Chapter 30 : Take You Home
Original Story by Lee-jungjung |
Cast : Jung Soojung, Kim Jongin, Oh Sehun |
Support Cast : Xi Luhan, EXO, etc|
Length : Chaptered | Genre : Romance | Rating: PG-17
Aku akan membawamu kembali, nanti.
“Mengaku saja kau, Kim Jongin! Sudah berapa kali kau melakukan kejahatan moral pada gadis lugu itu?”
“Apa yang perlu akui, noona? Aku tidak melakukan apapun. Dan apa maksudmu dengan kejahatan moral? Kenapa kau ini selalu ber-negative thinking dengan adikmu sendiri, huh?”
“Karena kau memang tidak bisa dipercaya.”
Pertengakaran cukup pelik telah mewarnai pagi indah Soojung. Bermula dari kakak Jongin yang tiba-tiba saja datang dan memergoki mereka tidur di ranjang yang sama, sehingga terjadilah perdebatan tak berujung itu. Kakak Jongin yang ngotot jika Jongin telah melakukan tindakan senonoh pada Soojung. Dan Jongin yang bersikeras membela diri. Inginnya, Soojung membela Jongin. Memberi pengertian pada kakak sang kekasih bahwa mereka memang tidak melakukan apapun. Yah, hanya tidur dalam satu ranjang dan berpelukan. Tidak lebih, sungguh.
“Hei.” Soojung mendongak, merasa jika kakak Jongin tengah memanggilnya. Perempuan yang ditaksir Soojung lebih tua darinya sekitar 5 tahun itu tampak memicing dengan tatapan menyelidik. Soojung bahkan merasa sedikit terintimidasi.
“Katakan kepada eonnie, jangan takut,” katanya kepada Soojung. Ekspresinya saat ini berbeda dengan yang ditujukan pada Jongin. Jika sebelumnya ekspresi kakak Jongin ini galak, sekarang justru sebaliknya. Soojung merasa ekspresinya sedikit lucu dan menggemaskan.
“Jadi, apa Jongin sudah berhasil membuahimu dengan spermanya?”
“Noona!” seru Jongin tidak terima. Kakaknya benar-benar sudah keterlaluan. Pertanyaannya terlalu vulgar. Jongin dapat melihat rona kemerahan tercetak halus di kedua tulang pipi Soojung. Gadis itu pasti merasa terganggu dengan pertanyaan kakaknya.
“Kau belum mengenalnya, tetapi sudah berani menanyakan hal yang vulgar begitu?” Jongin mendengus dengan kesal.
“Ah, benar kita belum berkenalan,” bukannya menanggapi ocehan Jongin, sang kakak malah menyadari sesuatu yang luput olehnya semenjak tadi. “Kenalkan, aku Kim Hyeyeon. Kakak bocah hitam ini,” kata Hyeyeon sambil mengulurkan tangannya.
Ragu-ragu Soojung menyambut uluran tangan Hyeyeon. Menjabatnya erat sembari menyebutkan nama, “Jung Soojung.”
Hyeyeon tersenyum ramah pada Soojung. “Jadi, apakah kau sudah mengandung anak Jongin?”
Jongin menepuk dahinya, frustasi. Bukan ini yang dia maksud. Jongin hanya ingin Hyeyeon tidak sembarangan bertanya kepada Soojung. Bukan malah berkenalan dan kembali menanyakan hal yang serupa. Meskipun pertanyaan yang kali ini lebih wajar, tetap saja itu akan mengganggu Soojung. Jongin benar-benar tidak habis pikir, mengapa dia mempunyai kakak seajaib Hyeyeon.
“Noona, kau benar-benar ….”
“Bukan begitu, eonnie,” Soojung menyela sebelum Jongin kembali mengajukan pembelaannya. “Jongin dan diriku tidak melakukan apapun semalam. Kami hanya tidur sambil berpelukan. Itu saja,” Soojung mencoba memberi pengertian kepada Hyeyeon.
