Scriptwriter: seyofx| Title: HE&SHE | Main Cast:
Park Chanyeol as Chandra Hirawan
Son Wendy as Claire Tandiono
Kim Jongin as Andrian Januari
Kang Seulgi as Sagita Edith
Xiumin as Raditya Sugiono
Other Cast: ‘Seventeen’ Wonwoo as Wahyu Bagaskara
| Genre: campus life, romance, drama, slice of life| Rating: teen | Lenght: chaptered | Disclaimer: This story is my own. Don’t be a plagiator. Be a good readers. ALERT! This fanfiction is a local vers. Don’t forget to like and comment ^^
“Jadi, nama pemilik café nanti itu pokoknya ada Tandiono-Tandiononya. Terus dia sempet kuliah jurusan psikologi di Vancouver, di instagram nya kebanyakan foto pemandangan daripada foto dia sendiri. Ada memang foto dia, tapi foto bersama teman-temannya dan mereka itu tumblr-girl banget!” celoteh Gigi ketika Gigi, Chandra, dan Radit sedang Sunday Morning di GSP UGM
Dimana Andrian? Andrian masih tertidur pulas di rumah kost-nya
“weleh weleh, Gigi udah cari tahu aja tentang anak pemilik café itu. Ngomong-ngomong kamu kok udah tahu aja?” Tanya Radit penasaran
“hehehe. Aku iseng caritahu nama ‘Tandiono’ yang ada di etalase Café. Ternyata itu nama belakang pemilik café terdahulu.” Jawab Gigi
“sok tahu kamu Gi. Bisa aja bukan dia.” Kata Chandra yang sibuk mengusap wajahnya dengan handuk kecil
“iih yaudah sih Chan. Namanya juga kepo, kalau benar beliin aku martabak keju susu ya!” kata Gigi
Chanyeol menaikkan alisnya, “untuk apa?”
“ya karena informasi dari aku benar jadi kamu nanti bisa tuh deketi si bule!” sahut Gigi
“yeuu sembarangan aja ngomongnya kamu, Gi.” Chandra menoyor pelan kepala Gigi
“hem iyadeh Chan. Si cold prince kayak Chandra mah mana tergoda sama cewek.” Balas Gigi
Bukan rahasia lagi kalau Chandra sangat dingin terhadap lawan jenisnya (kecuali Gigi), memang banyak yang menyukai Chandra tetapi Chandra selalu bersikap dingin, dan justru sikap dingin dialah yang membuatnya semakin banyak fans. Sempat waktu itu ada yang berniat jahat ke Gigi karena Chandra hanya bersikap hangat ke Gigi, Chandra langsung memarahi gadis-gadis itu.
Mantan? Ada yang bilang kalau Chandra pernah sekali pacaran waktu SMP, setelah putus dia tidak pacaran lagi. Ada yang berasumsi kalau mantannya itu membuat Chandra trauma dan tidak mau lagi pacaran
“terserah deh Gi.” Chandra meneguk pocari sweatnya, “Dit, yakin kamu enggak bisa bantu aku beres-beres nanti?” Tanya Chandra
Radit menggelengkan kepalanya “maaf ya Chan. Aku bener-bener pengen liat grup dance cover Red Velvet. Katanya grup yang tampil nanti cantik tenan e.” Jawab Chandra
“Halah Dit, cewek Korea kan oplas semua.” Timpal Chandra
Radit seketika menghentikan kegiatannya dan menatap Chandra tajam “Chan, enggak semua cewek di sana oplas. Coba kamu liat Red Velvet sama Sulli. Sebelum mereka jadi artis sama setelah jadi artis muka mereka sama aja. Paling beda karena dandanannya.” Bela Radit, Gigi tertawa kecil melihat tingkah Radit dan juga logat jawa Radit yang keluar
“ya ya terserah. Bagi aku yang cantik itu Chloe Moretz.” Kata Chandra
“halah paling bentar lagi juga kamu bakal ganti posisi Chloe Moretz jadi si bule nanti.” Goda Gigi, Chandra menghela napas
“terserah kamu deh Gi. Oh iya, aku pulang duluan ya. Mau mandi sama siap-siap bersihin café, sekalian bangunin Andrian.” Chandra melambaikan tangan ke dua sahabatnnya dan berjalan keluar dari tempat Sunday Morning
~**~
“Kalau bukan karena si bule, gua juga males bersih-bersih, Chan.” Kata Andrian sebal sambil membersihkan sudut-sudut ruangan dengan vacuum cleaner
“Yaelah dri, emang kamu yakin kalau anak pemiliknya itu cewek?” balas Chandra yang sedang mengelap rak-rak dan meja kasir sekaligus tempat penyimpanan pastry nanti
“100% yakin. Soalnya gua bakal prediksiin kalau kehidupan lu bakal kayak FTV. Satu kost sama cewek, terus awalnya benci, jadi suka deh.” Jawab Andrian mantap
“dri, dri. Itu kan Cuma kisah menye-menye 2 jam. Kalau kehidupan aslinya ya enggak mungkin kayak gitu, jangan berharap deh. Lagipula, mau cewek atau cowok aku enggak akan mau temenan sama dia. Dia yang bikin aku susah, bikin aku atur ulang jadwal-jadwal rutin. Lagian, kan di Jogja banyak tempat, kenapa pilih tempat ini? Dibilang mewah juga enggak. Kalau dia punya uang banyak tinggal beli tanah, bikin café, sewa pekerja. Selesai.”
