Tittle : Don’t Call Me Baby║ Author : Acchan ║ Main Cast : Kim Jongin, Kim Nana ║ Genre : Comedy, Fluff ║ Length : Oneshoot║Rating : PG-16
~Happy Reading~
“Kau benar-benar sangat tampan Kim Jongin” gumamku pelan sambil membenarkan tatanan rambutku.
10 menit sudah aku mematuk diri di depan cermin ini memperhatikan penampilanku yang sepertinya semakin hari semakin tampan. bukannya sombong atau apa tapi beginilah kelihatannya. Aku, Kim Jongin memang terlahir tampan dengan mata indah, tubuh atletis dengan kulit eksotis yang membuatku terlihat seksi. T-shirt berwarna putih yang dipadu dengan jaket kulit hitam dan celana jeans dengan warna senada menambah kesan tampan dan keren pada diriku saat ini. aku terlihat seperti anak kuliahan padahal…
“APPPPPAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!”
Oh tidak, teriakan itu.teriakan yang membuat ketampananku yang tadinya mengudara seakan akan jatuh terhempas begitu saja ke tanah. Ah! Aku lupa satu hal. Satu hal yang menyadarkanku siapa aku sebenarnya.
“AAAPPPPPAAAAAAAAAAAAA!!!”
Oke baiklah, aku mengaku! Aku adalah namja tampan berumur 33 tahun yang kini berstatus sebagai seorang ayah beranak satu, lebih tepatnya aku seorang single parent. Aku tidak pernah menikah, aku hanya pernah berpacaran dengan seorang gadis yang ku suka saat duduk di bangku kuliah. Kemudian terjadilah sebuah kecelakaan. kalian pasti sudah mengerti kan kecelakaan yang ku maksutkan?
Dan selanjutnya yang terjadi, dia hamil. Bukannya aku tidak mau tanggung jawab, tapi saat itu aku masih seorang mahasiswa tingkat pertama yang bingung apa yang harus ku lakukan. hingga akhirnya gadis itu menghilang tanpa kabar dan kembali 1 tahun kemudian tepat dihadapanku dengan seorang bayi di tangannya.
‘Brakkk’ pintu kamarku yang tiba-tiba terbuka membuat lamunan singkat akan masa laluku terbuyar. Seorang bayi yang perempuan yang 15 tahun lalu muncul dihadapanku kini menjelma menjadi gadis cantik yang selama ini menemaniku. Kim Nana, putriku.
“Appa kenapa tak menjawab panggilanku eoh?” gerutunya dengan wajah kesal menghampiriku.
Kedua sudut bibirku terangkat melihat wajah kesalnya. Membuat putriku kesal adalah hobiku, karena dengan begitu aku dapat melihat wajah imutnya yang sangat lucu.
“Appa tidak mendengarnya”
“Bohong!”
Lihat kan? Baru segitu saja dia sudah merajuk.
“Hmm.. Appa mau kemana? Rapi sekali”
Aku tersentak seketika. Niat untuk membuatnya tambah kesal menghilang begitu saja tergantikan rasa was-was karena sepertinya Nana mencurigai penampilanku saat ini. jujur saja sebenarnya aku berpenampilan seperti ini untuk berkencan. Bagaimanapun aku tetaplah seorang namja yang masih tertarik pada wanita kan? Sifat playboy yang sudah tertanam semenjak di SMA masih ada sampai saat ini. tapi sangat disayangkan, putriku sangat tidak menyukai jika aku dekat dengan seorang wanita.
Apalagi jika wanita itu berbedak tebal dengan lipstick merah seksi di bibirnya, Nana akan melakukan segala macam cara untuk menjauhkan wanita itu dariku. Jadilah saat ini jika aku ingin berkencan dengan seorang wanita aku harus melakukannya diam-diam tanpa sepengatahuan putrid kesayanganku itu.