“Dengar sendiri, bukan?” Jongin merasa di atas angin. Jika Hyeyeon tidak mempercayainya, maka dia harus mempercayai Soojung. Dengan begini kemenangan dalam perdebatan mereka akan diraih oleh Jongin.
“Lagipula, kau melihat sendiri jika kami masih berpakaian utuh. Jika kami sudah melakukan hal senonoh yang seperti otak mesumu pikirkan itu, maka kami tidak akan mengenakan sehelai benangpun untuk menutupi tubuh polos kami. Bahkan kau akan menemukan pakaian yang tidak berbentuk lagi bekas koyakanku, noona.”
Soojung melotot horror ke arah Jongin. Pemuda itu lebih memperburuk suasana. Apa yang dikatakan Jongin justru mungkin akan lebih membuka jalan bagi pikiran Hyeyeon yang imajinatif.
“Ahh, benar. Kau tidak akan melakukan sesopan ini dengan tidak menanggalkan pakaian gadismu,” di luar dugaan Hyeyeon justru membenarkan perkataan adiknya. Membuat Soojung sedikit terperangah. Apalagi saat kedua kakak beradik itu melakukan high five seakan sepakat dengan pemikiran masing-masing. Oh, Soojung benar-benar tidak memahami kekonyolan yang dibuat oleh kekasih dan kakak dari kekasihnya.
“Tapi, untuk apa Soojung menginap di sini?” tanya Hyeyeon penasaran.
Seketika Soojung dan Jongin saling beradu pandang. Memberikan kode melalui tatapan mereka. Mereka jelas bingung harus menjelaskan mulai dari mana. Apalagi alasan utama mengenai Soojung yang diungsikan ke apartemen Jongin. Apa harus Jongin mengatakan jika Soojung dibawa lari olehnya dari acara pertunangannya dengan Oh Sehun?
“Kalian mencurigakan,” gumam Hyeyeon kembali dengan mata memicing penuh selidik. “Kau tidak membawa lari anak orang, kan Kim Jongin?”
Jongin menelan ludahnya susah payah. Sebenarnya jawaban Hyeyeon tidak tepat benar. Tetapi, bisa dibilang begitu juga. Jongin membawa Soojung pergi tanpa izin dari kedua orang tua gadis itu. Jadi, apa namanya kalau bukan membawa lari anak orang?
“Kemarin terlalu larut untuk pulang,” Soojung segera memberi jawaban sebelum Hyeyeon curiga semakin jauh. “Maka dari itu, Jongin menawarkan untuk menginap di sini,” tambahnya lagi.
Kening Hyeyeon mengerut. Tanda bahwa dirinya tengah memikirkan penjelasan Sojung. Banyak poin yang mencurigakan bagi Hyeyeon. Tetapi, biarlah. Toh, Soojung yang mengatakan semua itu. Dan dari tampangnya, Soojung itu gadis yang lugu. Perkataannya jauh lebih terpercaya daripada Jongin. Jadi, Hyeyeon percaya saja.
“Ya, sudahlah. Tidak usah kita membahas ini lagi,” kata Hyeyeon menyerah dengan segala bentuk kecurigaannya. “Ngomong-ngomong kalian tidak sekolah?”
Kembali Soojung dan Jongin beradu pandang. Ah iya, mereka melupakan soal sekolah. Sial, jika begini maka Sehun akan menemukan Soojung dengan mudah. Tetapi, tidak mungkin juga membolos. Ada Hyeyeon di sini. Dan mereka harus berupaya agar kakak dari Kim Jongin itu tidak lagi curiga.
O0O
Sehun sebenarnya tidak berkeinginan untuk berangkat ke sekolah pagi ini. Perasaannya masih kacau karena kejadian kemarin. Hari yang seharusnya merekam momen kebahagian pertunangannya dengan Soojung, terpaksa berakhir. Berakhir dengan Sehun yang ditinggalkan oleh sang calon tunangan. Sehun tersenyum samar. Mencela dirinya sendiri. Miris. Kehidupannya benar-benar seperti roda yang berputar. Dan kini Sehun berada dalam kondisi terbawah dan merasa kesulitan untuk mencapai puncak kembali.
