Author : Lightmover0488
Main cast : Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Luhan, Kim Jongin, Park Aeri, Jo Hyunji
Additional cast : Oh sehun
Genre : Mistery, Pg15, Family, Friendship
Lenght : Chaptered
Disclaimer : COPYRIGHT BY LIGHTMOVER0488
===
Happy reading ^^
.
Chanyeol PoV
Aku menatap pelayan yang hilir mudik membawa nampan-nampan besar yang penuh dengan makanan. Mereka bisa begitu hebat membawa semuanya hanya dengan satu tangan dan begitu cekatan menghidangkannya satu persatu ke meja di hadapanku. Lalu pandanganku beralih pada Luhan yang menatap makanan -makanan itu dengan mata yang berbinar -binar seperti anak kecil yang menemukan permen di jalan. Baekhyun yang tampak bahagia mengabsen menu setiap piring untuk memastikan semua pesanan kami sudah datang. Aeri yang sedang menatap lobster besar di tengah meja dengan pandangan heran. Aku pun tidak bisa menahan senyumku. Bagaimana bisa orang-orang di sekitarku bisa melakukan hal-hal yang ajaib semacam itu? Ah, sungguh menyenangkan mengamati tingkah mereka.
“Eomonim!”
Aku menegakkan punggungku saat Aeri tiba-tiba memekik dan refleks mengikuti arah pandang Aeri. Seorang wanita setengah baya yang tampak masih sangat cantik dan stylist berjalan ke arah kami beberapa detik setelah Aeri memanggilnya. Aku pun langsung memasang senyum terbaikku ketika mengenali wajah ramah dan senyuman hangat yang dimiliki wanita itu.
“Aaah Aeri-ya!” Wanita itu langsung memeluk Aeri begitu sampai di meja kami. “Kalian juga ada disini?” Dia pun beranjak untuk memeluku dan Luhan ketika menyadari keberadaan kami. Dan kini pandangannya berhenti pada Baekhyun yang langsung berdiri dan menundukkan badan dengan sopan, “Anyeonghaseyo, Byun Baekhyun imnida,”
“Dia partner kami yang baru, eomonim. Keluarga baru kami,” Luhan angkat suara di bangkunya membuatku mengangguk-angguk kan kepala mendukung pernyataannya.
“Oh ya? Wah kau tampan sekali. Apakah untuk jadi polisi sekarang harus tampan? Ck, lihatlah kalian bertiga, aigoo..” Wanita yang kami panggil eomonim itu tersenyum hangat sambil mengusap pipi Baekhyun dan kami pun tertawa senang.
“Haaaah kalian berkumpul disini dan anak nakal itu terlalu sibuk mengurusi jenazah dan keluarga orang lain sampai melupakan keluarganya sendiri. Bahkan aku sampai kelaparan karena menunggunya menjawab telepon,” Ucapnya kemudian sesaat setelah mendudukkan badannya di samping Aeri. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Begitulah, wanita yang kupanggil eomonim itu selalu mengutarakan apa yang ada dalam kepala dan hatinnya, sama seperti Hyunji. Ah, tentu saja karena mereka adalah ibu dan anak. Sejak pertama kali Aeri dekat dengan Hyunji, ibunya bersikap sangat baik padanya. Bahkan kepadaku sampai saat ini. Setelah Hyunji memutuskan untuk tinggal di rumah kami pun, Nyonya Jo–maksudku eomonim sering berkunjung untuk membantu mengurus ini dan itu yang tak pernah terjamah oleh kami karena sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku dan Aeri memanggilnya eomonim, karena dia sudah seperti ibu kami sendiri. Kebaikan dan perhatiannya pada kami membuat kami nyaman dan merasa seperti tak pernah kekurangan kasih sayang seorang ibu, walaupun kami yatim piatu.
“Permisi, apa restoran ini melayani pesan antar?”