“Hmm.. ee.. appa akan pergi ke rumah Taemin hyung” ujarku akhirnya menemukan alasan yang cukup masuk diakal.
“Tapi kenapa harum sekali?” Nana bangkit dari duduknya dan mulai mengendus-endus di sekitarku. Ah! Aku lupa, aku menyemprotkan parfum terlalu banyak tadi.
“Hmm… tadi parfumnya jatuh.. yya jatuhh” untung saja aku dapat menemukan alasan lagi.
“Benarkah? Tapi kenapa tidak ada pecahannya?”
“Memang kalau jatuh harus ada pecahannya?”
“Tidak juga sih”
“Yasudah kalau begitu. Sekarang giliranmu, ada apa kau memanggil appa?” akhirnya aku dapat mengalihkan pembicaraan ini.
“Ah iya aku sampai lupa tujuanku. Appa, sebelum ke rumah Taemin ahjussi antarkan aku ke toko buku ne?”
“Nde? Kenapa minta antar? Kenapa tidak pergi sendiri?”
“Menghemat pengeluaran”
“Appa akan memberimu uang tambahan, tapi kau pergi sediri saja”
“Tidak mau! Aku maunya diantar appa! Lagipula appa kan tidak pernah on time jika ada janji dengan Taemin ahjussi, benar kan?”
Skakmat! Aku tidak bisa berkata-kata apalagi selain mengangguk mengiyakan keinginannya. Ucapannya yang terakhir memang benar dan jika aku masih tetap bersih keras membalas justru mungkin akan membuat kecurigaannya yang tadi bertambah. Oh Tuhan kenapa untuk berkencan saja bisa sesulit ini?
****
Benar bukan apa yang kukatakan di awal tadi? Ketampananku benar-benar membuat semua orang yang melihat terpukau. apalagi para gadis gadis yang sedari awal aku memasuki toko buku ini tak henti-hentinya memandangku dengan tatapan kagum mereka. bahkan ada beberapa dari mereka mengikutiku, ah lebih tepatnya mengikuti kami. Dan tentu saja hal itu membuat Nana risih sekaligus kesal. lihat, kepalanya saja sudah berasap mendnegar bisikan-bisikan dibelakangnya. Sudah dipastikan sebentar lagi gadis-gadis yang berada di belakang kami akan kena semprot olehnya.
“YA!!! KENAPA KALIAN MENGIKUTI KAMI EOH?” Teriaknya kencang.
Nana memang tak kenal tempat, jika sedang kesal ia akan berteriak tanpa peduli ia ada dimana. Dan karena hal itu semua orang memandang kami. Bahkan salah satu penjaga toko menghampiri kami dan menegur agar tidak berisik disini. Aku segera meminta maaf lalu menarik Nana menuju rak buku lainnya.
“Aish kau ini kenapa berteriak di toko buku. Kau tahu kan disini tidak boleh berisik”
“Habis mereka menyebalkan. Sangat mengganggu”
“Untung saja kita tidak diusir, mau ditaruh dimana wajah appa yang tampan ini”
“Cih… appa tidak bisa apa sekali saja tidak usah membanggakan wajah appa yang jelek itu”
“Terserah kau lah, sekarang cepat cari buku yang kau butuhkan. Appa tidak bisa lama-lama”
“Tck… arasso. Appa tunggu disini saja”
“Nde”
“Dan ingat jangan genit!”
“Tck… Arasso!!”
Aku berjalan berlawanan arah dengan Nana menuju rak buku lainnya. Tidak ada yang menarik. Tentu saja! aku tidak menyukai hal yang bernama buku. Terlalu banyak kata yang terangkai di dalamnya membuatku pusing. begitu juga dengan Nana, gadis itu sangat alergi sekali terhadap yang namanya buku dan membaca. Tak jarang ia adalah langganan remed di kelasnya.