Bisa dibilang harapannya musnah. Karena sumber kehidupannya saja lari dari Sehun.
“Oh Sehun!”
Suara panggilan Baekhyun menghentikan langkah pemuda berkulit putih itu. Selain Baekhyun, sudah ada beberapa rekannya yang lain kecuali Luhan dan Jongin. Untuk Luhan, pemuda itu sedang menjalani hukuman dari sang kakek, hingga tidak berangkat ke sekolah. Sedangkan Jongin, entah ke mana. Sehun sendiri juga tidak tahu. Mungkin memang benar jika Soojung bersama Jongin sekarang ini.
“Kau masih sanggup berangkat ke sekolah setelah ditinggal di acara pertunanganmu, huh?” sindiran Baekhyun kembali menguak luka hati Sehun. Rasanya perih.
“Yak, Byunbaek. Jangan bicara sembarangan,” Junmyeon mengingatkan. Terlebih setelah melihat raut terluka yang kembali Sehun tunjukkan. Junmyeon merasa iba. Tetapi, dia juga tidak mampu menyalahkan Soojung. Jika diusut, Soojung sudah memiliki tambatan hati lain, dan itu adalah Kim Jongin. Meski Jongin ketahuan mempermainkan Soojung, tetapi Sehun juga terlibat. Jadi, wajar saja jika Soojung lari karena tidak mau menerima pertunangan mereka.
“Ah, tapi ngomong-ngomong, memangnya kau tidak penasaran ke mana Soojung pergi?” tanya Baekhyun lagi seolah mengabaikan peringatan Junmyeon barusan.
Sehun mendengus kesal. Sebenarnya dia malas ditanyai menganai kaburnya Jung Soojung di acara pertunangan mereka. Tetapi, sedikit berbagi rasanya tidak apa juga. Anggap saja untuk mengurangi beban yang menggunung. “Aku penasaran tentu saja. Tapi, aku sudah tahu siapa dalang di balik ini semua.”
“Siapa?” tanya teman-temannya bersamaan. Mereka tentu penasaran. Apalagi melihat Sehun penuh percaya diri mengungkapkan bahwa dia sudah mengetahui dalang semua kejadian ini.
“Xi Luhan.”
Jawaban Sehun sukses membuat mereka semua terperangah. Nama Luhan tidak ada di dalam list tersangka pelarian Jung Soojung dari acara pertunangannya. Mereka lebih menduga bahwa Jongin yang akan dicurigai untuk pertama kali. Mengapa sekarang malah jadi Luhan?
“Bukan Jongin, tetapi Luhan?” Kris mengumam tidak mengerti. “Jangan asal tuduh, Sehun,” katanya lagi.
Sehun memutar bola matanya malas. “Memang Luhan yang berada di balik semua inseden kemarin. Walau mungkin Jongin juga ikut terlibat,” terang Sehun. Mendengar nama Jongin disebut mengingatkan Sehun akan satu hal. Itu yang harus dilakukannya. Daripada terus memaksa Luhan memberitahu di mana Soojung, alangkah lebih baik jika Sehun langsung saja mencari Jongin.
“Sedang membicarakanku?”
Sehun dan kesembilan temannya yang lain menoleh. Bola mata mereka melebar ketika mendapati Jongin yang menyeringai tanpa beban. Yang membuat mereka semakin terperangah adalah menyadari bahwa ada seseorang di sisi Jongin. Gadis bersurai hitam panjang dengan kepala tertunduk. Jemarinya terkait erat dengan jemari Jongin. Dan semua itu tak luput dari pandangan semua orang.
Jongin menarik Soojung untuk berjalan mengikutinya. Mendekat ke arah Sehun yang sudah menatapnya penuh kebencian dan kemarahan. Terlebih saat Jongin menggenggam erat telapak tangan Soojung. Sehun rasanya ingin meninju wajah menyebalkan Jongin dan menarik gadisnya kembali ke dalam pelukannya.
“Hai, Oh Sehun. Mencari tunanganmu?”