Aku menoleh saat mendengar eomonim kembali bersuara. Dia berbicara pada pelayan yang melewati meja kami. Tanpa harus bertanya pun aku tahu eomonim akan membeli dan mengirimkan makanan untuk Hyunji. Melihat kedekatan ibu dan anak itu terkadang membuat hatiku seperti mengempis. Sangat terasa kekosongan di dalamnya. Apalagi saat melihat Aeri, adikku yang kelihatannya tegar itu memandang dengan tatapan yang sulit diartikan pada interaksi Hyunji dan eomonim. Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa kan jika Tuhan memang lebih menginginkan orang tua kami untuk bersama-Nya? Kami sudah sangat bersyukur dengan kehidupan yang kami miliki. Hidup yang tak pernah kekurangan karena kami memiliki sahabat baik yang selalu mendukung kami. Ya, Hyunji! Aku sangat bersyukur kami memilikinya.
“Ne,”
“Oh baiklah, aku pesan cake ini 4, take away dan tolong diantar kan ke Shinha Hospital Center untuk Jo Hyunji-ku yang cantik,”
Aku terkikik pelan. Bukan karena kalimat yang eomonim lontarkan tapi karena ekspresi yang berubah di wajah pelayan itu begitu eomonim menyelesaikan pesanannya dengan menyebutkan Jo Hyunji yang cantik. Aku melirik Luhan dan Aeri yang sepertinya tersenyum geli karena alasan yang sama. Bagi kami yang sudah sering berada di sekitar eomonim dan Hyunji hal semacam itu seperti cemilan sehari-hari. Eomonim akan banyak mengatakan Hyunji cantik, Hyunjiku yang baik, Hyunjiku yang terbaik dan sebagainya. Memang terdengar sangat berlebihan saat pertama kali mendengrnya, tapi begitu mengenal mereka berdua aku merasakan sesuatu yang hangat di dadaku setiap mendengar hal semacam itu. Sapaan yang terucap begitu tulus dari hati itu tidak terdengar berlebihan lagi. Ya begitulah eommonim, yang selalu menyayangi dan memuja anak gadisnya. Seakan rela memberikan apapun di dunia agar bisa membuat gadis itu bahagia. Untuk hal yang satu ini aku berkata serius, bahkan aku berani menjaminnya, eommonim akan memberikan nyawanya sekalipun jika Hyunji memintanya. Karena aku pernah melihatnya sekali, dulu..
“Ne. Algeseumnida,” Ucap pelayan itu begitu bisa mengontrol ekspresinya.
Sesaat setelah pelayan itu undur diri aku merasa Aeri yang duduk di sebelahku tiba-tiba terlalu banyak bergerak seperti sedang panik, “Eomonim, Itu.. hyun…” Perasaanku pun langsung terkonfirmasi saat Aeri membuka mulutnya dan mengutarakan sesuatu dengan ragu. Tapi belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, suara lain menginterupsi perhatian kami.
“Eomma?”
Aku memutar kepalaku. Seorang gadis yang mengenakan dress selutut berwarna Kuning bermotif bunga berwarna orange yang terlapisi blazer putih dengan aksen pita berwarna emas di kedua ujung lengannya dan sepatu sneaker hitam itu berdiri sambil menenteng tas kerjanya. Wajahnya agak kusam, tapi masih tetap cantik. Rambut pendek sebahunya dijepit keatas dan menyisakan beberapa helai yang terkulai lemas di sekitar lehernya karena terlalu pendek untuk bisa ikut terjepit.
“Omo! Anak kesayanganku, Hyunji…”
Suara heboh eommonim pun langsung terdengar. Wanita setengah baya itu bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Hyunji, memeluknya, dan membimbingnya ke meja kami. Ya, gadis itu adalah Hyunji.
Aku hanya bisa tersenyum melihat Hyunji yang tampak kebingungan, lalu duduk di samping ibunya, “Kenapa eomma bisa ada disini?”
