Quantcast
Channel: kim-jongin « WordPress.com Tag Feed
Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

Anniversary

$
0
0

Aku tidak berniat merebutmu, tapi merebut kembali waktu sahabatku.

.

.

Agaknya sudah dua bulan Jongin tidak bertandang ke lapangan. Meski begitu, Kyungsoo tetap menyempatkan diri untuk menyusul teman berkulit lumayan gelap tersebut sepulang sekolah sehabis berganti baju santai—awalnya—yang makin lama semakin berkurang intensitasnya menjadi hanya tiap akhir pekan.

Kali ini, Kyungsoo datang dengan membawa buah tangan.

“Kkamjong, ayo main,” ajak Kyungsoo suatu siang, setelah setengah jam berkeriau memanggil nama Jongin di depan pagar kayu rumah sohibnya.

Jongin menyembul di antara sela daun pintu pagar dan kosen sambil mengoyak rambutnya dengan handuk sewarna tulang. Oh, pantas dia lama sekali. Tapi mandi selama setengah jam untuk seorang lelaki membuat Kyungsoo tak habis pikir. Itu terdengar sangat tidak maskulin.

“Aku tidak bisa, Kyung.”

Percaya atau tidak, jawaban Jongin sesuai prediksi Kyungsoo.

“Kita sudah lama tidak bermain, Jong, anak-anak yang lain sudah menunggu.”

Dan percayalah, itu sekadar pancingan Kyungsoo.

“Tapi aku sudah janji menemani Soojung ke mal.”

Tepat!

“Kali ini mencari apa lagi, sih? Minggu kemarin ‘kan kalian sudah ke sana.”

“Katanya mau beli celana sobek yang sedang hits itu, lho.”

“Duh, aku juga bisa kalau cuma begitu. Mana celananya? Kusobekkan sini.”

“Kalau di tanganmu nanti bisa-bisa jadi gombal, Kyung.” Jongin tergelak—tapi Kyungsoo tidak. “Terus hari ini juga mau memperingati hari jadi ke-dua-bulan-sepuluh-hari kami. Jadi tolong katakan pada teman-teman kalau aku berhalangan datang, ya.”

“Bukannya berhalangan, kau memang sudah melupakan kita sekarang.”

Lho, Kyung, jangan begitu—oh! Itu Soojung.”

Kyungsoo disuguhi pemandangan mobil sport merah yang terparkir sembarangan begitu menoleh ke belakang, lantaran pintu pagar kayu rumah Jongin yang berukuran semeter tidak muat apabila dimasuki kendaraan roda empat. Pacar Jongin yang juga Kyungsoo kenal bernama Soojung dari marga Jung keluar dari mobil tersebut dengan kacamata hitam tersangkut di batang hidung bangirnya. Oh, gadis itu betapa keren dan elegan untuk seukuran siswa SMA tahun ke-dua seperti mereka.

Hampir Kyungsoo turut jatuh cinta, namun seketika batal tatkala kembali melihat mobil sport merah yang melintangi tengah jalan di mana ban depannya melindas tanaman milik tetangga sebelah Jongin. Bagaimanapun gadis itu cukup beruntung karena kediaman Jongin terletak dalam gang yang jarang digunakan lalu lalang kendaraan—kecuali penduduk gang itu sendiri.

“Sampai sekarang kau belum selesai juga?” tanya sang gadis yang tertangkap sarkastis dalam koklea Kyungsoo, ketika jaraknya tersisa tiga langkah dari keberadaan Jongin.

“Tunggu sebentar, ya, Soojung. Aku enggak akan lama, kok,” katanya terburu-buru lantas amblas dari ambang pintu.

Saat itulah Kyungsoo teringat sesuatu, mengeluarkan secarik kertas tebal mengilap dari dalam saku.

“Kudengar, sekarang itu hari jadi kalian yang ke-dua-bulan-sepuluh-hari, ya?” Begitulah Kyungsoo memulai konversasi, membuat Soojung memalingkan perhatian dari ponselnya sekadar untuk menatap lelaki berlensa pekat yang mengenakan jersey Manchester tersebut.

