Cast: Choi Sulli, Choi Minho, Kim Jongin
Rating: T (Teen)
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Length: Chaptered
Author: Ally
****
“Hiks…. Hiks… Hiks…” Isak tangis seorang gadis mengisi kekosongan kamarnya. Sang gadis mengusap kasar air matanya. Ia memejamkan matanya.
Tes!
Air matanya kembali turun.
“Apakah kau mau menikah denganku?”
Lagi-lagi, air matanya kembali turun. Ia mencoba mengatur pernafasannya. Menghirup udara dan mengeluarkannya dengan perlahan, mencoba membuat dirinya tenang.
Hufh~
Sulli-gadis tersebut sudah mulai merasa tenang. Ia bangkit dari tempat tidurnya, berjalan menuju cermin. Menatap bayangan dirinya.
Kemudian, kembali memejamkan matanya kembali. Rasa frustasi kembali menjalari dirinya. Sulli masih mencoba mengatur pernafasannya.
Tenang Sulli… Kau pasti bisa melewati hal ini….
Dengan perlahan, tangannya membuka laci dan mengambil kotak kecil bewarna merah. Sulli membuka kotak tersebut, sebuah cincin bertaburkan berlian terdapat di kotak tersebut.
“Aku tahu ini bukan cincin pernikahan seperti biasanya. Tetapi aku tahu ini akan cocok untukmu.”
Sulli mengambil cincin tersebut. Melihatnya dengan seksama.
Mungkin pernikahan ini adalah jalan keluarku?
Ia kembali menghembuskan nafasnya, sebelum akhirnya menyematkan cicin tersebut ke jari manisnya.
.
.
.
.
.
Sulli menahan nafasnya. Ia begitu terkejut dengan semua ini. Kedatangan Jonghyun yang tiba-tiba. Tatapan Jonghyun yang marah. Suaranya yang dingin. Ia juga memegang kedua bahu Sulli. Membuat jarak mereka menjadi sangat dekat.
“Apa benar kau akan menikah dengan Jongin?! Sulli jawab aku!”
Suara Jonghyun kembali mengembalikan fokus Sulli yang tadi hilang entah kemana. Sulli mengerjap, “Euhm… Kenapa?”
Jonghyun melepaskan kedua tangannya. Ia menjambak rambutnya frustasi, “Bagaimana bisa?”
“Tentu saja bisa.”
“Bukan maksudku…” Jonghyun menghela nafasnya, mencoa menghilangkan rasa frustasi, “Bagaimana dengan…. Kau tahu…. Kau baru saja bertemu dengan Minho dan sekarang memutuskan menikah dengan Jongin.”
Sulli menghembuskan nafasnya, “Aku memikirkan keputusan ini dengan matang-matang Jonghyun-ah….” Ia mengenggam tangan Jonghyun, “Ini adalah keputusan yang terbaik.”
“Bukan begitu…. Aku merasa ragu… Kau baru saja berhubungan dengan Minho kembali.”
Sulli mengangkat tangannya, “Lupakan Minho. Ku mohon. Sekarang hanya ada Jongin tidak ada lagi Minho.”
“Bagaimana jika dia masih menyukai mu Sulli-yah? Kau juga masih menyukainya bukan?”
Air mata Sulli turun perlahan. Ia menggelengkan kepalanya, “Ia tidak akan pergi lagi jika masih mencintai ku.”
“Aku akan mencari dirinya. Membawa dirinya kembali ke sini. Ja-“
“Itu tidak cukup!” Teriak Sulli tiba-tiba. “Itu tidak cukup! Kau butuh waktu berapa lama untuk membawanya kesini? Berhari-hari? Berminggu-minggu? Atau bahkan berbulan-bulan? Atau ia tidak ingin kembali kepadaku?”
“Sulli…”
“Aku hamil anaknya.”
“Apa?!”
Sulli mulai terisak. Ia menggigit bibirnya, berusaha mengontrol isakannya, “Aku hamil anak Minho, Jonghyun-ah. Aku kalang kabut ketika pertama kali mengetahuinya. Maksudku… Maksudku apa yang akan kulakukan? Minho sudah pergi melanjutkan sekolahnya keluar negeri. Ia jelas-jelas mengatakan kepadaku jika itu merupakan pertemuan terakhir mereka. Aku tidak bisa mengatakannya kepada siapapun. Aku bisa kehilangan segalanya karena hal ini-hal yang mereka anggap memalukan. Di tengah kekalutanku Jongin tiba-tiba melamarku. Menurutmu apa yang harus kulakukan? Menolaknya?” Sulli menghapus air matanya, “Sudah kubilang, aku sudah memikirkan hal ini dengan baik-baik.”
Jonghyun menghela nafasnya, “Maaf. Aku benar-benar tidak tahu. Aku pikir kau gegabah.”
“Tidak apa-apa. Terimakasih karena telah mengkhawatirkanku.”
.
.
.
.
.
.