Tapi tunggu dulu, ada satu hal yang aneh di sini. Nana sama sekali tidak menyukai buku tapi mengapa hari ini ia ke toko buku. Sungguh aneh bukan? Hmm… pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan disini. Akupun kembali berbalik hendak menyusul Nana tapi siapa sangka gadis- gadis yang tadi mengikuti kami ternyata sejak tadi mengikutiku.
“Oppa kau tampan sekali. Siapa namamu?”
“Oppa berapa nomer teleponmu?”
“Oppaa dimana rumahmu?”
“Oppa apa kau sudah punya kekasih?”
“Oppa aku menyukaimuuuu!!!”
Begitulah ucapan-ucapan mereka yang terdengar di telingaku. Sebenranya masih banyak lagi namun suara mereka seperti suara semut karena mereka berbicara hampir bersamaan. Aku hanya hanya membalas ucapan mereka dengan senyuman dan justru membuat mereka semakin menjerit kecil. Untung saja aku berada di rak paling ujung sehingga tidak terlihat terlalu mencolok. Namun sayangnya …
“Ya! sudah ku katakan jangan mengikuti kami!” Nana tiba-tiba sudah berdiri di sampingku dengan wajah kesalnya dan tangan yang terlipat di depan dada.
“Aku mengikuti oppa tampan ini, bukan mengikutimu. Memangnya kau siapa eoh?!” celetuk salah satu gadis.
“Memangnya aku siapa? Heh, kalian tidak tahu, aku ini kekasihnya! Benar begitu kan Baby~?” Nana beralih menatapku. matanya berkedap-kedip memberi kode agar aku mengiyakan ucapannya. Dan dengan terpaksa aku menganggukkan kepalaku sehingga membuat para gadais itu lemas seketika.
Yyah inilah salah satu cara ampuh seorang Kim Nana untuk menjauhkanku dari para wanita, dengan mengakui dirinya sebagai kekasihku. Dan tentu saja orang-orang yang tidak mengenal kami akan dengan mudah percaya ucapannya. Mungkin kalian bertanya tanya mengapa dia tak mengaku sebagai anakku saja toh para wanita akan merasa tidak enak jika mendekati pria yang telah memiliki anak? Jawabannya sederhana Nana tak mau menjadi pusat perhatian karena memiliki appa yang masih sangat muda.
“Kalian lihat? Kekasihku mengakuinya. Jadi sekarang kalian semua pergi! Hush!! Hush!! Hush!!!” dengan senyum penuh kemanangan Nana mengusir para gadis itu seperti mengusir bebek-bebek yang berkeliaran.
“Oke semuanya beres, kajja kita ke kasir appa”
“Kau sudah mendapatkan buku yang kau cari?”
Nana mengangguk mantap. “Semuanya sudah ku letakkan di meja kasir, appa tinggal membayarnya saja” ujarnya enteng sambil menarikku berjalan menuju meja kasir di depan sana.
Saat tiba disana, aku hanya bisa melongo menatap tumpukan komik yang ada di atas meja kasir itu. jika dihitung jumlahnya mungkin 20 buah. Dan dari sinilah aku baru mengerti mengapa Nana bersihkeras menyuruhku untuk menemaninya ke toko buku.
“Ya! Kim Nana! Apa-apaan ini?! mengapa kau membeli komik sebanyak ini?” Protesku tak terima jika aku harus membayar semua ini nantinya.
“Tenang saja appa, semua akan aku baca. Appa hanya tinggal membayarnya saja” jawabnya enteng.
“Hanya membayar? Tidak mau! Appa tidak mau membayar komik-komik yang tidak jelas seperti ini apalagi semuanya berkatagori dewasa.”
“Aish ini kan hanya komik, apa salahnya sih appa? Ini masih mending daripada koleksi blue Film yang app—hmppp” aku langsung membekap mulut Nana sebelum gadis itu melanjutkan ucapannya. Oh Tuhan, kenapa bisa-bisanya dia mengatakan hal itu di depan umum dengan mudahnya. Seketika itu juga aku merasa malu pada penjaga kasir yang sedari tadi menonton perdebatan singkat kami.