Soojung sedikit menarik blazer seragam yang Jongin kenakan. Ini tidak sesuai dengan perjanjian mereka tadi. Jongin bilang bahwa dia akan mencari cara untuk tidak mempertemukan Soojung dan Sehun. Tetapi, yang dilakukan Jongin justru sebaliknya. Dia dengan berani memperlihatkan diri di hadapan Sehun dan seolah menyatakan bahwa memang benar jika Soojung bersama dengannya.
Dan bagi rekan-rekan Jongin, tindakan pemuda berkulit tan itu dapat dikatakan sedikit gila dan kurang waras. Jika mereka menjadi Jongin, maka tidak akan membiarkan Sehun menemukan mereka. Mereka akan membawa Soojung kabur ke tempat di mana terbebas dari jangkauan Sehun. Bukannya seperti Jongin. Kalau begini, namanya Jongin denga sengaja menjatuhkan diri ke mulut singa.
“Berani sekali kau muncul di hadapanku,” sindir Sehun sembari tetap mengontrol emosinya. Ini sekolah, dia harus bersikap elegan dan melakukan semua tindakan dengan kepala dingin. Bisa saja Sehun menghajar Jongin saat ini. Tetapi, Sehun memikirkan banyak resiko. Menurutnya masalahnya kali ini tidak hanya mampu diselesaikan dengan otot, melainkan dengan otak yang cerdik walau sedikit licik.
“Aku hanya tidak mau dianggap pecundang,” balas Jongin. “Jadi, aku akan meminta Soojung baik-baik kepadamu,” lanjutnya lagi.
Sehun ingin tertawa mendengar penuturan Jongin. Meminta Soojung baik-baik? Yang benar saja? Memangnya Sehun mau menyerahkan Soojung kepada Jongin begitu saja. Tidak akan dan tidak mungkin. Langkahi dulu mayat Sehun jika Jongin menginginkan Soojung-nya.
“Mungkin aku bersalah karena telah membawa tunanganmu lari. Mengambilnya dan merebutnya darimu,” kata Jongin memulai pembelaan atas perbuatannya. “Tetapi, kau harus ingat jika sebelum ini kau yang menyerahkan Soojung kepadaku. Dan ketika aku benar-benar menahannya untuk tetap di sisiku, kau malah memintanya kembali.”
“Aku tidak bisa melakukannya, Sehun. Soojung bukanlah barang yang bisa diserahkan dan diminta seenaknya. dia adalah gadis yang kucintai. Dan dia juga mencintaiku. Jika kau memang mencintainya, maka lepaskan Soojung. Biarkan Soojung bahagia bersamaku,” Jongin menghela napas lega setelah mampu mengungkapkan semuanya.
Soojung memandangi Jongin dengan kedua lensa yang berkaca-kaca. Dia sama sekali tidak menyangka jika semua itu mampu terucap dari bibir Jongin. Mungkin Jongin pernah berniat melukai hati Soojung dulu. Tetapi sekarang, Soojung yakin pada perasaan Jongin. Terlebih setelah mendengar perkataannya barusan. Tingkat kepercayaan Soojung semakin berlipat ganda. Tidak salah jika dirinya lebih memilih Jongin ketimbang Sehun yang terkesan labil.
Sehun sendiri menatap Jongin sengit. Tangannya terkepal kuat. Ingin Sehun membantah atau sekedar membalas apa yang Jongin katakan. Tetapi percuma. Dia tahu jika dia tidak akan menang dengan cara berdebat. Apalagi mengingat jika Soojung tidak lagi berada di pihaknya. Dan jika ingin mendapatkan dukungan dari pihak lain, Sehun harus mencari yang lebih kuat lagi. Tentu saja Sehun sudah memikirkan itu semua.
“Terserah kau mau mengatakan apa dan meminta Soojung dariku dengan cara apapun. Aku tetap tidak akan melepaskan Soojung,” kata Sehun. Masa bodoh dengan pandangan orang yang berpikir bahwa dia terlalu ambisius, nekat, dan ngotot. Sehun hanya sedang berusaha mempertahankan apa yang seharusnya menjadi miliknya. Itu saja.