“Tapi nyatanya aku hanya punya sedikit uang dan ini satu-satunya harapanku.”
Chandra dan Andrian menghentikan pekerjaannya setelah mendengar suara perempuan yang membalas ucapan pedas Chandra tadi. Dia tidak terlalu tinggi mungkin tingginya hanya sekitar 157 atau 160, dia putih, rambutnya panjang berwarna brunette dengan bando biru menghiasi rambutnya, dan ia memakai sweater merah maroon dan skinny jeans hitam dipadu dengan converse yang senada, wajahnya terlihat lelah mungkin karena lamanya perjalanan di pesawat. Matanya terlihat berkaca-kaca dan ia memegang erat pegangan kopernya
“Ya gusti cantik banget… Eh uhm hey hello. My name is Andrian.” Andrian memberikan tangannya untuk berkenalan
Perempuan itu tersenyum kecil dan membalas tangan Andrian lalu menjabatnya “I’m Claire Tandiono, you can call me Claire. Anyway, I can speak Indonesian.” Balas Claire
Jawaban Claire tadi membuat Andrian terkejut, dan menatap tajam Chandra “yea..uhmm well I’m sorry about my friend, maaf dia emang kayak gitu. Chan, buruan kenalan sama dia sekalian minta maaf.” Pinta Andrian
Chandra hanya membuang napas kesal dan berkata, “peduli amat.”
“heh Chandra, kamu yang sopan dikit dong sama tamu!” nasehat ayah Chandra yang masuk ke café sambil menarik koper-koper lain milik Claire “mending kamu berhenti dulu bentar terus bantu Claire angkat kopernya ke kamarnya, nak.” Lanjut beliau
“makasih banget om, biar aku aja yang angkat. Enggak apa-apa kok.” Elak Claire
“oh sini gua bantu Claire, eh maksudnya sini aku bantu.” Andrian pun langsung naik keatas mengangkat koper Claire, disusul Claire dari belakang. Ayah Chandra menatap Chandra dan menghela napas
“ayah tahu ini berat, tetapi setidaknya ini juga membantumu. Kita juga harus berterimakasih ke keluarga Claire, kalau bukan karena dia kamu enggak bakal menetap disini. Apalagi dari sini ke kampusmu lebih dekat.” Kata ayah, “ini juga bantu kamu buat belajar masak dan membuka usaha. Kan katanya kamu pengen jadi chef sekaligus pemilik restoran.”
Chandra berhenti sejenak, lalu ia melempar kain yang sedari tadi ia gunakan untuk membersihkan rak
“Enggak yah, ini justru merepotkanku. Dia penghalangku untuk aktif di BEM, aku akan jadi ketua BEM dan aku tidak akan berhenti. Karena yang perlu dihentikan itu dia, Claire.” Ucap Chandra yang kemudian naik ke tangga menuju kamarnya.
Di tempat lain, Andrian membantu Claire untuk meletakkan kopernya di dekat lemarinya, dan Andrian membantu Claire untuk membuka jendela. Untungnya ruangan Claire ini sempat Andrian bersihkan (Chandra enggak mau bersihin kamar Claire)
“Capek ya? Istirahat aja, terus biasanya Chandra kalau masak di dapur café, ohya ada spaghetti buatan Gigi di kulkasnya Chandra, nanti makan itu aja, tapi kayaknya udah basi deh.” Kata Andrian yang melihat Claire tiduran di kasurnya
“hehe, thank you Andrian. Ngomong-ngomong cowok tadi namanya siapa?”
