LOVELINESS (Chapter 12) – Dillema (Part 2)
| Main Cast : Exo’s Kai and Han Yurin/OC |
| Support Cast :Im Jae Bum a.k.a GOT7’s JB
Kim Young Won a.k.a C-Real’s Chemi
Apink’s Kim Namjoo
EXO’s Member |
You Can Find if you Read
| Genre :Romance & Drama | Ratting :Pg-16 | MultiChapter |
Poster By: Arin_Yezzy@PosterChannel
Loveliness | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 |10 |11
A/N : Original story By Kainear so STOP PLAGIAT! Sorry if you find typo and enjoy this FF thanks for all Jjangan lupa ninggalin jejak kalau memang kamu adalah
“GOOD READER”
………………
“Apa kau sangat ingin lepas dariku?” tanya Kai tiba-tiba membuat Yurin membulatkan matanya.
“Eh?”
“Apa kau ingin lepas dariku Han Yurin?” tanya Kai lagi.
Beberapa menit mereka diam. Yurin tak tau harus menjawab apa. Demi apapun ini adalah perkataan yang paling ia tunggu dari Kai tapi ia tak tau kenapa tiba-tiba hatinya terasa tergoyak karena pertanyaan Kai.
“Kau membebaskanku?” tanya Yurin
Kai melepas pelukannya lalu menatap Yurin. Dengan perlahan tangan Kai menyentuh dan mengusap pipi Yurin dengan lembut.
Yurin menegang. Sentuhan Kai terasa hangat dan dingin dalam waktu yang sama-sama, perutnya terasa penuh dengan kupu-kupu saat Kai mulai tersenyum lembut padanya. Kai benar-benar tersenyum pada Yurin, bukan senyum yang tersembunyi tapi senyum yang memang tampak tulus.
Entah mengapa Yurin merasa dirinya tak ingin lepas dari Kai tapi disisi lain dirinya juga menolak untuk bisa jatuh pada pesona Kai.
“Kai, kau kenapa?” tanya Yurin tiba-tiba saat merasakan tangan Kai mulai menjauh dari pipinya.
“Hanya ingin tau bagaimana perasaanmu saat berada didekatku, itu saja” jawab Kai dengan tampang memelasnya.
“Kau aneh” jawab Yurin.
Beberapa menit kemudian, suasana hening. Keduanya tak saling menatap namun saling berbicara pada hati mereka masing-masing. Yurin yang merasa dirinya mulai terbawa arus Kai merasakan keanehan Kai dan itu membuatnya merasa bingung pada perasaanya sendiri pada Kai. Sedangkan Kai bimbang, sejujurnya ia selalu merasa nyaman berada di dekat Yurin, bahkan ia sudah merasa terlalu terpikat dengan gadis itu tapi entah mengapa saat cinta lamanya datang dan menyapanya dengan kepedihan membuat sesuatu dibalik sana kembali bersembunyi takut dan mulai rapuh jika disakiti lagi.
Kai mungkin bimbang akan perasaanya sendiri. Perasaannya yang membuatnya jatuh pada Yurin namun belum lepas dari Namjoo.
“Aku melepasmu Rin-ahh”
………………………
Kata-kata Kai, terus memutari isi kepala Yurin. Sejak perpisahan Kai dan Yurin, dia sudah berjanji untuk tidak ikut campur lagi pada kehidupan Kai. Namun pada sisi lain ada rasa kecewa yang bersembunyi.
Yurin merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya. Matanya terus menatap keatas langit-langit kamarnya. Dia masih tak memercayai kalau Kai kini melepasnya, melepasnya tanpa imbalan apapun. Banyak kenangan yang tercipta disana, banyak cerita yang hadir saat Kai mulai datang dan itu membuatnya bimbang.
Dia tau betul bahwa setelah lepas dari Jaebum ia akan susah untuk bisa terpikat lagi dengan laki-laki lain tapi entah mengapa dan entah karena perasaan apa, Kai berhasil menjebaknyanya dan ia mendusta, ia masih tak ingin membuat dirinya sakit lagi walaupun kebimbangan itu terus mendesak dari dasar jiwanya.
Yurin mengguling-gulingkan dirinya, terus berpikir dan mencoba untuk mengerti perasaannya sendiri. Jujur saja untuk memaknai perasaannya sendiri-pun ia masih belum mengerti. Dia masih tak tau dimana ia menempatkan dirinya untuk Kai.
