lallapo‘s
Title: Climax Day || Cast: Kim Jong In – Kai (EXO-K), Song Hae Ra (OC) || Genre: Romance, Marriage-life, Fluff || Length: Oneshoot, Series || Rating: PG-17
Written by .lallapo. (@lallapo_12)
Disclaimer: Officially mine!! Do not copy and paste without permission!
Author’s Note: Sebelumnya sudah di post di blog pribadi >> lallapo << Silahkan mampir untuk melihat fanfic-fanfic lain^^
Untuk yang belum baca JongRa series lainnya silahkan dibaca dulu yah,, sekalian komentar, kritik, dan saran :))
JongRa Series: [1] Morning Kiss || [2] ‘Green’ Spoon || [3] Pregnant Effects
***
Setelah beberapa kali diperiksa, dokter mengatakan jika Hae Ra mengandung anak kembar. Hal ini berarti, Hae Ra harus lebih ekstra menjaga kesehatannya juga bayinya. Dan tak urung, ini menjadi tantangan tersendiri bagi Jong In selaku penyebab hamilnya Hae Ra, ah sudahlah…
Mungkin Jong In bisa membuat novel bila menceritakan kejadian-kejadian beberapa hari yang lalu. Ia masih ingat dengan efek-efek kehamilan istrinya, ditambah detik-detik penantian anak baru mereka yang membuat perasaan Jong In campur aduk.
Ya, hari ini seharusnya menjadi hari yang melelahkan sekaligus membahagiakan, pasalnya Hae Ra diprediksi akan melahirkan. Jika kau bertanya bagaimana kondisi Hae Ra, dia terlihat sedikit gugup namun tetap bisa tenang. Sangat berkebalikan dengan kondisi Jong In yang sangat kacau. Rambut berantakan dan wajah yang terlihat sangat-sangat gelisah. Memang sih siapa yang tidak gelisah ketika istrinya akan melahirkan. Tapi, jika kalian melihat tampang Jong In sekarang… sungguh susah sekali mendeskripsikan lebih detail.
Jong In menggenggam tangan Hae Ra, menyalurkan sebuah kekuatan bagi Hae Ra. “Aku tahu kau bisa menjalaninya sayang, kau pasti bisa.” Nada bicaranya pelan namun cukup untuk mengetahui seberapa besar kekhawatiran Jong In. “Jika sangat sakit, berteriaklah aku akan menenangkanmu saat itu.”
Hae Ra mengangguk lemah, perutnya terasa sangat aneh –seperti sedang bergejolak di dalam sana. “Aku tahu Jong In,” ia memandang wajah Jong In –mengisi energinya kembali, “Jadi, sisirlah rambutmu sekarang. Kau terlihat berantakan.” Hae Ra tersenyum.
Jong In menyisir rambutnya dengan jemarinya. Sangat cepat. Dan membuat Hae Ra tersenyum kembali, bahkan ia nyaris tertawa. “Kau ini, masih sempat saja membuatku ingin tertawa.”
“Kita berangkat sekarang?” Hae Ra mengangguk sebagai jawaban, “Jong Shik jangan lupa pasang sabuk pengaman.”
“Nde, appa.”
Jong In mulai melajukan mobilnya ke arah apartement Chanyeol. Kenapa tidak ke rumah sakit? Karena, Jong Shik akan dititipkan di sana. Kebetulan istri Chanyeol dapat merawat anak kecil, jadi cukup dititipkan ke mereka, maka urusan selesai.
***
“Hyeong, mana Miyo?” Tanya Jong In sembari memasuki apartement Chanyeol. Miyo yang dimaksud adalah istri Chanyeol yang diceritakan tadi.
“Ada di dalam. Masuklah ke dalam,” Chanyeol melihat ke belakang Jong In, “Oh – Hae Ra hati-hati ketika berjalan.” Ucap Chanyeol terlampaui polos. Jong In menghiraukan obrolan mereka dan masuk ke dalam beserta Jong Shik yang dituntunnya.
“Waahh… perutmu benar-benar berubah Hae Ra.” Chanyeol menggeleng-gelengkan kepala, “Bagaimana bajingan itu membuatmu seperti ini. Sungguh mengagetkan.”
Hae Ra tertawa dengan guyonan yang dilontarkan Chanyeol, “Huss, bagaimanapun juga oppa tidak boleh menjelek-jelekkan suami orang di hadapan istrinya.” Ucapnya ditutup tawa.
“Hahaha, iya iya aku minta maaf. Ayo masuk ke dalam bersama yang lain.” Chanyeol menuntun Hae Ra, “Aku sungguh iri dengan pernikahan kalian. Aku juga ingin segera menggendong anakku.”
Curhatan Chanyeol tadi membuat Hae Ra tersenyum, “Kalau begitu cepat buat dong, hahaha.”
“Akan kulakukan secepatnya. Aku akan membuat banyak, tenang saja.” Chanyeol mengedipkan sebelah matanya. Tepat setelah itu, mereka melihat Jong In dan Miyo yang berbincang-bincang, sedangkan Jong Shik duduk di bawah bermain robot miliknya.
“Ya! Miyo-ya, kata Chanyeol oppa dia ingin segera punya anak.” Ucap Hae Ra santai ketika berhasil duduk nyaman di antara Jong In dan Miyo.
Chanyeol agak geram dengan tingkah Hae Ra, “Tidak usah bilang juga, Hae Ra!”
Hae Ra menjulurkan lidah membalas amukan Chanyeol. Dia berbalik menghadap Miyo yang mukanya merah padam menahan malu.
