Quantcast
Channel: kim-jongin « WordPress.com Tag Feed
Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

Souhaiter: Prolog

$
0
0

Souhaiter

Souhaiter

Presented by awackywallflower

Casts: Byun Baekhyun, Kim Jongin, and OC(s)

Genre: Fantasy, Slice of Life, Friendship, Romance and Comedy


Claire berjalan dengan melompat-lompat kecil menuju Etoile Ministry. Bibirnya tak henti-hentinya bersenandung dari pagi, dengan senyum lebar yang mungkin bisa merobek pipinya.

Hari ini adalah hari pembagian berkas tugas keseratusnya. Permintaan terakhir yang harus ia kabulkan agar ia sah menjadi orang dewasa.

“Tidak sabar untuk jatuh ke bumi, Claire?” tanya komandan kelompoknya dengan mengulum senyum dari balik mejanya.

Ya, jatuh. Kalian tidak salah baca.

Claire adalah sebuah bintang, titik bersinar yang mungkin kalian lihat di malam hari. Turun ke bumi untuk mengabulkan keinginan manusia.

Tentu Claire tidak sendiri. Ia memiliki berjuta-juta teman yang lain, dibentuk menjadi beberapa kelompok yang berbeda. Setiap kelompok mempunyai satu komandan, bertugas menerima berkas dari ketua dewan untuk diberikan kepada para anggotanya juga memastikan bahwa anggotanya melakukan tugas dengan cepat, tepat, aman dan sesuai aturan yang berlaku di Etoile Ministry.

“Sangaaaaat tidak sabar!” Senyum masih bertengger manis di wajahnya. Ia menghempaskan bokongnya pada kursi yang berada di depan komandan kelompoknya. “Jadi, manusia beruntung mana yang kali ini akan aku kabulkan keinginannya?”

Sang komandan tersenyum lalu menjentikkan jarinya. Sebuah sinar keluar dari proyektor, sinarnya menerpa tembok ruangan dan memperlihatkan sebuah foto pria dengan senyum ceria, di sampingnya berjejer biodata dan riwayat hidup pria tersebut.

“Ini sih mudah!” Claire mencolek hidungnya sendiri dengan ujung ibu jarinya; menggampangkan. “Iya kan komandan?”

“Entahlah, Claire.” Senyum itu masih ada hanya rasanya tidak semenenangkan seperti yang sebelumnya. “Bukankah sudah pernah kuberitahu kalau tugas keseratus bukan tugas main-main. Jadi, sebaiknya jangan anggap enteng tugas kali ini.”

“Aku tidak pernah menganggap enteng setiap tugas kok, komandan. Lihat saja track-recordku dalam mengemban tugas, selalu cepat. Bahkan kurang dari seminggu.”

“Tentu aku tahu, Claire.” Sang komandan mengambil sebuah amplop besar yang kemudian ia berikan kepada Claire. “Berisi semua informasi tentangnya.” Komandan menunjuk foto yang masih terpampang di tembok dengan dagunya. “Good luck.

Claire berdiri dengan posisi hormat dan lengan kiri yang menjepit amplop. “Aye aye, sir!” Ujarnya dengan memamerkan gigi-giginya. “Kalau begitu aku pamit dulu ya komandan. Aku perlu membaca semua informasinya sebelum jatuh malam ini.”

Claire bergegas berlari menuju pintu, namun langkahnya tertahan ketika sang komandan menyerukan namanya. “Claire!”

Claire menahan tangannya yang sudah bersiap memutar kenop untuk berbalik menjawab panggilan komandan kelompoknya. “Ya?”

“Aku berharap bisa bertemu denganmu…” Sang komandan terdiam sejemang. “Bulan depan?”

Claire mengukir senyum. “Maksudmu minggu depan?” Claire terkikik. Tapi sang komandan tidak, Claire menyadari itu. “Kau kenapa? Sebegitu inginnya cepat-cepat bertemu denganku ya?”

Your safety is my responsibility, ok?” Sanggah sang komandan terhadap olok-olok Claire. “Berjanjilah kau akan menemuiku sesegera mungkin.”

I promise!” Claire menjawab mantap.

Take care, Claire.”

You too, Jongin.”

*

*

*

Sedangkan malam itu Baekhyun mengendap-endap ke halaman sebuah rumah. Ia berjalan berjinjit ke salah satu sisi rumah. Mengetuk beberapa kali jendela di hadapannya. Ia dapat melihat cahaya melalui ventilasi, menandakan bahwa orang yang berada di dalam kamar itu belum tidur.

Baekhyun mengetuk jendela itu beberapa kali lagi. “Casey!” Panggilnya dengan suara sekecil mungkin.

Beberapa menit kemudian jendela di hadapannya terbuka. Seorang gadis dengan rambut panjang sewarna bulu-bulu burung gagak itu melangkah keluar. “Baek, tolong bawa teleskopku dulu.”