“Bukankah kau tahu kalau Eomma akan bertemu Aeri. Kau sendiri.. eomma meneleponmu ratusan kali kenapa kau tak mengangkatnya? Tau-tau kau ada disini sekarang,”
“Silent mode. Aku baru akan menelepon, tapi malah melihat eomma disini. Mianhae,” Aku menatap Hyunji yang terkikik pelan dan memasang aegyo di depan ibunya. Mata kecilnya menghilang begitu saja saat ia tertawa.
“Keurae, Gwaenchanaa..” Jawab eommonim yang membuatku Luhan dan Baekhyun tertawa. Karena bersamaan dengan jawaban itu, eommonim juga membalas Hyunji dengan aegyo. Lalu Eomonim melihat ku sekilas kemudian memukul bahuku pelan, dan kami masih terus tertawa bahkan saat eomonim angkat suara lagi. “Kenapa kau memakai sepatu seperti itu untuk bekerja? Paling tidak cocokkan dengan bajunya, ish, pilihanmu hari ini jelek sekali. Mana bisa dress begini berdampingan dengan sneaker?”
Aku menghentikan tawaku dan melirik sepatu yang dikenakan Hyunji. Benar juga, dia mengenakan sneaker. Padahal tadi pagi seingatnya Hyunji memakai setelan baju yang sama juga sepatu kerja hak tinggi warna putih-emas. Apa dia membawa sepatu ganti? Tunggu dulu, sepatu ganti?
“Ehm? Ini milik Aeri, sepatuku dipakai anak itu untuk liputan langsung tadi siang,”
Hyunji menjawab pertanyaan ibunya dengan enteng. Tapi menjadi sesuatu yang berat untukku yang mendengarnya. Tentu saja, perasaan tidak enak itu langsung menyerang hatiku. Kulihat wajah eomonim dengan perasaan tidak enak. Wanita itu masih memandangi Hyunji yang sedang menyemprotkan hand sanitizer ke tangannya sambil tersenyum, entah senyum apa itu. Tak lama pandangannya beralih pada seseorang di sampingku. Aku pun mengikuti arah pandangnya dan melihat Aeri yang tengah senyum aneh karena malu. Baguslah anak itu masih punya perasaan malu!
“Haah,” Eomonim menghembuskan napasnya. Kemudian tersenyum hangat pada Aeri, tangannya pun terulur mengusap puncak kepala Aeri dengan lembut. Hatiku pun kembali menghangat dan otomatis ikut tersenyum kearah-nya.
Author POV
“Lalu kenapa kau ada disini? Aeri memberitahumu kalau eomma ada disini, eo?” Eomonim kembali bertanya pada Hyunji yang saat ini sudah bersiap untuk mencucuk(?) potongan daging di meja. Tanpa menoleh pada ibunya, ia menjawab, “Aniyo, aku disini karena aku dan Aeri sepakat bertemu untuk makan malam di sini,”
“Ish kau bahkan selalu menolak saat eomma ajak makan malam bersama..”
“Ini karena Aeri bilang akan menraktirku,”
“Memangnya eomma menyuruhmu membayar makananmu sendiri saat makan bersamaku?”
Emonim berdecak dengan menonyor pelan pelipis Hyunji yang sontak terkikik geli seraya menoleh pada Aeri.
“Jadi apa yang akan kau tanyakan sayang?” Tanya Nyonya Kim pada Aeri yang sudah siap dengan peralatan menulis dan recorder di depannya.
Aeri berdeham singkat, lalu memperbaiki posisi duduknya setelah ia menekakan tombol start pada recordernya, “Begini eomonim, aku mendengar dari Hyunji bahwa sebelum kasus penyelewengan dana oleh direktur Kim, Eomonim dan direktur lainnya mengetahui bahwa dia terlibat skandal?”
“Iya benar,”
“Darimana anda mengetahuinya?”
“Tentang skandal? Kami menerima Broadcast Message,”
“Broadcast Message? Eommonim masih menyimpannya? Bolehkah kami melihatnya?” Baekhyun yang mulai tertarik dengan wawancara itu pun membuka suara.