Sehun berjalan mendekat. Berbisik di dekat telinga Jongin, “Aku akan membuatmu melepaskan tangan Soojung. Lihat saja nanti,” katanya sambil berlalu pergi. Namun, baru beberapa langkah berjalan, Sehun berhenti. Berbalik dan menatap punggung Soojung dengan senyum piciknya. “Kasihan sekali Luhan. Kau bersenang-senang dengan Jongin dan dia yang menerima hukumannya. Bukankah temanmu itu bodoh, Jung Soojung?”
Soojung terhenyak saat mendengar nama Luhan disebut. Tangannya semakin erat menggenggam milik Jongin. Rasa kekhawatiran akan kondisi Luhan membuat Soojung tidak mampu berpikir jernih. Dia tahu dengan jelas bagaimana keluarga besar Oh memperlakukan Luhan. Luhan tidak pernah dianggap sebagai bagian dari keluarga mereka. Hanya kedua orang tua Sehun saja yang menerima.
“Jongin, bisakah kita harus menghubungi Luhan. Aku khawatir kepadanya,” gumam Soojung pelan.
Jongin mengangguk setuju. Dia juga mengkhawatirkan sahabatnya itu. Biar bagaimanapun Soojung dan dirinya bisa sejauh ini berkat bantuan Luhan. Jongin tentu harus membalas kebaikan pemuda itu.
Di sisi lain kesembilan teman Jongin menatap mereka penuh tanya. Banyak hal yang tidak mereka ketahui. Tetapi, mencoba meminta penjelasan pun percuma. Jadi, mereka lebih memilih diam dan tidak ikut campur. Masalah antara Jongin-Soojung-Sehun terlalu pelik. Bisa semakin kacau kalau mereka ikut campur.
O0O
Luhan segera merebahkan diri di ranjang setelah sekian lama dikurung di ruang hukuman. Baru semalam, tetapi rasanya begitu menyiksa. Tubuhnya terasa sakit semua karena Luhan harus mendekam dalam ruangan sempit dan gelap itu. Syukurlah Luhan dapat segera terbebas dari sana. Semua berkat bantuan ayah Sehun, pamannya.
Luhan baru saja hendak memejamkan mata untuk beristirahat saat ponselnya berdering. Membuat mau tak mau Luhan terpaksa mengangkatnya. “Yah, Xi Luhan di sini,” gumamnya sedikit malas.
“Luhan?”
Luhan terkesiap saat mendengar suara lembut mengalun dari seberang teleponnya. Itu suara Soojung. Luhan hapal sekali.
“Kau baik-baik saja? Apakah kakekmu berlaku kasar lagi? Apakah…”
Suara Soojung tertahan. Luhan dapat merasakan serak dalam suaranya tadi. Soojung sepertinya sekuat tenaga menahan isakan akibat terlalu mengkhawatirkan dirinya. “Aku baik-baik saja, Soojung. Sungguh.”
“Tapi, Sehun bilang kalau ….”
“Sehun?” Luhan mengernyit. “Bagaimana bisa kau bertemu Sehun?” cecarnya ingin tahu.
“Aku dan Jongin bertemu dia di sekolah tadi,” ungkap Soojung. “Dia bilang kau dihukum. Aku khawatir, maka langsung meneleponmu.”
Luhan mendengus frustasi. Dia sudah berupaya memberi jalan Jongin untuk membawa Soojung lari, eh lelaki itu justru membuang peluangnya. Malah memilih berhadapan dan bertarung dengan Sehun secara langsung.
“Luhan, kau masih di sana?”
Luhan mengangguk, walau dia tahu bahwa Soojung tidak mungkin bisa melihat anggukannya. “Aku baik-baik saja, Soojung. Jangan terlalu mengkhawatirkanku. Kau lebih baik memikirkan cara terbaik untuk lepas dari Sehun. Karena aku yakin dia tidak akan menyerah semudah itu,” kata Luhan menasehati.