Baekhyun menurut, ia juga membantu gadis yang bernama Casey itu keluar dari kamarnya. “Hati-hati, Cas.”

Casey terkekeh pelan. “Aku bisa sendiri, Baek. Kau jangan menganggapku seperti anak kecil yang keluar jendela saja harus dipegangi.”

“Bahkan aku akan mengenggam tanganmu sampai puncak bukit.”

“Ya, ya, bersikap overprotective lagi tuan Byun?”

“Apa salahnya overprotective dengan kekasih sendiri?” Jawabnya yang ditanggapi dengan tawa keduanya. “Ayo, aku tidak mau kekasihku melewatkan bintang-bintang yang sangat dikaguminya melebihi kagum terhadap kekasihnya sendiri.”

“Hei!” Casey memukul bahu Baekhyun pelan, berharap Baekhyun berhenti menggodanya.

Baekhyun suka menggoda Casey. Ia suka memandangi semburat merah jambu di kedua pipi tirus milik Casey, juga senyum yang merekah yang membuat Casey semakin nampak ayu. Tapi, bagian Baekhyun mengenggam tangan Casey sampai puncak bukit bukan hanya bagian dari godaan. Baekhyun benar-benar mengenggam tangan Casey. Erat. Seakan Casey adalah barang yang paling berharga yang ia miliki di dunia ini.

“Kenapa kau suka melihat bintang? Memangnya aku kurang tampan untuk dipandangi?”

“Baek… ” Ada sejengkal kekesalan pada nada yang dilontarkan Casey.

Baekhyun yang sadar akan hal itu mencoba mendinginkan suasana. Bertengkar dengan kekasihnya pada dini hari bukanlah pilihan yang tepat kan?

“Hei, maaf.” Ucapnya. Segaris senyum tercetak di bibir Casey membuat Baekhyun menarik sudut bibirnya. Senyum Casey memang tidak pernah gagal mencerahkan harinya. “Tapi aku serius bertanya. Kenapa kau suka melihat bintang? Bintang jauh sekali dari jangkauan kita, Casey. Kita hanya seperti melihat cahaya dari jarak yang tak terhingga saking kecilnya.”

Casey memutar pandang ke arah Baekhyun ketika mereka berhasil menjejakkan kaki pada tempat paling tinggi di bukit yang mereka daki. “Karena hanya memandang bintang yang membuatku bisa merasakan keindahan yang sama dengan yang kau lihat tanpa harus merasa berbeda, Baek.”

Baekhyun terdiam dengan kedua matanya yang melekat erat tepat pada manik Casey. “Sudah kubilang aku akan memberitahumu semua warna yang ada di dunia, Cas.” Ucapnya setelah terdiam cukup lama. Satu tangannya merapikan surai-surai yang tertiup angin, kemudian jemarinya menyentuh lembut pipi Casey.

Seharusnya akan terjadi adegan romantis setelahnya, kalau saja Casey tidak tiba-tiba berteriak penuh semangat.

“Baek, ada bintang jatuh!” Pekik Casey dengan menunjuk ke arah langit.

Baekhyun mengikuti arah yang ditunjuk oleh Casey, dan benar saja, Baekhyun tak tahu pasti berapa jumlahnya tapi banyak sekali bintang jatuh malam itu. Mungkin ribuan atau bahkan jutaan.

“Ucapkan sebuah permintaan, Baek!” Casey langsung mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Matanya berpendar-pendar penuh suka cita. Indah.

Setelah selesai dengan permintaannya Casey memutar pandangannya menghadap Baekhyun. Ia tersentak kaget ketika menemukan Baekhyun yang tengah memandanginya. “Kau tidak mengucapkan permintaanmu? Siapa tahu akan dikabulkan.”

Baekhyun menggeleng. “Aku tidak percaya yang seperti itu. Lagipula semua permintaanku sudah ada di hadapanku, jadi aku tak punya alasan untuk meminta lagi kepada bintang jatuh.”

Lagi-lagi semburat merah jambu itu menghiasi kedua pipinya. “Shut up, Baek!”

to be continued?

Author’s note:

  1. Setelah selesai sama series Kaleidoscope, tetiba aku kangen buat series lagi dong. Heu. Jadi aku bikin series Souhaiter ini.
  2. Silahkan kasih komentar kalau emang pengen aku post di sini setiap minggunya. Kalau nggak banyak yang minat sih bakal jadi draft pribadi aja tanpa aku post di mana-mana. Hehe.
  3. Entah kenapa kalau bikin series selalu ada Baekhyun sama Jongin. HAHAHAHAHA.
  4. Dalam 1×24 jam kalau nggak banyak yang tertarik, aku tarik dari peredaran ya.
  5. Ppyong~ <3

 

 

 

 


Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

Trending Articles