“Ah sayang sekali.. Aku sudah tidak memilikinya. Eotteokke…” Jawab Nyonya Jo dengan wajah sedih pada Aeri dan Baekhyun.
Aeri berniat menimpali jawaban Nyonya Kim tapi mengurungkan dengan segera saat Luhan sudah menyuarakan pikirannya terlebih dahulu, “Apa ada orang lain yang memilikinya?”
Senyum lega tergambar jelas di wajah Nyonya Jo saat Luhan selesai mengutarakan pertanyaanya. “Ah! Ne. Semua direktur Gaesang, investor dan pemilik saham menerima BC itu. Jika kau bertanya pada mereka, mungkin masih ada yang menyimpannya,”
“Bolehkah saya meminta kontak yang kiranya bisa saya wawancarai sehubungan dengan itu?” Chanyeol merasa tidak bisa membendung semangatnya untuk bertanya. Instingnya mengatakan mereka akan menemukan titik terang baru untuk kasus ini. Dan senyum keempatnya pun seketika melebar saat Nyonya Jo menganggukkan kepala sambil tersenyum dan segera mencari ponselnya di dalam tas.
“Chankaman! Broadcast Message Gaesang?” Hyunji yang sejak tadi hanya diam menikmati makanannya tiba-tiba menarik seluruh perhatian padanya. “Broadcast Message Gaesang?” Ia mengulangi pertanyaanya sambil mengacungkan garpu ke depan wajah Aeri, lalu menolehkan kepala menatap ibunya. Ketika Aeri dan ibunya menganggukkan kepala, ia dengan segera menarik tangannya, memasukkan garpu itu ke dalam mulutnya dan menggigitnya. Sedangkan tangan yang tadi ia gunakan untuk memegang garpu ia masukan ke dalam kantong blazernya. Tak berapa lama, ia mengeluarkan ponselnya, mengutak-atiknya sebentar, lalu memasukkannya kembali ke dalam sakunya. Kemudian membebaskan garpu dari mulutnya, dan mulai memakan makanannya lagi.
Sementara semuanya masih terdiam bingung dengan kelakuan Hyunji. Tiba-tiba Smartphone Aeri berbunyi dan sebuah pesan pun masuk. Aeri meliriknya dan begitu melihat isi pesan dan pengirimnya yang ter pop-up di layar ponselnya ia menatap Hyunji dengan pandangan aneh.
“Ne. Aku memilikinya dan sudah kukirimkan padamu,” Ucap Hyunji dengan tatapan polos menjawab pertanyaan yang tak diucapkan oleh Aeri
“Jinjja? Bagaimana kau bisa memilikinya?”
“Eomma yang mengirimkannya padaku saat menerima BC ini dan membuatnya jadi bahan lelucon. Tidak ingat?” Hyunji menolehkan kepalanya meminta persetujuan dari ibunya dengan menaikkan kedua alisnya.
“Yaa, mana mungkin eomma membuat lelucon tentang hal semacam itu? Kau ini..” Nyonya Jo mendorong bahu Hyunji pelan, berusaha menyembunyikan rasa malunya. Dan Hyunji hanya mendesis tidak jelas karena mulutnya masih penuh dengan makanan.
“Apa eomonim tahu siapa Campaign Girl yang dimaksud dalam skandal itu?” Tanya Park Chanyeol mengembalikan fokus pada wawancara yang sedang dilakukan. Dengan bukti mengenai Broadcast itu mereka telah satu langkah lebih maju dari sebelumnya, sekarang hanya harus mengkonfirmasi identitas Campaign Girl itu untuk bisa melangkah lagi.
“Aniyo. Kami hanya menerima pesan itu, awalnya kami tidak percaya dan menduga ini adalah ulah orang iseng. Tapi, beberapa hari kemudian kami melihat video direktur Kim dan seorang wanita. Sepertinya wanita itu Campaign Girl yang dimaksud,”
Baekhyun dan Luhan menegakkan punggungnya dengan segera, kemudian saling berpandangan ketika mereka merasa memiliki petunjuk baru. Sangat tertarik dengan pernyataan yang baru saja dilontarkan oleh Nyonya Jo. “Apakah eomonim memiliki videonya?”