“Baiklah-baiklah appa akan membayarnya”
“Jinjaa? Aaa— gomawo appaa”
“Ndee… tapi appa hanya membayar komik yang bukan berkatagori dewasa, arachi?”
“Mwo?? Wae?”
“Ingat nona Kim kau itu masih di bawah umur. Kau belum pantas untuk membaca hal-hal seperti itu”
Nana menunduk lemah setelah mendnegar ucapanku.
“Jadi bagaimana nona Kim, kau ingin membeli komik atau tidak sama sekali?”
“Huffth— baiklah terserah appa saja” senyumku terkembang melihat putriku akhirnya menyerah juga. aku mengeluarkan kartu kreditku memberikannya pada sang penjaga kasir. Dan tepat saat itu juga ponselku berdering dengan nama pemanggil yang membuat mataku terbelalak seketika.
“Nana-yah, setelah ini kau pulang sendiri nde? Appa pergi dulu, ada keperluan mendesak. Khanda” ujarku setelah menerima telepon. Aku segera berlari keluar sebelum Nana menyerbuku dengan pertanyaan-pertanyaannya.
***
Nana POV
“Maaf nona kartu kredit tadi sudah limit”
“nde? Sudah limit? Tidak bisa dipakai?” Petugas kasir itu mengangguk pelan menjawab pertanyaanku. Oh tidak appaaaa, Kau benar benar menyebalkan! Setelah meninggalkanku dan menyuruhku pulang sendiri sekarang kau tega-teganya menyuruhku membayar komik-komik ini? appa benar-benar jahat!!
Dengan terpaksa aku mulai membuka tas, mengambil dompetku. Namun sayangnya aku tak menemukan benda itu di dalam tasku. Aku merogoh bahkan mengeluarkan semua isi tasku, tapi tetap saja benda itu tak ada. Oh tidak jangan-jangan aku tidak membawa dompet. Benar juga, aku baru sadar jika tadi aku meninggalkan dompetku di atas ranjang karena menurutku membawa dompet saat berpergian dengan appa itu tidak penting.
Ahh!! Lalu sekarang harus bagaimana? Bagaimana aku bisa membayar semua ini? lalu bagaimana aku pulang nanti jika tak ada uang speserpun? Oh Tuhan Kim Nana mengapa kau sebodoh ini! dompet seharusnya dibawa kemanapun saat berpergian.
“Nona kau jadi membeli komik ini atau tidak?” penjaga kasir itu mulai terlihat sesungutan karena aku tak kunjung membayar buku-buku ini.
“Emm—itu… sebenarnya—“ aku mulai kehabisan kata untuk mencari alasan. Dan tepat saat itu…
“Jadikan satu dengan yang ini” suara seorang namja memecahkan atsmofir bingung saat itu. aku menoleh ke arah sumber suara. Seorang namja tinggi berkulit putih yang berada disampingku. Ia mengeluarkan dompetnya dan memberi beberapa lembar won pada penjaga kasir.
“Ini punyamu” ujarnya sambil memberikan kantong plastic berisi komik yang ku beli.
“Ss—ssehun ss—sunbae” Aku terkejut seketika saat melihat wajah namja itu. apakah aku mengenalnya? Ya, tentu saja aku mengenalnya. Dia adalah sunbae-ku di sekolah,sunbae tertampan, terkeren dan paling popular. Oh Sehun. Dia adalah kakak pembinaku saat ospek penerimaan siswa baru 1 bulan yang lalu. Aku sangat mengangumainya. Oh tidak bukan mengangguminya tapi aku menyukainya, yyah aku sangat menyukainya.
