Souhaiter
by awackywallflower
and got a beautiful poster from Fazrien Razali @ IndoFanfictionsArt
Casts: Byun Baekhyun, Kim Jongin, OC(s)
Genre: Fantasy, Friendship, Romance, a little bit Comedy (I try.)
Previous: Prolog | New Neighbour |
I’m your shooting star and I’m here to make your wish come true
Claire tidak bisa tidur, padahal di dinding jarum jam sudah berputar melebihi tengah malam.
Claire bangkit dari tidurnya lalu menggerakan tungkainya menuju balkon. Seketika udara dingin menerpa, namun Claire suka. Daripada dingin, Claire lebih merasa segar saat udara dini hari menerpa. Ada kesan menggelitik kala udara itu menyentuh permukaan kulitnya.
Tubuh Claire merosot bersandar pada pintu kaca di belakangnya. Kepalanya menengadah menatap langit yang bertabur bintang. Claire melihat ada satu titik yang berkerlap-kerlip sedari tadi. Membuatnya menorehkan seulas senyum di wajahnya.
Tiba-tiba ponsel yang ada di sakunya bergetar. Sebuah panggilan didapatnya. Claire mengangkat panggilan tersebut tanpa harus melihat nama si penelepon pada layar ponselnya. Ia sudah tahu siapakah orang tersebut.
“Berhenti berkedip-kedip ke arahku seperti itu, Jongin. Dasar genit!” Ucapnya langsung tanpa sapaan terlebih dahulu.
Gelak tawa singkat terdengar di seberang. “Apa yang terjadi?”
Claire diam sejemang dan berakhir tidak menjawab. Ia malah melemparkan pertanyaan lain kepada Jongin. “Bagaimana kau menyelesaikan misi keseratusmu dulu?”
Yang diberi pertanyaan pun tak langsung menjawab. Ia membiarkan Claire mendengarkan sunyinya dalam beberapa saat. “Aku sudah agak-agak lupa.”
Claire mencibir. “Dasar pembohong. Mana mungkin seorang komandan bisa lupa misi-misi dalam hidupnya.”
Jongin hanya tertawa. “Apa permintaanmu setelah berhasil dengan misi keseratusmu, Jongin?” Claire memberendel pertanyaan lagi.
“Ra-ha-sia!” Goda Jongin dari seberang, membuat Claire mendengus ketus.
“Dasar komandan menyebalkan! Kau sama sekali belum menjawab tanyaku sejak tadi. Kau pasti takut aku akan menggantikan posisimu ya pasti?”
“Sayangnya kau tidak minat, bukan?”
“Sama sekali tidak.”
“Kenapa?”
Dengusan lolos lagi dari bibirnya, yang kali ini lebih lemah dan terdengar pasrah. “Kau bahkan sudah tahu jawabannya, Jongin. Bagaimana kau bisa tahu tentang segalaku tanpa membiarkanku tahu semuamu? Selain pembohong kau juga curang. Bagaimana bisa ketua dewan memilihmu sebagai komandan?!”
“Aku tidak akan lengah, Claire. Kau tahu aku tidak akan memberitahumu.” Canda Jongin yang berhasil membuat Claire terkekeh.
“Bagaimana harimu?” Tanya Jongin ketika suara kekehan Claire perlahan memudar.
“Tidak terlalu bagus,” jawabnya cepat, “Menurutmu memang mungkin seseorang tidak mempunyai keinginan? Well, Baekhyun punya sih hanya saja keinginannya di luar batas kemampuan seorang bintang jatuh.”
“Manusia yang keseratus yang aku tangani bahkan sama sekali tidak memiliki keinginan dalam hidupnya.”
Kedua mata Claire membulat. “Yang benar?! Lalu bagaimana bisa kau bisa menyelesaikan misi keseratusmu dalam waktu super singkat hingga ketua dewan langsung memilihmu menjadi komandan kelompok seperti itu?!”
Claire benar-benar terkejut mendengar pernyataan Jongin barusan, bukan hanya karena ingin Jongin memberitahu trik rahasinya.