Choi Sulli namanya. Ia masih muda. Masih sangat muda. Umurnya baru 23 tahun. Tetapi dia memutuskan untuk menikahi kekasihnya, Kim Jongin. Sayangnya, kekasihnya bukan pemilik hatinya. Pemilik hatinya adalah Choi Minho. Kakak kelasnya di fakultas sama dengannya. Kalau Sulli mengambil jurusan mendesign baju atau fashion designer makan Minho memilih jurusan seni murni.
Jujur, Sulli hanya berpura-pura saja ingin berpacaran dengan Minho. Karena tantangan dari teman-temannya jika Minho menyukai Sulli. Benar saja, laki-laki tersebut sangat menyukainya. Selama enam bulan Sulli menjadi pacarnya, laki-laki itu selalu melakukan yang terbaik kepada Sulli. Kadang-kadang memang sedikit mengecewakan, tetapi sorot laki-laki itu sangat jujur, menyanyanginya sehingga Sulli melupakan rasa tersebut. Rasa cinta muncul kepadanya secara tiba-tiba. Ia terjerat dalam cinta itu.
Lain seperti Minho yang memang mencintai Sulli dari awal dengan tulus, Sulli hanya ingin bermain-main dengan Minho pada awalnya. Itulah malapetaka dari jalan cerita mereka. Minho mengetahuinya dan memutuskannya. Ia terbelengu dengan cinta Minho, kesalahannya, juga kekesalannya kepada teman-temannya yang memberi tahu tentang ini.
Teman-temannya berkilah jika mereka memberi tahu Minho karena menurut mereka ada yang lebih baik dari Minho, seperti Oh Sehun atau Kim Jongin yang jelas-jelas menyukainya. Sulli mencebik, darimana mereka tahu?
Hatinya tambah meringis ketika mengetahui jika Minho memutuskan untuk mengambil beasiswa ke Belgia. Rasanya…. Entahlah… Dia merasa sangat sesak tidak terekspresikan. Kecewa terhadap dirinya. Sangat kecewa. Kim Jongin datang di kehidupannya. Sorot matanya sama seperti Minho sehingga Sulli berharap jika Jongin dapat menggantikan posisi Minho.
Tapi Jongin tidak dapat menggantikan Minho. Sorot matanya memberikan ketenangan kepada Sulli. Kata-kata dari mulutnya memberi kehangatan di hatinya. Tetapi jantungnya tidak berdebar-debar. Begitu tenang hingga rasanya tak berdetak seperti orang yang mati. Sulli belum bisa melupakan Minho. Ia masih terbelengu dalam cinta Minho.
Ketika mendengar Minho kembali, Sulli mencoba keberuntungannya. Ia ingin menjelaskan semuanya kepada Minho. Semuanya. Ketika bertemu dengan Minho, susah awalnya karena Minho menyambutnya dengan sangat-sangat dingin. Tetapi tak dapat dipungkiri, dengan sedikit saja memohon kepada Minho, laki-laki itu luluh kepadanya. Mereka berbicara berdua, di tempat yang lebih sepi dari sebuah café yang biasa Minho kunjungi.
Entah apa yang terjadi, Sulli tidak tahu. Mungkin dari efek Minho yang memeluknya ketika ia menangis. Atau otaknya yang tidak dapat berpikir jernih karena jantungnya berdetak sangat keras. Karena emosinya yang tidak stabil. Karena hatinya yang kacau. Malam itu benar-benar kelabu hingga Sulli tidak merasakan apapun. Hanya panik di pagi hari ketika ia mengetahui apa yang benar-benar terjadi.
Pagi itu, ketika ia bangun, Minho sudah berada di sampingnya. Menatapnya dengan lembut hingga ketakutan Sulli langsung senyap. Hanya menyisakan kegilaan akibat detak jantungnya yang berdegup sangat cepat karena tatapan Minho. Mereka berbicara dari hati ke hati sehabis itu.
“Aku… Aku minta maaf jika aku menyakitimu. Sungguh, aku tidak bermaksud seperti itu. Kemarin terasa seperti, klise. Begitu cepat hingga kita terjatuh sangat dalam. Aku mencintaimu sungguh… Tidak peduli apa yang kau lakukan kepadaku. Tapi aku tidak bisa melepaskan mimpiku. Aku tidak boleh mundur untuk mengejar mimpiku.”
Sulli langsung mengerti. Ia tidak dapat membuat Minho untuk tinggal. Maka dari itu, harapan dia pupus Minho ingin kembali kepadanya jika mendengar kabar tentang dirinya. Ia tidak bisa membayangkan Minho menolaknya. Sullipun hampir saja bunuh diri jika Jongin, yang entah mengapa melamarnya. Mengajak ia menikah.
Dan dari hal-hal bodoh yang ia lakukan, disinilah Sulli. Di ruang penuh tamu. Memaksakan sebuah senyum bahagia selagi ia menyapa tamu-tamu pernikahannya. Membalas ucapan para tamu dengan nada suara yang harus bahagia.
Disinilah Sulli, disamping Jongin.
.FIN.