“Long time no see Kim nana-shi” ujarnya yang membuatku refleks terbatuk batuk setelah mendengarnya. Omo, ternyata dia masih mengingat namaku. Oh Tuhan mimpi apa aku semalam?
“Sunbae masih mengingaku?”
“Tentu saja, mana mungkin aku lupa dengan gadis yang prnah menendangku setelah menyatakan perasaannya”
Diriku yang awalnya melayang tinggi saat Sehun sunbae menyebit namaku seketika jatuh tersembab ke atas tanah setelah mendengar pernyataan selanjutnya yang keluar dari mulutnya. Ah kenapa bisa-bisanya sehun sunbae mengingat kejadian memalukan itu. kejadian memalukan saat masa orientasi yang terjadi 1 bulan lau dimana aku mendapatkan hukuman untuk menyatakan perasaanku pada sunbae yang ku suka. Dan tentu saja sunbae beruntung yang ku pilih adalah sunbae yang saat ini berdiri di hadpanku.
Namun sayangnya saat itu alam tidak berpihak kepadaku. Tepat setelah aku menyatakan perasaanku pada Sehun sunbae aku terpeleset kulit pisang dan tidak sengaja menendang sesuatu di sela-sela paha Sehun sunbaenim. Oh Tuhan itu adalah kejadian paling memalukan yang ku alami dan sejak saat itu aku sungguh sangat malu jika bertemu dengan Sehun sunbaenim, tak jarang aku selalu menghindar jika bertemu dengannya.
“Kau suka komik juga rupanya” Sehun sunbae memecah keheningan diantara kami.
“Nde aku menyukainya sejak sekolah dasar” jawabku berbohong. Jujur saja aku tak pernah suka namanya membaca apalagi membaca komik. aku tak mengerti bagaimana awal membaca buku mungil itu. namun saat secara diam-diam aku melihat Sehun sunbaenim selalu membaca komik bahkan sering tertawa sendiri saat membacanya membuatku sedikit penasaran. Dan akhirnya aku memutuskan untuk memborong komik namun berakhir hanya membeli beberapa buah karean appaku sangat pelit.
“Kau sendiri kemari?”
“Nde sunbae”
“Kalau begitu, au tidak terburu-buru pulang kan?”
“Ani, waeyo?”
“Aku ingin mengajakmu jalan-jalan sebentar”
“Nde?” Aku terkejut mendengar ucapannya. Aku tidak salah dengar kan? Sehun sunbae mengajakku jalan-jalan. “Sunbae mengajakku kencan begitu?” Entah kenapa kata-kata bodoh itu asal keluar dari mulutku.
Kulihat Sehun sunbae menggaruk-garuk belakang kepalanya sambil tersenyum malu. “Kencan ya? Hmmm mungkin bisa dibilang begitu. Kajja!” dia meraih tanganku, menggenggamnya dan kamipun keluar dari toko itu bergandengan tangan dan tentu saja dengan hatiku yang berdebar debar tidak karuan.
***
“Chagiya jangan marah, aku benar benar minta maaf. aku janji aku tak akan telat lagi” Jongin dengan wajah melasnya memohon maaf pada wanita cantik yang kini ada di hadapannya.
“Bohong! Kau sudah mengatakan hal itu ratusan kali Kai, tapi apa? kau tetap telat saat kita berkencan. Kau tahu hampir satu jam aku menunggumu disini!”
“Jongmal mianhe, aku janji ini terakhir kalinya”
“Cihh tidak mungkin. Lebih baik sekarang kau jujur padaku, kau pasti menemui wanita lain kan sebelum menemuiku?”
“Tidak. aku tidak mempunyai wanita lain selain dirimu chagiya”
“Jinja?”
“Aku berani bersumpah” wanita itu tersenyum senang setelah mendengar jawaban Jongin.
“Kau lebih cantik jika tersenyum seperti ini, jangan marah lagi nde?”