Terlalu banyak hal yang berubah, terlalu banyak hal yang membuatnya tak mengenal dirinya sendiri dan ini semua karena sosok Kai.
Yurin terbangun lalu menatap pantulan dirinya di cermin, ia menatap intens bola matanya sendiri. Sekitar 10 menit dia terdiam dan termenung mendapati dirinya benar-benar ragu.
“Ini salah”
“Aku tidak boleh”
“Sadarkan dirimu Han Yurin”
“Apa kau bodoh huh?”
Yurin terus meracau pada dirinya sendiri, oh ayolah siapapun yang melihat hal ini akan benar-benar tau kalau Yurin saat ini memang sudah mulai jatuh pada pesona Kai walaupun tak begitu dalam tapi satu hal yang mesti Yurin sadari kalau dirinya sudah jatuh pada lubang yang berbeda akan lain ceritanya jika ia jatuh pada lubang yang sama.
…………..
Kai berjalan dengan lemah di koridor rumah sakit, tangannya masih terhubung dengan inpus. Walaupun sakit tampang Kai masih tetap saja memikat karena beberapa orang yang melihatnya terkagum-kagum.
Dengan langkahnya yang lemah ia berhenti kemudian menatap sebuah pintu dengan sebuah tulisan Kim Nam Joo. Tangannya bergetar saat ingin memegang gagang pintu itu. Ia tau gadis itu berbaring tak sadarkan diri sekarang, tapi entah mengapa perasaan takutnya tetap ada, ia masih belum bisa melupakan goresan luka yang Nam Joo berikan padanya.
Tiba-tiba pintu terbuka, dengan mata yang berbulat Kai menatap seorang pria paru baya yang kini menatapnya kaget. Ia kenal siapa pria itu, pria dengan senyum tulus yang sering menyambutnya dulu tapi itu dulu. Walaupun senyumannya sama tapi kedudukannya di hati Kai sudah berganti, dia bukan lagi ayah dari perempuan yang ia cintai tapi ia adalah ayah dari gadis yang telah memberinya luka.
“Jongin-ahh”
Kai hanya menatap pria itu dengan tatapan kosongnya, lalu mata Kai melihat pasti dibelakang lelaki itu ada sebuah ranjang tempat gadis itu terbatring dengan lemah.
“Apa kabar paman?” sapa Kai dengan menundukkan kepalanya.
“Baik. Aigo apa kau sakit?” tanya Pria itu dengan aksen yang agak berbeda.
“Hanya kelelahan, semua orang agak berlebihan, kurasa” jawab Kai mencoba untuk menstabilkan raut wajahnya.
“Sudah lama sekali yah”
“Apa kau ingin melihat Nam Joo?” tanya Pria itu dengan raut wajah yang kini berbeda.
“Apa boleh?”
“Tentu saja, bukankah kau adalah kekasihnya”
Pria itu masih menganggap Kai sebagai kekasih anaknya bagaimanapun juga pria itu tau kalau sampai saat ini alasan Nam Joo bertahan adalah Kai dan itu membuat pria itu masih mempunyai harapan besar pada Kai meskipun ia melanggar janjinya pada Nam Joo karena membiarkan Kai melihat Nam Joo.
Kai tidak sama sekali menanggapi pernyataan pria itu, dia hanya terus berjalan hingga sampai disalah satu sisi ranjang Nam Joo. Matanya mulai memerah, rasa takutnya tiba-tiba hilang saat melihat Nam Joo.
Kulit gadis itu pucat, kepalanya tertutupi sebuah topi, parasnya masih tetap memesona, merah bibirnya masih tetap menggoda tapi sayangnya gadis itu hanya tertidur dan tak bangun dari tidur panjangnya bahkan karena bantuan sebuah alat jantungnya bisa berdetak hingga sampai saat ini.
Kai sangat marah, ia marah kenapa gadis itu menyembunyikan penderitaannya kepadanya, kenapa gadis itu hanya merasakannya seorang diri dan kenapa gadis itu melarikan diri darinya saat dia benar-benar membutuhkan dirinya.
“Sudah lama sekali bukan?”
“Kenapa kau tak menjawab?”
“Apa kau tidak lelah terbaring terus seperti itu?”
“Bangunlah bodoh”
“Apa kau tidak merindukanku?”
Tanpa Kai sadari, air matanya menetes sedikit demi sedikit.