“Jongin yang memberitahumu?”

“Memangnya siapa lagi?”

Soojung tampak tersipu mendapat balasan Kyungsoo.

“Kau bisa sesenang itu, ya, cuma karena pacarmu terus menghitung waktu?”

“Kau bakal tahu rasanya kalau mengalaminya sendiri, Kyungsoo.”

“Kupikir itu tidak berarti,” kritiknya sambil menelengkan kepala, memandang remeh gadis yang memelototinya setelah melepas kacamata hitam. “Memangnya kalau Jongin selalu menghitung hari-hari selama menjadi pacarmu, itu pertanda kalau dia benar-benar hanya setia padamu?”

“Kupikir kau bukan tipe orang yang menusuk temanmu sendiri dari belakang, Do Kyungsoo.”

“Oh, sejak kapan orang yang cuma bertanya disebut seseorang yang menusuk teman sendiri dari belakang? Apa menurutmu aku sedang berusaha merebutmu dari sahabatku?”

“Aku baru tahu ternyata kau pandai bicara.”

“Memangnya sejak kapan kau benar-benar mengenalku?” Seringai Kyungsoo terulas separuh kala pandangannya mengarah ke bawah, mendapati tangan perempuan keturunan Jung tersebut menggantung di samping badan dalam keadaan mengepal seolah siap meninju dirinya. Lalu Kyungsoo sigap menjawat lengan Soojung ketika gadis itu hendak melarikan diri dengan memasuki pagar rumah Jongin. “Tunggu dulu, aku punya hadiah untuk hari jadi ke-dua-bulan-sepuluh-hari kalian.”

Sayangnya Soojung naik darah duluan begitu Kyungsoo mengulurkan kertas tebal mengilap di tangan kanannya.

:::

Jongin nyaris membuka pintu pagar ketika kekasihnya menerobos masuk tiba-tiba. Dengan wajah merah padam dan napas menderu, Soojung menampar Jongin dengan mengatasnamakan secarik kertas foto yang kini diremas oleh gadis itu dan dibantingnya ke tanah.

“Jangan pernah menyebutku sebagai pacarmu lagi, Jongin!” Soojung menggertak. Ditamparnya pipi Jongin lebih keras. “Kau menjijikkan!”

“Ap-apa yang terjadi? Kenapa sikapmu mendadak begini, Soojung? Apa yang salah denganmu?” Jongin berusaha menggenggam tangan sang gadis namun seketika dihempas kasar hingga ia sendiri merasa nyeri.

“Apa yang salah denganku?! Dasar tidak tahu malu!”

“Soojung! Jung Soojung!”

Soojung telah bertolak dan rupa mobilnya tak tampak lagi setelah berbelok di persimpangan jalan. Jongin memasuki pagar rumahnya kembali dan baru menyadari jikalau Kyungsoo juga sudah pergi. Sorot pandangnya melemas, tak sanggup terangkat ke atas. Hingga saat dia menyadari sekepal kertas yang diremas Soojung tadi, Jongin memungutnya, membukanya, dan terkejut setengah mati.

Itu adalah foto dirinya berpelukan dengan salah satu teman sekelasnya.

Tapi Jongin bersumpah bahwa ia tidak amnesia dan sungguh tidak pernah memeluk Kang Seulgi.

Jongin mencengkeram helai rambutnya kuat. Tanpa mengharapkan suatu kejutan lebih, ia membalikkan kertas foto tersebut.

Dan ia menemukan tulisan mini yang membuatnya makin mengeratkan gigi.

Edited by: Kyungsoo.

Soojung tidak benar-benar mempercayaimu, Jong. Lebih baik kau kembali ke lapangan dan bermain bersama kami lagi.

.

.

-end-


A/N:

  1. Saya bersama Kaisoo mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin ((sungkem)).

Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

Trending Articles