“Aniyo. Aku melihat video itu bersama yang lainnya pada saat rapat direksi yang membahas mengenai usulan pergantian Presdir,” Jawab Nyonya Jo dengan suara setengah berbisik.
Chanyeol mengerutkan keningnya lalu menatap Luhan dan Baekhyun di hadapannya, “Bukankah ini terdengar seperti konspirasi?”
Tidak ada seorangpun yang menjawab pertanyaan Chanyeol. Semua terdiam dengan pikiran masing-masing. Termasuk Hyunji yang sejak tadi hanya diam, karena merasa tidak enak menganggu pekerjaan keempat temannya. Padahal kalau hanya cerita itu, Hyunji juga mengetahuinya dari awal sampai akhir karena ibunya selalu menceritakan kejadian apapun yang dialami ibunya pada dirinya. Tapi, mungkin karena mereka ingin mendapatkan informsi asli dari orang yang benar-benar menjadi saksi dalam hal ini makanya mereka mewawancarai ibunya, jadi Hyunji tidak mau menganggu mereka.
“Kim Hyunji-ssi?”
Hyunji memutar kepalanya ke arah suara yang baru saja menariknya kembali dari keheningan. Begitu juga dengan lima orang yang duduk di sekitar Hyunji, “Ah, Selamat malam, wakil direktur Kim,” Hyunji segera berdiri dan membungkuk sopan di depan pria muda pemilik suara yang tadi memanggil namanya.
“Ah, ternyata benar itu kau. Kau sedang makan bersama teman-temanmu?” Pria muda berwajah tampan dengan kulit tidak terlalu putih itu tersenyum sangat menawan ke arah Hyunji dan membuat Chanyeol berekspresi aneh.
“Ne. teman-temanku dan… ini ibuku,” Jawab Hyunji sopan sambil mengkode ibunya untuk mengucapkan salam.
Senyum pria itu semakim melebar masih dengan senyum menawan yang sama ia mengalihkan tatapannya pada Nyonya Jo, “Oh, Benarkah? Anda istri dari Jaksa Jo Kwangmin? Annyeong hayesyo, Kim Jongin imnida,” Katanya kemudian sambil membungkuk sopan kemudian mengulurkan tangan kanannya di hadapan Nyonya Kim.
Nyonya Jo segera berdiri dan menjabat uluran tangan pria bernama Kim Jongin itu. “Ah iya, Saya istri jaksa Jo sekaligus ibu dari Jo Hyunji, Kwon Daemi,”
“Jongin-ssi adalah wakil direktur Seoul Hospital, eomma. Putra kedua Presdir Kim,” Ucap Hyunji pada ibunya sambil tersenyum riang.
“Aaah, itu berarti kau sodara dari Kim Jongdae?” Tanya Nyonya Jo tak kalah riang.
Jongin tergelak cukup keras selama beberapa saat, “Ye, eomeoni sepertinya anda mengenal saudara saya,”
“Tentu saja, karena saya mengenal semua teman Hyunji, dan Jongdae adalah rekan kerjanya. Dia anak yang sangat baik,”
“Benarkah? Anda mengenal semua teman Hyunji?” Jongin masih mempertahankan senyum sopannya kemudian mengedarkan pandangan ke arah Aeri, Chanyeol, Luhan dan Baekhyun, “Aah, tentu saja saya tidak meragukannya,”
“Sebenarnya saya dan suami saya termasuk tipe orangtua yang posesif, mungkin karena Hyunji adalah anak kami satu-satunya. Kami tidak membiarkan putri kami berteman tanpa pengawasan kami, karena itu kami merasa harus mengenal semua teman Hyunji,” Nyonya Jo bercerita begitu saja tentang keluarganya pada Jongin. Yah, sifat sangat terbuka ibu Hyunji itu memang susah sekali dibatasi.