Jongin adalah salah satu bintang paling cemerlang di angkasa, ia adalah komandan paling muda di seluruh jagad raya, dipilih langsung oleh ketua dewan karena menyelesaikan misi keseratusnya dalam waktu yang paling singkat yang pernah ada tapi Claire baru tahu kalau manusia yang dihadapi Jongin selama ini tidak lebih baik dari Baekhyun.
“Aku tetap tidak bisa memberitahumu bagaimana caranya …,” Jongin diam selama beberapa detik, “tapi selama kau masih memiliki harapan itu sendiri, bagaimana pun caranya kau pasti akan mencari jalan keluar untuk itu semua.”
Claire tak membuka suara. Ia merenungkan perkataan Jongin dan tiba-tiba sebuah tanya terbersit dalam pikirnya. “Tunggu, tunggu, Jongin. Kau kan sudah menjalankan misi keseratusmu, seharusnya kau berhak mewujudkan keinginanmu kan. Tapi tentu menjadi komandan kelompok bukanlah keinginanmu, karena kau dipilih langsung oleh dewan. Lalu, apa yang menjadi inginmu?”
“Itu ra-ha-sia.” Lagi-lagi Jongin membuat Claire kesal dengan omongannya dan nada suara yang menggoda Claire untuk memukul Jongin.
Claire mendengus. “Kalau begitu aku ganti pertanyaannya,” ujarnya, “apakah keinginanmu itu benar-benar terkabul?”
Jongin tersenyum dari seberang. Tentu Claire tidak bisa melihatnya pun menyadarinya. Claire bukanlah orang yang sepeka itu untuk bisa menebak ekspresi wajah seseorang, Jongin tahu. Hanya saja bibirnya bergerak sendiri untuk membentuk sebuah lengkungan indah tanpa paksaan. “Sejauh ini, ya. Keinginanku itu dikabulkan.”
Claire hendak membuka suara hanya saja maniknya lebih dulu menangkap lampu kamar yang berada di seberang balkon menyala disusul dengan keluarnya sosok pria dengan segala alat lukisnya; Baekhyun. “Jongin sudah dulu ya! Aku harus kembali bertugas.” Dengan suara berbisik Claire berpamitan.
“Ah, baiklah. All the best for my Claire. Bye.”
Manik Claire memang tak lepas dari Baekhyun yang tengah menyiapkan kanvas dan kuas-kuasnya hanya saja otot-otot di sudut bibirnya tidak bisa bohong bahwa ada rasa nyaman tersendiri yang ia rasakan setiap kali Jongin berlaku layaknya seorang gentleman.
“Thank you, Jonginie. You too.”
Tut. Sambungan terputus. Claire menyempatkan melambai ke sebuah titik yang berkerlip namun kini tengah menghilang; Jongin. Dan mengembalikan fokus setelahnya kepada Baekhyun.
“Mimpimu buruk ya sampai membuatmu melambai-lambai ke langit seperti orang gila?”
Claire terlonjak, hampir berteriak ketika suara Baekhyun menyapa. Claire berdecak. “Ya Tuhan, kau mengagetkanku Byun!” Protesnya, “siapa yang gila? Aku hanya sedang memberi salam perpisahan kepada temanku.”
Baekhyun tersenyum timpang. “Memang temanmu akan pergi kemana? Jatuh ke bumi untuk mengabulkan permintaan sepertimu? Menggelikan.”
Claire sudah siap melancarkan seribu umpatannya namun tertahan ketika menangkap Baekhyun yang tengah serius dengan kanvas di hadapannya. Tangannya menari di atas kanvas, menorehkan warna hitam. Membuat sebuah garis, lengkungan, titik dan coretan-coretan lainnya yang menghiasi. Pandangan Claire turun menuju palet yang berada di tangan kanan Baekhyun. Kedua alisnya mengerut mendekat. Bukan karena mengetahui Baekhyun melukis dengan tangan kiri, hal itu sih Claire sudah tahu (ada dalam berkas informasi Baekhyun) tapi mengetahui hanya warna hitam dan putih yang berada di paletnya yang membuatnya mengerutkan dahi.
“Kau hanya melukis dengan warna hitam dan putih? Kau bisa melukis apa hanya dengan dua warna itu?”