“Sudah tidak usah malu juga Miyo, lagipula Chanyeol hyeong ‘kan juga tidak ingin kalah denganku, iya ‘kan hyeong?” Jong In berdiri dan merangkul bahu Chanyeol dengan sedikit menjinjit. Lalu Jong In mendekatkan bibirnya di telinga Chanyeol ‘Buat yang banyak hyeong. Hwaiting!’
Miyo mengendus pelan, “Masa iya aku duluan yang mengikatnya? Harusnya ‘kan pihak laki-laki dulu.”
“Hahaha” Chanyeol tertawa sumbang antara canggung, malu, dan gelagapan. “Sudah-sudah niat kalian mau nitip Jong Shik atau mengganggu acara kita sih. Buruan ke rumah sakit!” Jelas sekali Chanyeol mengusir Jong In dan Hae Ra.
“Baik, baik hyeong kami akan pergi. Rawat Jong Shik seperti kau merawat anakmu sendiri. Bersenang-senanglah.” Jong In merangkul Hae Ra dan menuntunnya ke pintu depan. Jong In membuka pintu setelah sebelumnya berkata, “Oh ya hyeong, jangan lakukan di depan anak polos kita!!”
“YAAKK!!! Sialan kau hitam!” teriakan tadi tampak sia-sia karena Jong In sudah tak terlihat batang hidungnya.
Jong In dan Hae Ra terkikik di luar pintu. Setelah mengakhiri obrolan ambigu tadi, entah apa yang terjadi antara Miyo dan Chanyeol. Jong In dan Hae Ra berjalan beriringan kembali ke mobil.
Sepanjang perjalanan Jong In memegang tangan Hae Ra, entah mengapa hari ini rasanya sangat berat bagi Jong In. Ada perasaan tidak enak yang menyertainya sepanjang hari. Walaupun tadi, mereka tertawa lepas, sekarang rasanya tidak sesuai jika harus berbahagia.
“Kau tahu? Sepertinya, aku lebih gugup daripada kau, Hae Ra.”
Hae Ra hanya mengangguk. Lama sebelum akhirnya menjawab, “Nampak jelas dari wajahmu, Jong.”
***
Mereka berdua masuk ke dalam ruangan, lebih tepatnya kamar kecil dengan satu tempat tidur. Hae Ra duduk di atas tempat tidur sedangkan Jong In memilih berjongkok menghadap Hae Ra. “Sudah beberapa kali aku menghilangkan perasaan tidak enak ini. Tapi aku tidak bisa. Aku terus saja terbayang akan –” Jong In menutup matanya, “aku akan kehilanganmu. Maaf Hae Ra, bukannya apa-apa. Aku hanya takut.” Ia merebahkan kepalanya di paha Hae Ra, menyandar.
Hae Ra mengelus surai lembut Jong In, “Aku sudah pernah melakukan persalinan Jong In, kau tidak perlu khawatir lagi. Aku kuat, kau sendiri tahu ‘kan. Dan aku juga tidak akan meninggalkanmu sendiri, aku akan berjuang.” Kemudian ia mengecup puncak kepala Jong In.
Mereka tinggal menunggu. Walaupun kondisi Hae Ra bisa dikatakan cukup baik, tidak ada yang mustahil, bukan. Dan ini membuat Jong In tidak bisa berpikir jernih. “Maaf, aku masih belum bisa dewasa, aku hanya seperti bertingkah dewasa padahal nyatanya tidak. Harusnya aku yang menenangkanmu bukan sebaliknya.” Ujar Jong In seperti gumaman.
Hae Ra terkikik, “Geli… jangan bicara.” Ia menarik wajah Jong In dari pangkuannya, menatap mata Jong In tajam. “Jong In lihat aku. Aku lebih suka Jong In yang apa adanya. Yang selalu terbuka. Yang bisa menjadi menyebalkan, sangat romantis, dewasa, maupun bertingkah seperti anak-anak. Aku suka semua. Tak ada yang salah jika kau ingin berubah, namun jangan memaksakan diri jika tidak bisa. Aku akan menerimamu apa adanya.”
Jong In mengecup kening Hae Ra, “Betapa beruntungnya diriku,” ia menggenggam kedua tangan Hae Ra, “Aku percaya padamu. Berjuanglah dan aku akan selalu mendoakanmu.”
***
Begitulah, tepat setelah teriakan Hae Ra yang sangat melengking terdengar suara tangisan bayi, suara tangisan bayi kedua. Karena itu, Hae Ra menutup matanya, badannya terasa lemas, namun ia cukup sadar untuk mendengarkan tangisan bayinya juga ucapan syukur yang dibisikkan ke telinganya berulang kali.
Di sampingnya, Jong In masih tetap membisikkan ucapan syukur dan terima kasihnya untuk Hae Ra. Hingga, seorang suster memanggilnya dan menyerahkan bayi berbalut selimut kepada Jong In. Walaupun nampak kaku, Jongin bisa menggendongnya – dua sekaligus.
“Hae Ra sebaiknya kita beri nama siapa?”
-End-
Ending-nya greget ya… Sengaja sih, supaya readers bisa komen enaknya anaknya diberi nama siapa. Yang jelas bermarga Kim dan… namanya kaya nama anak kembar biasanya (nggak jauh beda)
Dimohon untuk meninggalkan jejak entah saran dan kritik. Karena apresiasi kalianlah yang membuatku semangat menulis^^
-@lallapo_12-