Soojung bergumam lirih, membenarkan perkataan Luhan. “Terima kasih, Luhan. Terima kasih untuk semuanya.” Luhan tersenyum mendengar penuturan Soojung. “Dan terima kasih karena telah menyukaiku. Maaf karena aku tidak pernah mampu membalas perasaanmu kepadaku,” kata Soojung sebelum menutup teleponnya.
Luhan tersenyum lebar dengan ponsel yang masih ditempatkan di daun telinga. “Sama-sama, Soojung. Asal kau bahagia. Semua akan baik-baik saja untukku,” gumamnya dengan lirih, meski tahu bahwa Soojung tidak mendengar suaranya lagi.
O0O
“Soojung, makanlah. Jangan melamun terus,” perintah Jongin sambil terus menyodorkan jatah makan siang Soojung. Tetapi, gadis itu tidak bergeming. Jongin tentu tahu apa yang sedang dipikirkan Soojung. Xi Luhan, siapa lagi?
“Jangan terus mengkhawatirkan Luhan. Dia sudah mengatakan bahwa baik-baik saja, bukan?”
Soojung mengangguk. Jongin benar, Luhan memang mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Tetapi, Soojung tetap saja merasa khawatir. Dia jelas tahu bagaimana posisi Luhan dalam keluarga Oh. Dan menurut Soojung pemuda bermata rusa itu tidak akan baik-baik saja terlebih sudah kedapatan telah menghancurkan acara pertunangan pewaris utama keluarga Oh –Oh Sehun.
“Jangan terlalu mengkhawatirkannya. Aku cemburu, asal kau tahu,” ujar Jongin sambil mengerucutkan bibirnya. Membuat Soojung tersenyum gemas karenanya.
“Kau menggemaskan sekali ketika cemburu, Jong,” kata gadis itu sambil mencubit sebelah pipi Jongin. “Sepertinya aku harus memuatmu cemburu lebih sering,” katanya lagi.
“Awas kalau kau berani,” ancam Jongin sambil mendengus kesal. Menimbulkan kekehan kecil dari bibir manis Soojung. Diam-diam Jongin lega, paling tidak dia berhasil membuat Soojung tersenyum lagi.
.
.
.
.
“Jung Soojung!”
Soojung dan Jongin terkesiap saat mendengar lengkingan suara di belakang tubuh mereka. Ketika berbalik mereka menangkap seoarang lelaki paruh baya menatap Soojung dengan emosi yang meletup-letup.
“Appa,” gumam Soojung dengan napas tercekat.
Plak.
“Appa!” seru Soojung tertahan saat ayahnya menampar pipi sang kekasih –Kim Jongin.
“Jadi, kau bocah kurangajar yang membawa lari putriku?”
Jongin menunduk dalam, tidak berani menatap ayah Soojung. Karena biar bagaimanapun Jongin tetap bersalah. Dia sudah membawa pergi Soojung tanpa izin. Wajar jika sang ayah mengamuk kepadanya.
“Kuingatkan padamu, jangan dekati putriku lagi!” ancam ayah Soojung dengan tegas. “Aku tidak akan membiarkan putriku bersama dengan lelaki tidak bertanggungjawab seperti dirimu!” katanya lagi sebelum menarik Soojung pergi dari sana.
Jongin menatap nanar sosok Soojung yang dibawa pergi menjauh darinya. Ingin Jongin berlari dan menarik Soojung kembali ke sisinya. Tetapi, Jongin tidak mampu melakukannya. Bukan karena Jongin pengecut, dia hanya menghormati tuan Jung selaku ayah Soojung.
Jongin menghela napas berat. Kelihatannya dia harus mengumpulkan keberanian lebih banyak kali ini. Karena dia harus meminta Soojung langsung kepada ayah gadis itu.
.
.
.
TBC
Okay, chapter 30…. Sepanjang ini…. Padahal niat dibikin pendek…. Hehehe… sudahlah, abaikan. Baiklah sekedar info, kalau cerita side story-nya juga udah dibuat… Luhan-Soojung-Sehun masa lampau. Singkat, dan tidak ada sequel.. maaf… bisa kalian baca di sini. Terima kasih sudah membaca… ^^