Quantcast
Channel: kim-jongin « WordPress.com Tag Feed
Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

OVERACTED ~QUEENXISSI~

$
0
0

O V E R A C T E D

tumblr_me0r9wZg9d1qd65bxo1_500

Author

QUEENXISSI

 

 

Genre : FLUFF, ROMANCE

 

Length : Ficlet

 

Main Cast :

KIM JONGIN

NAM JAYOUNG (OC)

 

Rating : Teen

 

 

 

.

 

SPECIAL PRESENT FOR MY PARTNER IN CRIME, HELLOIMSJ

HAPPY BIRTHDAY FOR YOU, BABES!

(gua gatau tanggalnya kapan, yang pasti agustus aja karna nama elu ada unsur “agus”nya wakakak, dan satu kata buat “dia” yang udah bikin elu down dan bela-belain mau curhat tengah malam tadi, LUPAIN. Kalo gue jadi elu sih gue bakal mikirin banyaknya orang yang sayang sama gue, bukan mikirin satu ekor manusia yang ngejelekin gue. Ntar dia merasa penting lagi kita pikirin terus. #padahalgueyangkasihidebuatkepoin #padahalgueyangberapiapiselamaelucurhat)

 

.

 

 

 

All in Author’s POV

 

Bagi Jayoung, menulis adalah segalanya. Menulis adalah bagian dari hidupnya. Dan menulis adalah media terbaik untuk melampiaskan segala isi hatinya saat dunia tak ada yang ingin mendengarkan suara hatinya. Mungkin ada Jongin yang mau mendengarkan keluh kesahnya, tetapi Jayoung tidak mungkin, kan mengeluhkan seluruh isi hatinya pada Jongin. Apalagi jika itu tentang rasa cintanya pada Bangtan Boys. Pada tujuh pria yang selalu membuat Jongin merasa diduakan, ah bukan diduakan tetapi ditujuhkan.

Dan bagi Jongin, Jayoung adalah segalanya. Ya meski Jongin tidak menunjukkannya secara gamblang. Karena Jongin sangat tahu kalau Jayoung-nya itu akan bahagia sekali kalau tiba-tiba saja dalam sehari Jongin membawakannya bunga mawar merah di pagi hari, mengirim pesan ucapan selamat pagi untuknya dan mengajak Jayoung untuk makan malam di restoran yang menghadap langsung ke Namsan Tower.

Dan pagi ini adalah pagi yang paling suram untuk seorang Nam Jayoung. Padahal seharusnya ia berbahagia karena pagi ini ah tidak, sejak pukul dua belas malam lebih satu detik usianya bertambah setahun. Yaps, Jayoung sedang berulang tahun hari ini. Hari yang dianggapnya seketika menjadi hari paling suram sepanjang sejarah hidupnya. Dan Jongin mengatakan kalau Jayoung sangatlah berlebihan.

“Kau tidak tahu sih, aku sedang ditimpa masalah apa hingga aku mengatakan hari ini adalah hari tersuramku.” Gerutu Jayoung ketika Jongin datang ke rumahnya—tumben sekali sepagi ini, biasanya kan Jongin masih tidur—membawakan sekotak ukuran besar susunan macaroons yang ia jadikan kejutan untuk ulang tahun Jayoung.

“Bukankah sudah lengkap ulang tahunmu tahun ini? Ada kedua orang tuamu, adikmu, dan aku disini? Masihkah kau merasa ulang tahunmu suram? Apakah macaroons yang kubelikan kurang banyak? Percayalah ini sangat mahal dan menghabiskan seperempat uang jajanku Nam Jayoung!” protes Jongin lagi. Astaga, hal yang bisa Jayoung lakukan saat ini hanya memutar kedua bola matanya dengan ekspresi datar.

“Lagipula aku kan tidak memintamu memberikanku macaroons. Ah sudahlah, kau memang kekasih yang tidak pengertian!”

“Lagi-lagi aku yang disalahkan. Sebenarnya apa masalahmu? Bahkan kau tidak meniup lilin ulang tahunnya. Apakah angka yang tertera disini salah? Kau sudah sembilan belas tahun kan? Atau angkanya yang terbalik?” balas Jongin geram.

“Aku bisa gila Kim Jongiiin! Aku.bisa.gila!”

“Ya sudah, gila saja kalau begitu.” Jongin kemudian menaruh kasar tumpukan macaroons itu di atas meja makan Jayoung dan membuat susunannya menjadi sedikit berantakan. Jayoung merengut lagi kemudian mengatur kembali susunan macaroonsnya dan memasukkan kuenya ke dalam lemari pendingin.

“Mana kado untukku?”

“Kue itu belum cukup?”

“Haaah? Hanya itu? Oh astaga kau bahkan tidak memperbaiki moodku sama sekali pagi ini.” Balas Jayoung lalu mengambil tempat duduk berhadapan dengan Jongin.

“Jadi, apa masalahmu?”

Jayoung baru akan membuka mulutnya ketika tiba-tiba Jongin menaruh telunjuk tepat di depan bibirnya, “Tapi—”

“Tenang saja Kim Jongin, ini bukan tentang Kim Taehyung dan keenam temannya. Kau tidak perlu cemburu.”

“Cih, siapa juga yang membuang-buang waktu untuk cemburu dengan mereka.”

“Sudaaah, jujur saja.”

“Cepatlah cerita sebelum aku berubah pikiran dan meninggalkanmu sekarang juga.”