“Bukan urusanmu.” Jawabnya dengan netra yang masih fokus dengan kanvas di hadapannya.
Claire berdecak. “Menyebalkan,” batinnya. Kepalanya ia letakkan di atas tangan yang sudah lebih dulu terlipat pada pembatas balkon, masih memandangi Baekhyun yang sudah tenggelam ke dalam kanvasnya sendiri.
“Kau yakin tak memiliki keinginan selain yang kau sebutkan kemarin ya?” Claire membuka suara setelah hanya diam memandangi Baekhyun yang sudah setengah jalan dengan lukisannya.
Baekhyun menghentikan jemarinya. Mencelupkan kuas pada air yang ia tempatkan pada tabung kaca yang terlihat bak toples bagi Claire. Kepalanya memutar ke arah Claire. “Jika kau memang bintang, coba beritahu aku ada berapa warna bintang? Apakah mereka semua, termasuk kau, bewarna putih?”
Kedua alis Claire mengerut. Ia pun mengubah posisinya menjadi menopang dagu dengan satu tangannya di atas pembatas balkon. “Apa sih maksud pertanyaanmu dengan warna bintang? Aura? Sama halnya manusia, warna aura kami bermacam-macam. Kami terlihat bercahaya putih seperti itu hanya karena jarak kami yang sangaaaaaat jauh, padahal sebenarnya jika saatnya kami jatuh, kami berwarna-warni.”
“Kalau begitu bisakah kau mengubah semua auranya menjadi putih saja?”
“Kau gila?! Sudah kubilang aku ini bukan Tuhan. Permintaan seperti itu jelas-jelas mustahil.”
Baekhyun mengedikkan kedua bahunya. “Kalau begitu bersiaplah menghilang dari semesta karena aku tidak memiliki stok permintaan lagi setelah tiga yang telah kusebutkan.”
“Sungguh lelaki kejam.” Desis Claire membuatnya mendapatkan tatapan tajam Baekhyun. Claire terhenyak seketika, namun memutuskan untuk tidak gentar sehingga ia membalas tatapan itu, tidak sama tajam namun setidaknya bisa menunjukkan kalau ia bukan seorang penakut. “K-kau itu aneh, kenapa kau ingin mengubah aura kami?”
“Karena aku ingin membuat seseorang bahagia.”
“Pasti Casey, kekasihmu itu ya? Dia suka warna putih?”
Claire mendapati tatapan Baekhyun yang berubah sendu namun aura menyebalkan masih belum hilang dari rautnya. “Kalau saja ia mempunyai pilihan yang lebih dari hitam dan putih.”
Ucapan Baekhyun lebih terdengar seperti gumaman terhadap dirinya sendiri meskipun begitu Claire masih dapat mendengarnya. “Memang ada apa dengan warna lainnya? Kau jangan sok misterius dong, Byun.”
Baekhyun menatap langit, mulutnya menghela nafas panjang kemudian kembali menatap Claire. “Monochromatic.”
Dagu Claire mengerut. “Mono… what?”
“Monochromatic. Casey mengidam monochromatic. Ia tidak bisa melihat warna selain warna hitam dan putih.”
“Dia hanya bisa melihat benda-benda berwarna hitam dan putih, begitu?”
Baekhyun menggeleng. “Warna apapun yang ia lihat hanya akan menjadi warna hitam dan putih persis seperti sebelum teve berwarna ditemukan.”
“I’m sorry to hear that, Byun.”
“Tch,” Baekhyun berdecak dengan mengacak rambutnya yang sudah berantakan dari sebelumnya, “aku terlalu banyak bicara,” gumamnya.
“Anggap saja kau tidak mendengar apapun soal Casey dariku.” Ancam Baekhyun kepada Claire.
Claire mencebik. Ia kesal dengan bagaimana seorang manusia bisa berubah sifat dalam satuan detik. Barusan Claire rasanya ingin menghibur Baekhyun tapi kali ini hasrat ingin memukulnya muncul kembali. “Kau manusia paling membingungkan yang pernah kutemui. Bagaimana bisa seorang manusia tidak memiliki sebuah keinginan? Menceritakan sesuatu kemudian mengancamku untuk tidak mempedulikannya padahal bukan mauku kau menceritakan hal itu.”