“Sejak kapan dia menderita seperti ini paman?” suara Kai benar-benar serak, matanya memerah dan berkaca-kaca.
Tanpa Kai sadari Ayah dari Nam Joo pun menangis kearah Kai. Jika ingin membayangkan bagaimana sakitnya Ayahnya, mungkin Kai tidak bisa menanggungnya. Bagaimana tidak baru sekitar 6 bulan ditinggal oleh istrinya kini harus anaknya yang menanggung kerasnya kesakitan yang istrinya tanggung dulu.
………..
Dio hanya mematung saat melihat dan mendengar Kai dari balik pintu kamar Nam Joo. Dada lelaki itu bergetar, janungnya berdetak. Benar-benar pemandangan yang menyedihkan. Ia baru menyadari kebodohannya akibat dari keegoisan yang ia pendam terus menerus.
Dengan gerakannya yang lambat dia mulai bergeser dan pergi menjauh dari pintu kamar Namjo. Apa yang diinginkan Dio sudah terkabul dan batas ikut campurnya sudah cukup.
Dio menunduk sambil berjalan dan tak sengaja menabrak seseorang, yakni Han Seun Yun.
“Mianhe” Dio menatap lebar Han Seung Yun. Bagaimanapun Dio kenal dengan kakaknya Yurin, karena sebelumnya yang ia tau adalah Seung Yun sebagai dokternya Namjoo.
“Aku baik-baik saja” ucapnya sambil tersenyum.
“Aku baru akan mengecek keadaan pacarmu” lanjut Seung Yun. Dio hanya tersenyum tipis mendengarnya.
“Aku bukan pacarnya Dokter Han, hanya teman biasa”
“Oh yah? Kupikir kau adalah pacarnya, kalau begitu kau adalah teman yang baik. Ingin pergi bersama?”
“Aku sudah menemuinya Dok, jadi aku permisi”
Seung Yun terseyum, “Baiklah hati-hati”
………………..
Yurin berjalan dikoridor, meliha beberapa foto-foto pemain basket yang terpajang di mading dan itu artinya lagi-lagi basket kampusnya menang.
“Kau darimana saja kemarin huh?”
Tiba-tiba suara Min Ra membuat Yurin berbalik. Yurin tau kalau Min Ra kali ini akan minta penjelasan yang sejelas-jelasnya karnah tingkah anehnya kemarin yah karena bagaimanapun Yurin mencoba menyembunyikannya pasti Min Ra akan membuatnya cerita.
“Kai sakit” jawab Yurin. Alis mata Min Ra bergerak.
“Kai sakit? Tapi ia main di babak pertama”
“Karena itu dia tidak main lagi dibabak-babak berikutnya”
Mereka melanjutkan pembicaraan mereka di kantin dan tanpa sengaja Dio memperhatikan keduanya. Entah mengapa saat Dio merasa dirinya sedang hancur saat melihat wajah Yurin membuat Dio nyaman. Begini, bukan maksud merebutnya dari Kai sekali lagi tapi untuk pertama kalinya Dio merasa dirinya terjebak dengan permainannya sendiri, padahal padawalnya, ia hanya ingin membua Kai cemburu. Hanya itu.
“Hai, kalian” tiba-tiba JB datang membua keduanya terkesiap sedangkan Dio masih tetap memperhatikan mereka.
“Sedang apa kau disini huh?” tanya Min Ra dengan wajah kesalnya.
“Kau kenapa? Aku hanya ingin duduk bersama kalian”
“Tapi kenapa harus sama kami?”
“Sudahlah, Min Ra biarkan JB disini toh aku suda bilang kalau JB dan aku sudah baik-baik saja dan sekarang suda jadi teman”
Oh ayolah sekali lagi JB merasa kalau perasaan Yurin padanya suda benar-benar terhapus, tapi perasaannya berbeda semakin ia mencoba menghapusnya semakin besar perasaan itu kembali tapi seperti janjinya pada Yurin, ia akan menepatinya untuk bisa menjaga Tunangannya.
“Kurasa JB tidak baik-baik saja” Min Ra paham bentuk ekspesi wajah JB saat mendengar perkataan Yurin.
“Come on”
“Lanjutkan pembicaraan kalian” JB mencoba mengambil alih topik.
“Jadi apakah sakit Kai Parah?” tanya Min Ra.