“Ih! Baiklah-baiklaaah. Jadi…”

Intinya, permasalahan yang tengah Jayoung hadapi di hari ulang tahunnya adalah ia sedang sangat bahagia semalam, ia bahkan merelakan tidak harus tidur tepat jam dua belas malam demi memposting sebuah cerita fanfiksi tepat dengan waktu ia berulang tahun. Dan ketika cerita yang sudah ia buat sebagus mungkin ia posting tidak lama kemudian ia mendapatkan beberapa komentar dari pembaca setianya dan juga…dua orang pembaca yang baru muncul untuk pertama kalinya dalam blognya.

“Bukankah itu bagus? Itu tandanya pengunjung blogmu semakin bertambah, kan? Dimana bagian sedihnya?” potong Jongin ketika Jayoung belum menyelesaikan ceritanya.

“Yak! Dengarkan dulu sampai selesai, baru kau boleh berkomentar!” balas Jayoung geram. Bisakah sehari saja saat mereka hanya berdua seperti ini Jongin memperlakukannya sangat manis seperti halnya banyak pasangan romantis di dunia? Ah sepertinya itu hanya akan selalu menjadi fantasi seorang Nam Jayoung.

Dan, ceritapun berlanjut, Jayoung mulai membaca komentar dari fanfiksi yang dia posting di halaman blog pribadi miliknya. Tetapi, tiba-tiba saja Jayoung merengut dan terus membaca komentar dari salah satu pengunjung terbaru blognya. Ia bahkan sampai merengutkan alis saking seriusnya membaca komentar tersebut.

“Bahkan saat mengerjakan tugas biologi dari gurumu, kau tidak pernah sampai membaca soalnya berulang kali seperti membaca komentar itu. Kau langsung menyuruhku mengerjakannya. Dasar berlebihan.” Cibir Jongin. Ah ceritanya nyaris selesai kalau saja Jongin tidak memotong ceritanya untuk yang kedua kalinya.

Jayoung memajukan bibirnya beberapa senti dan melempari Jongin dengan gelas plastik yang kebetulan ada di atas meja makan saat itu.

Dan cerita Jayoung berakhir dengan inti bahwa pengunjung baru blog miliknya menghina karya yang baru saja ia rilis di blognya sesaat setelah ulang tahunnya. Menganggap cerita yang ia posting sangat berlebihan dan tidak masuk di akal dan blah blah blah.

“Jadi inti permasalahannya dia menghina karyamu begitu?”

Jayoung mengangguk lemas kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Dan membuatmu jadi tidak bersemangat di hari ulang tahunmu?” Jayoung mengangguk lagi, masih menutup wajahnya.

“Kau mau mendengar komentar dariku tentang curahan hatimu barusan?” Jayoung langsung tersenyum lebar dan mengangguk antusias.

“Apakah kau akan mencari tahu tentang dirinya untukku? Jika kau menemukannya apakah kau akan melaporkannya ke polisi karena telah mencemarkan nama baikku dan merusak reputasiku sebagai penulis fanfiksi terkenal di…di…emm di blogku sendiri, sih. Hehe.”

“Lupakan.” Tutur Jongin singkat.

“Hah?”

“Lupakan dia. Beres, kan?”

“Kau pikir aku bisa melupakannya semudah itu? Jongiiiin! Yang gadis itu lakukan untukku, jahat. Mana mungkin aku bisa melakukannya begitu saja. Bagaimana bisa dia menghina Yoongiku. Bagaimana bisa dia mengatakan cara Yoongi menyatakan cintanya pada Oh Hani sangatlah penuh dengan obsesi. Bagaimana bisa ia mengatakan cerita karyaku seperti cerita seseorang yang sangat terobsesi pada sosok Min Yoongi, bag—”

“Bukankah kau memang terobsesi padanya dan keenam temannya, ya?”

“Yak! Kalau aku terobsesi pada mereka, untuk apa aku membuang-buang waktuku selama tiga tahun ini untuk menjadi kekasih dari pria dingin seperti dirimu!”

“Oh…menjadi kekasihku sangat membuang-buang waktumu, ya?”

“A-ah e-emm bu-bukan begitu Kim Jongin, eeee maksudku—”

“Baiklah, aku tidak akan marah. Kau tenang saja, tapi ingat ya, aku tidak akan pernah lagi mau menemanimu mengejar tanda tangan dan permintaan foto bersama ketujuh pria itu.” Jongin langsung berdiri dari duduknya dan meninggalkan Jayoung yang hanya bisa terduduk memaku dengan ekspresi yang sulit diungkapkan dan…

BLAM!

Pintu dengan rumah Jayoung dibanting dengan keras oleh Jongin,

“Seperti itu dia bilang tidak marah!? Aish, bukannya memberiku motivasi untuk semangat menulis lagi, ini malah membuatku semakin geram. Ugh, mengapa ulang tahunku tahun ini benar-benar tidak mengesankan, sih!?”—apalagi yang bisa Jayoung lakukan selain berjalan menuju lemari pendingin, mengambil kembali macaroons yang ia taruh di dalamnya dan mulai melahapnya satu per satu. Berharap dengan menghabiskan tumpukan macaroon itu, moodnya bisa sedikit lebih membaik.

 

*

F I N

SORRY FOR TYPO(s)

.

.

.

.

Salam Alay as alwayssss

.

QueenXissi


Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

Trending Articles