“Wow, begitukah caramu berbicara dengan seseorang yang menjadi penentu hidup dan matimu?”
Claire melipat kedua tangannya di depan dada. “Aku sudah rela hilang dari semesta daripada menjadi hidup tapi tak bernyawa sepertimu. Sama sekali tidak memiliki harapan itu tidak bisa dikatakan hidup, Byun.”
“Memang apa harapanmu?” Tanya Baekhyun telak.
“Bukan urusanmu.” Kini Claire yang berubah ketus. “Lagian kenapa kau tidak meminta kepadaku untuk menyembuhkan Casey saja sih? Bukannya dia kekasihmu. Memang kau tidak mencintainya?”
Kedua alis Baekhyun seketika terangkat. “Memang yang seperti itu bisa?”
Claire mendesah. “Kau tidak mendengarkan penjelasanku tempo hari ya? Aku hanya tidak bisa menghidupkan orang mati, kembali ke masa lalu atau ke masa depan, menggandakan permintaan dan mencelakai orang. Itu saja.”
“Jadi kau bisa menyembuhkan sakit Casey?”
“Memang kau mendengar larangan bahwa aku dilarang menyembuhkan orang sakit?” Jawab Claire dengan sarkastis. “Jadi bagaimana?”
“Aku mau.”
“Mau apa?” Tanya Claire bernada ketus.
“Mau kau menyembuhkan Casey.”
Claire tersenyum timpang. “Give me the magic word.”
Baekhyun sontak membuat kedua alisnya merapat. “Magic word apa? Mana aku tahu hal seperti itu.”
Claire memutar bola matanya. “Tolong, duh. Memang kau tidak pernah diberitahu untuk mengucapkan kata tolong jika meminta bantuan kepada seseorang?”
“Memang jika aku mengucapkannya permintaanku bisa langsung terkabul?”
“Tentu saja tidak,” Claire tertawa, “aku hanya mencoba mengajarimu tentang bagaimana cara meminta yang baik. So, the magic word?”
Baekhyun tahu Claire sedang menjadikannya bahan candaan tapi jika mengucapkan kata tolong kepada orang asing yang mengaku dirinya bintang bisa membuat Casey melihat dunia dengan warna yang sebenarnya maka Baekhyun rela. “Tolong,” ucapnya lirih.
Claire tersenyum penuh kemenangan. “Apa Byun? Suaramu tidak terdengar dari sini.”
“Tolong,” suara Baekhyun lebih nyaring dari yang sebelumnya, “tolong sembuhkan Casey.”
Claire mengangguk dengan bibir yang mengukir senyum. “Serahkan saja padaku.”
Ketua telapak tangan Claire mengatup di depan dada, matanya terpejam dan bibirnya merapalkan kata-kata yang Baekhyun yakin adalah sebuah mantra.
“A light shines bright above me and within me. I pray the mother star grance me with a renewal spirit, bringing calming energies to my heart and mind. I heal under your glow, as I unite your fullness of energy and light, deep into my soul. May I shine ever so bright. Blessed be!“
Baekhyun dapat melihat tubuh Claire yang bercahaya tepat setelah Claire menyelesaikan mantranya. Cahaya yang keluar dari tubuh Claire bewarna biru, menyilaukan namun juga menenangkan. Sekonyong-konyong angin berhembus cukup kencang membuat surai-surai Claire berkelebatan. Baekhyun bahkan harus menutup matanya untuk melindungi kedua matanya dari apapun yang bisa saja mencelakainya. Dan ketika angin berubah sepoi-sepoi Baekhyun telah mendapati Claire yang melayang beberapa senti dari lantai. Angin masih mengibarkan piyama dan rambut sebahunya. Baekhyun menunggu dengan harap-harap cemas. Jantungnya berdetak cepat dan seketika terlonjak kaget ketika Claire tiba-tiba terjatuh bersamaan dengan perginya angin dan cahaya biru yang menyilaukan dari tubuh Claire.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya Baekhyun khawatir. Pasalnya suara Claire yang terjatuh cukup keras dan sepertinya cukup menyakitkan.