“Kau juga, jangan selalu membuatku kesal Kai”
“Arasso”
Tanpa mereka sadari sepasang mata tengah mengintai mereka. Sepasang mata tajam milik seorang Kim Nana.
“Kau benar mau makan disini?” Sehun bertanya memastikan permintaan Nana Jika gadis itu benar-benar ingin makan direstaurant ini.
Nana menganggguk singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari sepasang manusia di dalam restaurant itu.
“Baiklah, ayo kita masuk” Sehun menggandeng tangan Nana, dan disitulah gadis itu mulai tersadar dan kembali menjadi salah tingkah.
“Kau duduk disini dulu ya, aku akan memesan makanan”
“Nde sunbae”
Setelah kepergian Sehun, Nana kembali memfokuskan pandangannya pada sepasang manusia yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya. Semakin bertambah geram dirinya melihat kemesraan meraka berdua dan akhirnya Nana beranjak dari tempat duduknya menghampiri sepasang kekasih tersebut.
“Baby~ kau sedang bersama siapa? Kenapa telfonku tak diangkat?”
“Nana-yah!” Jongin kaget dengan kehadiran Nana yang tiba-tiba ditambah gadis itu dengan manjanya merangkul leher Jongin. hal itu membuat wanita yangberasama jongin sejak tadi menatap tajam kea rah Jongin dengan penuh emosi.
“Siapa dia Kai?!”
“Ahjumma, Harusnya aku yang bertanya padamu. Kau siapa? Berani-beraninya duduk berdua dengan kekasihku”
“Apa? Kekasih??”
“Hyun Jin-ah biar aku jelaskan. Ini tidak seperti yang kau pikirkan, dia bukan kekasihku tapi dia———“
“Baby~ kenpa kau tidak mengakuiku?! Padahal kemarin kita baru saja berciuman” Okey, Nana mulai mengeluarkan bakat aktingnya.
“Ya! Kim Nana!!” ‘Plak’ tepat saat itu sebuah tamparan melayang di pipi kiri Jongin.
“Kau benar-benar brengsek Kai. Mulai detik ini hubungan kita berakhir!” setelah menampar Jongin wanita itu pergi dengan kesalnya.
“Awww itu pasti sakit sekali ya Beib?” Nana memegang pipinya sambil berpura-pura meringis.
“Kim Nana berhenti memanggil appamu dengan sebutan itu!”
“Wae? Lalu mau dipanggil apa? honey, chagiya, atau darling?”
“Appa sedang tidak bercanda Nana-yah.. Ahh! Kau tega sekali menghancurkan kencan appamu!”
“Appa yang tega padaku! Meninggalkanku sendiri di toko buku dengan kartu kredit limit”
“Jinja?”
“Nana-yah, ternyata kau disini. Aku mencarimu di sana” tiba-tiba seseorang menghampiri meja Jongin menginstrupsi perdebatan singkat Jongin dan Nana.
“Siapa dia Kim Nana?” Tanya Jongin berbisik. Kini gentian Nana yang kelabakan menjawab pertanyaan Jongin.
“Hmm… dia sunbaeku di sekolah” Nana menjawab ragu sesekali melihat Sehun yang datang menghampirinya dengan wajah bingung.
“Sunbae yang kau suka itu?” Jongin mulai mengeluarkan senyuman iblisnya. Ini saat yang tepat bukan untuk balas dendam?
“Appa!” Nana memekik pelan sambil menginjak kaki Jongin membuat pria tampan itu meringis kecil.
“Kau mengenalnya Nana-yah?”tanya Sehun masih dengan wajah bingung melihat Nana yang saat ini tiba-tiba bersama seorang namja.
“Emm… eee—emmm dia———“ Jongin segera menjabat tangan Sehun memperkenalkan dirinya.
“Hi, aku Kai Namjachingu Kim Nana. Benarkan Baby?”
[END]
FF ini sebenernya udah bersarang lama di leptop… semoga pada suka^^