“Ye, sepertinya saya bisa memahaminya,” Jongin manggut-manggut sambil tersenyum geli, “Kurasa itu memang perlu, karena anak anda terlalu mencolok. Anda harus menyuruhnya mengurangi kecantikannya saat keluar dari rumah,”
Senyum Hyunji dan ibunya lenyap seketika, berganti dengan tatapan bingung dan salah tingkah. Begitu juga empat orang yang duduk di kursi belakang mereka. Mereka menolehkan kepala secara tiba-tiba saat pria itu mengucapkan kalimat yang.. erh bisa dikategorikan kalimat rayuan itu. Mereka sudah sering mendengarkan kalimat semacam itu dari mulut Luhan, tapi entah mengapa kali ini kalimat yang mereka dengar itu membuat mereka merasa aneh.
Melihat perubahan di sekitarnya, Kim Jongin justru kembali tertawa. Masih dengan mempertahankan senyum menawannya ia undur diri, “ Kalau begitu saya permisi, eomeoni, Hyunji-ah. Mungkin setelah ini kita akan lebih sering bertemu,”
Hyunji dan ibunya, juga yang lainnya menganggukan kepala sopan mengantar kepergian Jongin. Kemudian kembali duduk dengan kikuk.
“Aigo, aku tidak menyangka Jongdae punya saudara setampan itu. Mereka berdua benar-benar tampan. Tapi, tidakkah kau merasa kalau mereka tidak mirip?”
Hyunji menatap ibunya saat ibunya mulai berkomentar, tepat seperti dugaannya, “Oh, Semua orang juga bilang beg–Omooo, kenapa wajah eomma begitu? Tidak perlu sedalam itu memikirkannya eomma, kami tidak dekat,”
“Arasseo, Hanya saja eomma tetap penasaran, mereka berdua mengatakkan kau cantik secara langsung di depan eomma. Dan juga bilang setelah ini mungkin akan sering bertemu dengan ku. Siapa tau satu dari mereka nanti bisa jadi menantuku,”
“Yaa!”
“Ah, benar juga, itu mustahil. Mereka tidak mungkin jadi menantuku, karena kau menyukai orang itu,” Nyonya Kim melirik kearah Chanyeol singkat, kemudian membuat ekspresi putus asa yang dibuat-buat. “Kasihan sekali anakku yang cantik. Sepertinya orang itu tidak tahu kalau kau menyukainya. Salahmu sendiri hanya menyimpannyaa selama ini,”
“Eomma hentikan!”
Mendengarnya dari eomeoni, Aeri sontak menahan tawanya entah karena apa, ekspresi Hyunji benar – benar membuatnya geli sekaligus gemas. Dia tidak habis pikir, Hyunji begitu rapi menyimpan perasaannya pada Kakak kandungnya sendiri selama bertahun – tahun penuh tanpa kecurigaan dari Chanyeol. Ya ampun, Aeri tidak bisa membayangkan jika Oppa-nya itu mengetahui semuanya.
Melihat hal aneh itu Chanyeol Luhan dan Baekhyun yang sedari tadi memperhatikan sontak menelengkan kepalanya karena tingkah Aeri barusan.
“Oppa.. ada sambal di bibirmu..” Ujar Aeri mengalihkan perhatian kakaknya sambil menunjuk bibirnya sendiri. Chanyeol pun lantas mengelap bibirnya dengan punggung tangan membuat Aeri terkikik pelan, “Aku bohong..”
“Aish!”
+ Eclipse 3 +
“Aeri-ya, sebenarnya ini rumah siapa?”
Aeri sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan dari rekan kerjanya. Ia malah sibuk memfokuskan penglihatan matanya untuk mengintip melalui celah di gerbang rumah di hadapannya.
“Aeri-yaa..” Kali ini rekan kerjanya menarik kemeja Aeri dan membuat gadis itu hampir terjengkang ke belakang.
“Kenapa kau berisik sekali ish!”