“Kai? Oh ayolah dia hanya demam, dia baik-baik saja” JB menjawab pertanyaan Min Ra membuat gadis itu melotot dan JB hanya tersenyum mengejek. Disamping itu melihat kelakuan kedua temannya itu membuat Yurin tersenyum.
“Yurin, sebenarnya urusan apa yang membuatnya terjebak dengan Kai?” tiba-tiba JB bertanya pada Yurin, membuat gadis itu menunduk.
“Tak usah dipermasalahkan, detik ini juga urusanku dengannya suda berakhir”
Keduanya terbelalak
“Benarkah?”
“Iya, jadi untuk merayakannya kalian makan sesuka kalian, nanti aku yang bayar”
Mata Min Ra kali ini hampir keluar.
“Gumawo, Uri chingu”
Yurin hanya tersenyum melihat tingkah Min Ra, gadis itu kemudian mengedarkan pandangannya dan tidak sengaja pandangannya bertemu dengan Dio. Gadis itu tersenyum sambil melambaikan tangannya.
“Dio, ayo kesini” teriak Yurin, dan secara tidak sengaja mengundang semua mata mengarah padanya. Yurin memukul jidatnya kemudian menutup wajahnya karena malu membua Dio hanya tersenyum.
Dio kemudian berjalan menuju tempat duduk Yurin, Min Ra dan Jb. Dio duduk tepat di hadapan Yurin. Mereka saling tersenyum menyapa bahkan Min Ra dan JB hanya menatap heran mereka bergantian.
“Kalian kenapa?” tanya Yurin saat merasakan tatapan Min Ra dan JB kini menghujaninya.
“Tidak apa-apa, hanya saja kalian akrab ternyata” ucap Min Ra.
Dio yang mendengarnya hanya tersenyum. Dio memaklumi apa yang dikatakan oleh Min Ra karena memang selama ini dia dan EXO jarang sekali bergaul dengan yang lainnya padahal dirinya dan EXO selalu terbuka, yah walaupun ada orang seperti Kai yang anti sosial tapi yang lainnya sanga terbuka.
“Aku akrab dengan semua orang kurasa” jawab Dio. JB hanya memutar bola matanya saa mendengarnya. Oh ayolah untuk seorang JB, Dio dan teman-temannya itu hanya sekumpulan orang yang notabene kaya dan hanya ingin berteman dengan sesamanya.
………………..
Kai kini hanya memandang langit, pandangan seakan terkunci tanpa menghiraukan yang lain. Memang benar pandangan Kai kearah langit tapi ketahuilah apa yang kini Kai pikirakan bahkan tidak ada sangkut pautnya dengan langit.
Entah mengapa perasaannya seakan gelisah karena tak memandang wajah gadis yang akhir-akhir selalu didekatnya. Oh ayolah, jangan bilang kalau pemaknaan perasaan Kai sudah saat dalam saat ia sudah melepaskan gadis itu pergi.
Kai adalah sosok yang tak pandai berbicara tapi pandai dalam pergerakan dan dia adalah sosok dengan tipe saat ia berbicara, ia akan melakukannya sesuai dengan apa yang dia bilang. Namun saat ini laki-laki ini merasa ingin mengkhianati apa yang dia katakan, ia ingin melepaskan apa yang ia punya dulu dan membiarkan hal yang ada sekarang tetap berada di sekitarnya.
Ia bingung. Ia merasa separuh dari dirinya kini kembali dan itu karena Namjoo namun dilain pihak hatinya terasa kosong saat Yurin tak berada di dekatnya. Kai bakan berpikir untuk tidak melepaskan keduanya, bolehkah ia merasa egois saat ini juga? Bolehkah ia ingin keduanya bersamanya? Oh tidak ini bahkan lebih berbahaya dari apa yang dia duga.
“Sial” gerutunya sambil mengertakkan giginya.
“Kau kenapa Kai?” tiba-tiba suara kakaknya mengagetkannya.
Kai berbalik dan menatap kakaknya dengan padangan datar, sedangkan Chemi hanya memperlihatkan Smirknya. Untuk seorang Chemi, urusan Kai merupakan urusannya juga dan semua kakak pasti akan membantu adiknya yang kesusahan.
“Masalah perempuan?” tanya Chemi, sambil berjalan mendekat ke arah Kai.
Kai tak menjawab.
“Oh ayolah, apa ini masalah Namjoo? Atau masalah Yurin? Atau kedua-duanya?”