“dia Chandra. Maaf ya, temen gua emang begitu. Dia emang judes, dingin juga sama cewek-cewek. Tapi kayaknya dinginnya Chandra masih mempan ke cewek bule.” Canda Andrian
Claire tertawa renyah, “aku keturunan Indonesia. Aku bicara bahasa Indonesia di rumah, ohiya aku juga kayaknya enggak termasuk kategori bule karena aku enggak pure keturunan Canada.” Kata Claire
“terserah kamu deh hahahaha. Ngomong-ngomong kapan kamu mulai kuliah?” Tanya Andrian
“uhm, kayaknya besok aku Cuma urus administrasi aja. Besoknya lagi baru mulai.” Jawab Claire
“ambil kelas pagi aja, kayak Gigi. Jadi ada temennya.” Saran Andrian
“Gigi?”
“iya, dia temen gua sama Chandra. Anak psikologi juga, seru kok. Pasti kamu bakal nyaman sama dia.” Jawab Andrian
“alright, I hope so.”
Andrian pun pamit ke Claire untuk kembali membersihkan Café, Claire menyalakan AC dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal bersiap untuk istirahat. Tetapi ucapan Chandra tadi masih terngiang-ngiang di telinganya.
Dia dingin, ucapannya menusuk. Tapi dia benar, aku hanya menyusahkan.
~**~
“ih buruan sana ke pasar! Di kost-an aku gaada makanan, kalau lapar ya cepat-cepat sana ke pasar beli makan sekalian buat makan siang aku nanti!” terlihat Gigi yang baru saja turun dari motor scoopy itu memarahi adiknya, Wahyu Bagaskara alias Bagas
“bawel ih. Bentar, mau liat kakak-kakak cantik disini.” jawab Bagas, jawaban Bagas tadi langsung dibalas dengan cubitan Gigi
“aduh aduh aduh! Iya iya deh!” Bagas langsung memakai helmnya lagi dan mengendarai motornya keluar dari kampus
“kok ada Bagas, Gi?” Tanya Radit
“sekolahnya lagi ada libur apa gitu. Terus dia sama temen-temennya ke Jogja. Jarak penginapan mereka ke kost aku deket jadi sekalian aja Bagas ke kost-an aku terus aku suruh-suruh dia deh!” jawab Gigi
“ohiya Chan, Dri gimana? Si bule udah dateng?” Tanya Radit, Andrian mengangguk
“Sumpat dit, lu mesti lihat itu bule! Cantik banget! Bisa bahasa Indonesia pula.” Jawab Andrian
“wih bagus dong! Ngomong-ngomong dia nanti kesini gak? Chan, dia ke kampus kan nanti?”
Chandra memutuskan diam tidak menggubris Gigi. Ia teringat kejadian kemarin malam dan pagi tadi
FLASHBACK ON
Chandra baru saja pulang dari pertemuannya dengan alumni-alumni fakultasnya. Sekarang sudah jam 11 malam, Chandra memutuskan untuk langsung tidur jika tidak ada tugas. Sialnya, saat Chandra mengecek HP. Dosennya mengirimkan tugas di email, hilanglah sudah keinginan Chandra untuk langsung tidur.
Saat masuk café, ia mencium bau kopi. Ia melihat beberapa alat penggiling kopi dan beberapa botol yang biasanya ia lihat di starbucks seperti sugar syrup, pumpkin spice, white chocolate, caramel, hazelnut and vanilla Starbucks coffee syrups, flavored coffee drizzle sauces, dan coffee flavor kits sudah tersedia di meja pembuat kopi. Ia juga melihat kulkas penyimpan kue dan roti yang bersih dan lampunya sudah menyala
Chandra mendekati alat penggiling kopi. Iseng, ia mencoba memutar gagang dan menggiling beberapa kopi. Setelah menjadi bubuk, ia mengangkat wadah dan mencium wangi kopi yang ia giling
“ini espresso beans.” Guman Chandra
Chandra menyalakan alat pembuat kopi, dengan resep yang ia ingat ia pun membuat hot Americano. Chandra belajar membuat kopi tepat saat liburan UN, Chandra belajar membuat kopi dari tetangganya yang kebetulan membuka coffee shop dan mencari pekerja part time. Chandra pun merasa senang bekerja disana karena baginya membuat kopi-kopi seperti ini merupakan passion baginya.