Claire bangkit dengan meraih pembatas balkon. Membuat raut yang tidak bisa diartikan oleh Baekhyun, jadi ia memutuskan untuk langsung bertanya. “Ada apa?”
“Maaf, Byun. Sepertinya aku tidak bisa mengabulkan pintamu lagi.” Ada rasa bersalah yang juga meluncur bersamaan dengan permintaan maaf Claire.
Baekhyun bergeming. Claire menatap Baekhyun. “Aku yakin aku tidak salah mengucapkan mantra. Aku sudah melakukannya selama 99 kali dan aku bahkan telah menyembuhkan 30 orang selama ini tapi bagaimana mantranya bisa tidak bekerja?”
“Kau yakin kau tak salah mengucapkan intonasinya?”
Claire diam. Ia tidak menggubris tanya Baekhyun, pikirannya sibuk dengan seribu satu tanya ‘bagaimana bisa’. Ketika Claire tengah sibuk dengan kekalutannya ponselnya berbunyi. Buru-buru Claire menyapa ketika nama Kim Jongin tertera pada layar ponsel.
“Bagaimana bisa mantranya tidak bekerja, Jongin?!”
Baekhyun memilih diam menyimak Claire yang tengah menelepon dari seberang. Baekhyun dapat menangkap kekalutan yang merasuki Claire.
“Claire tenangkan dirimu. Okay?” Ucap Jongin ketika mendengar suara Claire yang setengah bergetar, “bukan masalah besar. Kau hanya perlu permintaan lain dari Baekhyun. Okay?”
“Tapi bagaimana bisa mantrannya gagal? Selama ini aku tidak pernah mengalaminya, Jongin!” Tapi bukan Claire jika tidak mendesak Jongin untuk memberinya jawaban atas segala tanya yang merasuki pikirannya.
Jongin menghela nafas sejemang. “Kau tidak bisa mengabulkan permintaan Baekhyun karena sakit yang diderita Casey saat ini adalah permintaannya kepada bintang jatuhnya dulu.”
“Casey meminta agar ia menderita monochromatic?!”
Baekhyun langsung mencondongkan tubuhnya ketika nama Casey disebut. “Ada apa?!”
Claire masih tidak mempedulikan Baekhyun yang sudah penasaran setengah mati jika menyangkut Casey.
“Tidak secara langsung. Intinya ia mengidam monochromatic agar permintaannya terkabul. Seperti itu.”
“Tapi bukankah seorang bintang jatuh tidak boleh mencelakai orang?”
“Orang lain tapi terhadap dirinya sendiri? Ia punya kendali penuh, Claire. Membuat pemilikmu sakit untuk mengabulkan permintaannya bukanlah suatu tindakan melanggar hukum,” Claire kehilangan kata bahkan ketika Jongin memutuskan panggilan terlebih dahulu, “aku harus pergi lagi, Claire. Kita sambung kapan-kapan. Take care!”
“Apa yang dikatakan telepon itu?” Tanya Baekhyun yang masih bertahan dengan rasa penasarannya.
Claire memutar pandangan ke arah Baekhyun. “Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu karena Casey telah meminta pada bintang jatuhnya dulu untuk menderita sakit seperti saat ini.”
Seketika kening Baekhyun berkedut-kedut. Beribu anya merasuki benaknya yang bermuara pada anya yang utama, untuk apa Casey melakukannya?
-to be continued ….
Author’s note:
- I’m back again, yo! Yang kali ini lumayan panjang dari yang sebelumnya karena memang udah nggak bisa aku pangkas ringkas lebih pendek dari ini.
- Selalu, komentar kalian selalu aku tunggu. Udah ada beberapa tanya yang ke jawab kan ya dari part-part lalu di part ini?
- Tebak-tebak buah manggis yuk? Kira-kira kenapa Casey minta sakit sama bintang jatuhnya dulu?
- Ada yang mau jadi staff di blog baru temenku? Ada rewardnya nih, kapan lagi kan daftar staff dapet pulsa/stiker line? Go check >> https://fabuleuxciel.wordpress.com/2016/03/25/finding-new-staffs/