Chemi betul-betul menampar Kai dengan semua pertanyaannya. Ia merasa seperti laki-laki brengsek saat mendengar kakaknya menyebutkan nama gadis yang berbeda di hadapannya.
“Kau membuatku seperti laki-laki brengsek” ucap Kai tanpa memandang kakaknya.
Chemi hanya tersenyum kecil.
“Kau memang brengsek Kai”
Jawaban Chemi membuat Kai tersenyum pada sudut bibirnya.
“Jadi sebenarnya kau kenapa Kai?”
Kai terdiam sambil memandang langit.
“Saat dia tak ada, aku merasa duniaku seakan direnggut oleh Namjoo tapi kemudian dia datang dan membuatku seakan lupa dengan sakit yang pernah kualami. Aku merasa dengan ada didekatnya terasa nyaman dan membuat kekosongan itu mulai pergi sedikit demi sedikit tapi Namjoo hadir dan rasa tanggung jawab akan dirinya muncul, aku mencintai Namjoo jadi kubiarkan dia pergi tapi perasaanku gelisah. Ah entalah”
Chemi hanya tersenyum memandangi wajah frustasi dari adiknya. Belum pernah Chemi meliha wajah seFrustasi Kai bahkan saat ditinggal Namjoo, Kai tidak sampai seFrustasi ini.
“Jadi pada intinya ini tentang Han Yurin?” tanya Chemi.
Kai mengerutkan keningnya. Ia tak sadar kalau ceritanya tadi ternyata menceritakan semua perasaan yang dia rasakan padan Yurin.
“Aku paham” ucap Chemi
“Paham apa?”
“Kau suka dengan Yurin”
Kai menatap tajam Chemi saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Chemi. Oh ayolah bukankah itu adalah hantaman yang berat untuk Kai bahkan sekarang sekarang Namjoo telah hadir lagi.
“Omong kosong” bantah Kai. Membuat Chemi hanya tersenyum lalu memukul kecil adiknya itu. Mungkin Kai masih belum bisa mengakuinya tapi Chemi sudah tau kalau pengaruh Yurin terhadap dirinya Kai.
“Semua pertanyaan yang ada di kepalamu hanya bisa kau jawab dengan sendiri Kai” Kai menatap dalam Chaemi sedangkan gadis itu hanya tersenyum kearah adiknya.
“Apapun jawabannya itulah yang terbaik” tambah Chaemi. Kai masih terdiam mencoba mencerna apa yang kakaknya maksud.
“Oh ayolah Kai. Aku bahkan bisa mendapatkan jawabannya hanya dengan menatap matamu” Kai menatap kakaknya dengan alis yang berkerut. Sekali lagi Chaemi berhasil membuat Kai merasa bingung. lalu kemeudian gadis itu tersenyum menepuk pundak adiknya dan pergi masuk ke dalam rumah.
Kai menjambak rambutnya kasar rasa frustasinya benar-benar merasuki dirinya hingga pikirannya benar-benar kacau sekarang. Sampai akhirnya suara deringan telepon genggamnya membuatnya tersadar.
“Yeoboseo?”
“……………”
“Aku akan segera kesana”
……………..
Yurin kini berada di galeri seni kampus. Tatapannya terhenti saat mendapati foto Kai disana terpajang. Ia tersenyum miris melihat foto itu. Entahlah akhir-akhir ini lelaki itu sering memenuhi pikiran Yurin.
“Apa yang sedang kau pikirkan Yurin” Yurin membuatnya tersadar lalu berjalan menjauh dari foto itu.
“Namjoo sudah sadar beberapahari ini” ucap Dio membuat Yurin berbalik. Yurin menatap Dio dengan tatapan tanda tanya-nya.
“Kau tau Namjoo kan?” tanya Dio lalu berdiri tepat di depan foto Kai.
“Ya, Dia kekasih Kai” Yurin mengbuskan nafasnya berat saat menyebutnya.
“Aku bersyukur dia sadar” sambung Yurin.
Dio hanya menatap Yurin. Tatapan gadis itu kosong. Entahlah Dio merasa perasaan Yurin kini mulai terjebak dengan perasaannya dan sungguh ini hal yang benar-benar buruk karena gadis itu akan bisa sakit hati.
“Apa kau menyukai Kai?” pertanyaan Dio membuat Yurin tersentak dan menatap Dio dengan mata yang melebar.