“hot Americano ya?”
Chandra hampir saja menyemburkan kopi tepat ke orang yang mengajaknya bicara saking kagetnya. Ternyata itu Claire.
“ya.” Jawab Chandra jutek
“dari dapur aku bisa mencium wanginya. Kamu hebat juga ya bisa membuat kopi dengan wangi yang kuat kayak gini.” Puji Claire
“maksudmu kamu awalnya meremehkan aku kalau aku gabisa bikin kopi kayak gini?” Tanya Chandra
“e-enggak! Bukan itu maksudku, aku cuma muji kamu. Serius deh.” Kata Claire
“denger ya, mau kamu baik kek, jahat kek, baik banget-bangetan kek, aku enggak bakal peduli. Aku enggak akan mau berteman dengan kamu. Kita cukup sebagai orang yang saling kenal karena sama-sama tinggal dan bekerja di tempat yang sama. Sisanya? Kita urus diri kita sendiri-sendiri, mengerti?”
Chandra mengambil cangkir Americanonya dan berjalan menaikki tangga meninggalkan Claire yang menunduk setelah mendengar ucapan Chandra.
Paginya, Chandra terbangun dari tidurnya. Tapi tidak seperti biasanya, ia bangun bukan karena bunyi alarmnya. Chandra mengucek-ucek matanya dan beberapa lama kemudian jam wekernya baru berbunyi. Ia mencium wangi masakan entah itu darimana.
Aromanya seperti omlet smoke beef buatan ibunya dulu
Dia sangat menyukai masakan itu, setiap sarapan Chandra selalu meminta ibunya membuatkan omlet. Tetapi setelah orangtuanya bercerai semuanya berubah. Dan sekarang dia mencium wangi omlet itu lagi dan merindukan masakan ibunya. Dengan penuh harap, Chandra yang baru saja selesai membasuh muka dan menyikat giginya, membuka pintu kamarnya dan berjalan turun ke lantai bawah.
Ternyata benar, ada sepiring omlet smoke beef diatas meja makan, dan juga secangkir latte. Chandra mengambil garpu dan memotong sedikit omlet itu lalu memakannya
“ini enak. Seperti buatan ibu, jangan-jangan dia disini.” guman Chandra
“hey, selamat pagi.” Sapa Claire yang keluar dari dapur
“pagi.” Balas Chandra, Claire melihat Chandra yang memegang garpu
“oh? Kamu udah makan omletnya ya? Omlet itu emang buat kamu, makannya duduk ya jangan berdiri. Hehe.” Kata Claire
Chandra langsung meletakkan garpu di piring itu, “enggak makasih. Mau beli nasi uduk aja.” Balas Chandra dingin
“oh okey. Ngomong-ngomong nanti boleh ke kampus bareng enggak? I dont know well this place so maybe I need someone to accompany me.” Tawar Claire
“punya handphone kan? Cari aja gedung fakultas psikologi UGM di google maps. Gitu aja kok repot.”
“oh iya hehe. Makasih ya sarannya, Chan.” Balas Claire, Chandra hanya mengiakan dan berjalan kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap ke kampus
FLASHBACK OFF
“Chan, jangan bilang lu ninggalin Claire.” Curiga Andrian
“Gua suruh dia cek Google maps.” Balas Chandra singkat
“Aduh Chan! Tega banget sih sama Claire! Dia kan baru sampai disini, masa udah asal disuruh buka Google Maps aja!” omel Gigi
“kenapa enggak bareng aja berangkatnya sama dia?” Tanya Radit
Andrian melemparkan kunci motornya ke Chandra, Chandra menangkapnya dengan sigap, “Chan, nitip kunci motor gua ya. Lu pake motornya sebentar juga enggak apa-apa. Tapi pas pulang balikin.”
Chandra mengerti maksud Andrian, Andrian meminta Chandra untuk menjemput Claire. Jauh di dalam hati Chandra, ia mengaku kalau dia salah dan seharusnya mengantar Claire. Tapi rasa benci Chandra menutupi semuanya
“Chan, aku sama Andrian mau ke kelas dulu. Radit juga nih. See you later.” Gigi, Andrian, dan Radit meninggalkan Chandra yang masih menggengam kunci motor Andrian
Haruskah aku menjemputnya?