“Baiklah, aku akan pulang,”
“Ya ya.. Sehun-ah!!” Aeri menggapai lengan lelaki tinggi berkulit putih bernama Sehun itu, lalu menatapnya dengan pandangan mengiba yang dibuat-buat, “Kau harus menemaniku masuk ke dalam..”
Sehun berdecih, “Apa yang mau kau lakukan di dalam?”
“Tentu saja wawancara!” Jawab Aeri dengan berbisik kencang di depan wajah Sehun, “Sebenarnya.. ini adalah rumah kerabat Go Eunseol. Aku ingin tahu kenapa keluarganya bersikeras menentang otopsinya. Kita tidak bisa terus menunggu orangtuanya bicara dan membuang waktu menunggu di depan rumah mereka! Kita harus mencari jalan lain,”
“Bagaimana kau mendapatkan alamatnya?” Tanya Sehun penuh minat. Kalau berhubungan dengan wawancara dan berita tentu saja wartawan mana yang tidak akan bersemangat. Apalagi jika berhubungan dengan Go EunSeol, entah kenapa ia merasa telah terjadi sesuatu yang besar mengenai kematian gadis itu. Karenanya ia menunggu berhari-hari di depan rumah orang tua Go EunSeol tapi nihil, Ia tidak mendapatkan apapun.
“Dari Chanyeol- hyung?”
“Secara teknis Hyunji yang memberikannya. Tapi Oppa yang meminta padanya. Kau tau kan Hyunji tidak mungkin memberikan informasi dari rumah sakit begitu saja, jadi kita membutuhkan lencana kepolisian untuk mendapatkannya atas nama penyelidikan,”
“Chanyeol-hyung memintanya untukmu? Tumben sekali, padahal biasnya dia selalu bilang kau akan membuat kekacauan kalau mendapatkan informasi darinya di tengah penyelidikan..”
“Itu karena dia sedang membutuhkan kekacauan itu,”
Sehun mengerutkan keningnya dan menatap bingung ke arah punggung partner kerjanya yang memulai kembali aktifitas intip-mengintipnya itu. “Membutuhkan kekacauan?”
“Bukankah akhir-akhir ini banyak bermunculan spekulasi tentang keterlibatan keluarga di balik kematian Go Eunseol karena mereka menentang otopsi?” Jawab Aeri masih dengan memunggungi Sehun, “Oppa sangat membutuhkan bukti dari spekulasi itu. Jadi kita akan mewawancari kerabatnya,”
“Jadi kita harus mencari bukti spekulasi itu benar atau tidak dengan wawancara hari ini?”
Aeri menggeleng dengan mantap, “Ani. Kita harus mendapatkan bukti seolah-olah spekulasi itu benar dan menyebarluaskan beritanya. Wartawan harus membesar-besarkan masalah ini seolah keluarganya benar-benar terlibat untuk memprovokasi mereka,”
“Provokasi?” Kerutan di dahi Sehun semakin jelas terlihat.
“Eo! Kita harus membuat mereka terpojok dengan serangan media, kemudian saat kekacauan media sudah menggila. Polisi akan bisa membuka kasus ini lagi sebagai kasus baru untuk membuktikan kebenaran berita itu dan tentu saja keluarga Go Eunseol harus menanda tangani persetujuan otopsinya mau atau tidak mau sebagai prosedural penyelidikan,”
“Daebak!! Kalian merencanakannya sejauh itu? Apa otopsi itu sangat penting? Bukankah keputusan otopsi atau tidak adalah hak mutlak dari pihak keluarga? Jika kasus itu ditutup sebagai kasus kecelakaan dan pihak keluarga bisa menerimanya, bukankah seharusnya sudah terselesaikan?”
“Kalau sudah selesai kenapa kau menunggu di depan rumah Go Eunseol selama berhari-hari? Dasar bodoh..” Kata Aeri sambil memukul kepala Sehun dengan buku catatannya.