“Ma…na mungkin. Ayolah Dio bercandaanmu tidak lucu” Yurin benar-benar mati kutu ddi depan Dio. Selama gadis itu menanggapi pertanyaan Dio. Yurin sama sekali tak pernah menatap mata Dio.
Dio hanya tersenyum kecil disudut bibirnya. Ada sebercit perasaan yang tak bisa dia jabarkan. Ia tau kalau apa yang Yurin katakan itu bohong namun dirinya juga tak bisa menyimpulkan kalau gadis itu suka dengan Kai.
“aku bahkan bersyukur Kai tak pernah mengangguku lagi” sambung Yurin. Dio menatapnya.
“Bukan hanya itu, semenjak Namjoo sadar dari komanya Kai juga sudah jarang berkumpul dengan Kami. Begitupun dengan permainan basketnya”
Yurin hanya mengangguk mendengar penjelasan Dio mengenai Kai akhir-akhir ini. Perasaannya merasa lega tau bagaimana keadaan Kai walaupun dirinya sudah tak ada kaitannya dengan Kai tapi ia merasa seperti itu.
Memang terhitung tiga minggu Yurin dan Kai sudah tak saling mengabari setelah peristiwa ‘melepaskan’, bahkan Yurin tak pernah melihat lelaki itu di kampus bersama teman-temannya dan semua itu ternyata karena Namjoo telah sadar dari komanya.
…………….
Senja mulai terlihat di balkon rumah sakit, membuat Kai begitu menikmatinya. Kai berbalik melihat Namjoo tengah tidur pulas diranjangnya. Kai tersenyum kemudian menghampiri gadis itu lalu membenarkan letak selimutnya.
Baru saja Kai selesai menemani Namjoo melakukan kemoterapi dan gadis itu langsung tertidur.
Bunyi pesan masuk pada handphone Kai membuat Kai menuju balkon lagi. Matanya melebar saat melihat deretan foto-foto Yurin yang sedang bersama dengan Dio. Tangannya mengepal saat melihat bagaimana Yurin tersenyum di hadapan Dio.
Deringan telepon membuatnya sadar.
“Ternyata mereka dekat” ucap seseorang
“Sehun, tetap awasi mereka”
“Kau benar-benar membuatku menjadi penguntit”
“Aku menunggu informasi selanjutnya”
“tapi Kai-“ Kai mematikan telepon dengan sepihak.
Sudah tiga minggu ini Kai menyuruh Sehun untuk mematai-matai Yurin. bukan hanya di kampus saja tapi sampai Yurin pulang kerumahnyapun. Kadang Sehun merasa bingung dengan kemauan Kai tapi Sehun tau, Kai mempunyai rencana sendiri karena Kai adalah sahabat Sehun.
“Apa yang harus aku lakukan padamu Han Yurin?”
Tanpa Kai sadari sejak tadi Namjoo menatap Kai dengan pandangan sayunya. Ada banyak prtanyaan yang memutari Namjoo namun tak bisa ia ungkapkan dengan Kai karena jujur saja semenjak Kai ada bersamanya ia tak pernah merasakan Kai yang dulu, Kai yang mencintainya yang ia dapati hanya tatapan kosong dan senyum tak berarti.
…………………….
Dio baru saja membuka pintu kamar Namjoo membuat gadis yang terbaring itu tersenyum dengan bahagia. Entah kapan terakhir Dio dapat melihat senyum indah milik Namjoo seperti ini membuatnya merasakan kebahagiaan tersendiri.
“Aku sudah sembuh bukan?” tanya Namjoo dengan wajah yang tampak berseri
Dio hanya tersenyum lalu membawa bunga mawar merah kesukaan Namjoo ke vas bunga. Lalu Dio duduk di tepi kasur milik Namjoo.
“Kau sangat cantik”
“Apa kau baru menyadarinya?” Dio hanya tersenyum menanggapi bercandaan Namjoo.
Dio hanya tertawa namun snyuman Namjoo tak berlangsung lama. Ada sesuatu yang Namjoo pikirkan akhir-akhir ini. Yah gads itu merasakan ada yang aneh pada Kai. Ia measa benar jika tubuh Kai berada disini tapi entahlah gadis itu tau kalau pikiran dan hati laki-laki itu tak ada disini bersamanya.
“Dio” panggil Namjoo membuat Dio menatapnya.
“hm”
Namjoo menarik nafas panjang lalu menatap Dio dengan tatapan yang serius. Sedangkan Dio mulai gelisah, Dio tau pasti ada yang salah dengan Namjoo dan Kai. Padahal ia sudah berusaha untuk tak membuat sesuatu yang salah diantara kedunya.
