. Ini benar-benar menyusahkan, Ya Tuhan kenapa beberapa hari ini ia selalu bermasalah dengan pakaian?
“Selamat siang. Anda membawa surat ijin masuk atau surat perintah?” Seorang gadis menyambut Hyunji di depan ruang file yang terlihat lebih manusiawi dibandingkan dengan yang baru dimasukinnya beberapa menit yang lalu.
Aniyo. Aku dari Tim 1 Bagian Penyelidik NFS, kau bisa mengecek ID ku. Jo Hyunji..”
Gadis itu mengutak-atik kompuernya selama beberapa detik, lalu kembali menatap Hyunji sambil tersenyum sopan dan badan yang sedikit membungkuk. “Silahkan, petugas Jo. Anda bisa langsung masuk dengan memasukan pin ID karyawan anda disini..”
Hyunji mengekor gadis yang berjalan ke arah pintu kaca besar. Tapi ia berhenti di langkah ketiganya saat ingatan tentang ruang file yang baru dimasukinnya beberapa saat yang lalu terbayang kembali di benaknya. “Eum, sebenarnya aku kesini bukan untuk mencari file tapi untuk menemukan temanku. Apakah data orang keluar masuk tempat ini selalu dicatat?”
Ye..” Jawab gadis itu dengan sangat sopan.
“Bisakah aku melihatnya? Aku tidak terlalu suka suasana ruang file. Aku malas kalau sampai di dalam tapi temanku sudah keluar..”
Gadis petugas itu mengangguk singkat. Ia kembali ke meja kerjanya, mengutak-atik komputernya lagi, kemudian memutar monitor komputernya menghadap Hyunji.
“Hm? Kenapa tidak ada?” Kening Hyunji berkerut. Matanya tidak menemukan nama Baekhyun  dalam daftar itu. “Selain Luhan, apa tidak ada polisi lain yang bernama Byun Baekhyun memasuki ruangan ini?”
“Tidak ada.”
“Kau yakin?”
“Saya duduk di tempat ini dan membukakan pintu untuk setiap pengunjung selain pegawai NFS sejak pagi dan hanya satu polisi yang datang kemari selama itu..”
Hyunji menatap gadis di hadapannya dengan pandangan menyelidik. Ia benar-benar yakin melihat Baekhyun tadi. Tapi sekarang ia tidak bisa menemukan pria itu di manapun. Benar-benar aneh. Tapi gadis petugas itu juga tidak memiliki alasan untuk berbohong padanya. “Baiklah, terima kasih,” Kata Hyunji kemudian lalu undur diri dengan wajah yang sangat serius.

 

+ Eclipse 6 +

Terlalu serius sampai ia tidak menyadari ada seorang pria yang mengamatinya di kejauhan sambil berbicara dengan suara pelan di telepon. “Kau benar, Jo Hyunji sangat tidak terduga! Aku akan lebih berhati-hati padanya. Tidak kusangka akan secepat ini, tapi semua berjalan sesuai rencana..”

 

 

To Be Continued..


Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

Trending Articles