“Selama aku tak disini, apakah Kai menyukai gadis lain?” tanya Namjoo dengan nada suara yang serak. Sungguh ia merasa sangat sakit di dada jika memikirkan hal itu.
Dio mengepalkan tangannya. Ia tak tau harus menjawab Apa. Jika ia menjawab Iya, ia takut Namjoo akan kambuh lagi namun jika ia menjawab Tidak, ia akan berbohong.
“Kumohon jujurlah padaku Dio”
……………………………………………..
Yurin berguling-guling di kasurnya. Hari ini dia sendirian lagi di rumah, seperti biasa Ayah dan kakaknya sedang sibuk di rumah sakit. Tiba-tiba handphonenya berbunyi mengagetkannya. Dengan gerakan yang cepat ia mengambil handphone itu di tas-nya dan Heol, itu adalah telepon dari KAI.
Jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Ayolah setelah tiga minggu tak saling berkomunikasi tiba-tiba namja itu menelponnya. Jika jujur di kepalanya ia akan menolak namun jika a mengikuti kata hati-nya ia akan menjawab telepon itu.
“Yeoboseo”
Ucap Yurin dengan nada bergetar. Namun hanya suara tarikan Nafas disana, ditambah suara hujan deras semakin membuat Yurin tak bisa mendengar apa-apa.
“Yeoboseo, Kai?”
“Yurin”
Mata Yurin berbulat saat mendengar Kai menyebutkan namanya. Entah mengapa ia merasa senang saat laki-laki itu mulai menyebutkan namanya dengan nada yang sangat lembut.
“Kai, ada apa?”
“Aku ada di depan rumahmu”
Lagi-lagi mata Yurin melebar. Bagaimana mungkin laki-laki itu ada di luar padahan sekarang sedang hujan deras. Dengan cepat dia membuka jendelanya dan Heol, laki-laki itu berdiri disana. Yurin bisa melihat raut wajah putus asa Kai disana. Dengan cepat gadis itu berlari dan segerah mengambil payung.
Sesaat Yurin membuka pintu pagar saat itulah Kai langsung memeluk gadis itu dengan erat. Payung Yurin terjatuh dan hujan berhasil membasahi keduanya. Jantung Yurin berdegup dengan kencang. Jika saja tidak hujan, wajahnya pasti akan terliat sangat merah sekarang.
“Kai”
Ucap Yurin dengan lembut. Ia tak tau mengapa Namja ini tiba-tiba saja muncul dihadapannya dan memeluknya dengan sangat erat. Pelukan yang seakan tak ingin membiarkan Yurin pergi.
Bukannya mengendur tapi pelukan itu bertambah kencang. Bisa Yurin rasakan Kai mulai menenggelamkan wajahnya di balik leher Yurin. Gadis itu hanya bisa diam. Ia bahkan ragu untuk membalas pelukan yang jujur saja ia rindukan.
“Jangan pergi”
Alis Yurin bertautan saat mendengar Kai berucap.
“Aku ada disini Kai dan kau memelukku bagaimana aku bisa pergi”
Kata-kata Yurin membuat Kai seketika tersenyum dibalik pelukannya. Oh tubuh mungil daengan aroma Khas yang sangat Kai rindukan. Ia sudah tak bisa menahan perasaannya, perasaan jika ia sangat merindukan gadis itu.
“Aku sangat merindukanmu”
Kai berucap membuat jantung Yurin memompa dengan kencang dan dengan gerakan refleks-nya dia membalas pelukan Kai. Saat itulah Kai tersenyum.
“Bolehkah kutarik perkataanku?”
“Aku…aku tak akan melepaskanmu Yurin”
TBC
Note : Yuhuuuuuuuuuu……….. hello. nggak lupa saya aku kan? hehe maaf yah baru muncul sekarang. setelah berbulan-bulan tak update sekarang aku bawa Loveliness buat kalian. semoga kalian suka yah maaf banget oh kalau ceritanya ambur adul. soalnya Nb ku yang dulu rusak jadi aku lanjutinnya di Laptop ayahku. oh iya sudah baca annoucement dri aku kan? aduh minta maaf banget untuk. penggemar The chronicles of Kimi yah aku harus hentikan penulisan. oke thanks buat nunggu yah. jangan lupa RLC oke :)