“Ya! Itu karena aku harus menulis berita. Membuktikan spekulasi itu! Aku merasa ada yang aneh, tapi.. tidak juga. Ah.. Entahlah..”
“Cih, dasar kau.. Akan kuberitahu sesusatu, tapi kau harus berjanji untuk tidak menulisnya sebelum semuanya terbukti..”
Badan Sehun langsung menegap dan mendekat pada Aeri, “Apa?”
Aeri hanya diam dan menatap Sehun dengan pandangan mengintimidasi yang membuat Sehun tidak nyaman. “Ye ye, arasseo.. aku janji tidak akan menulisnya,” Kata Sehun setelah mengerti maksud dari tatapan Aeri.
“Alasannya adalah… Karena keluarganya menentang otopsi Go Eunseol, penyelidikan tidak bisa berlanjut padahal bukti utama kasus ini ada di dalam tubuh wanita itu. Dan kematian Go Eunseol juga di duga berkaitan dengan kematian Lee Hanbin, tapi polisi lagi-lagi kesulitan untuk membuktikannya karena tidak adanya berkas otopsi Go Eunseol,”
“Benarkah? Waaaah benar-ben–
“Nuguseyo?”
Aeri dan Sehun kompak memalingkan kepalanya ke arah suara yang menengahi obrolan mereka. Seorang wanita yang berusia sekitar pertengahan 30 menatap mereka dengan pandangan menyelidik. Aeri membungkukkan badannya dengan sopan dan Sehun membeonya sedetik kemudian.
“Ah, Annyeong hasimnikka. Saya Im Yoona dan ini rekan saya Lee DongHae. Kami ingin bertemu dengan Go Minam, apakah benar ini alamat beliau?”
“Mungkinkah kalian ini…. wartawan? Darimana kalian tau alamat ini?” Tanya wanita itu.
“Ah, kami mendapatkannya dari kantor polisi,” Jawab Sehun sopan.
“Kantor polisi? Kami tidak pernah berurusan apapun dengan kepolisian,”
“Ye, ajumma. Pihak rumah sakit memberikan semua berkas yang berhubungan dengan kasus kematian Go EunSeol untuk membantu penyelidikan. Oleh karena itu alamat dan informasi tentang anda juga ada disana karena anda secara tidak langsung telah dilibatkan di dalamnya. Apakah anda pemilik rumah ini? Kerabat dari Go Eunseol, Nyonya Go Minam?”
Wanita itu tidak segera menjawab, ia hanya berdeham beberapa kali lalu merapikan rambutnya dengan sikap yang aneh. “Dilibatkan? Apa maksudmu? Lagipula bukankah kasus itu sudah ditutup? Maaf saya sedang sibuk.. ” Ucapnya kemudian sambil berusaha undur diri dari hadapan Aeri dan Sehun.
“Iya benar. Tapi karena hal itu justru banyak yang beranggapan ada yang ditutupi oleh keluarga atas kematian Go EunSeol,” Jawab Aeri tanpa menggubris usaha wanita itu untuk mengakhiri pembicaraan.
“Ditutupi bagaimana maksudmu? Saya sama sekali tidak mengerti dengan arah pembicaraan kalian,” Wanita yang sudah berlalu dari Aeri dan Sehun itu berhenti dan menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan.
“Apa mungkin pihak keluarga terlibat dalam kematian Go EunSeol?” Tanya Sehun saat mendapatkan celah dari perubahan ekspresi lawan bicaranya.
“Ya! Bagaimana mungkin kami terlibat dalam pembunuhan hanya karena menolak otopsi? Kalian pikir kami membunuhnya?” Wanita itu meninggikan suaranya tepat setelah Sehun mengakhiri pertanyaan dan membuat sepasang reporter itu tersenyum dalam hati. Bingo!
Aeri menatap wanita itu–Go Minam, dengan pandangan tegas. “Ehmm.. saat ini semua orang berpikir kearah sana,”
“YA!! Kurasa kalian sudah gila. Bagaimana bisa kami mempertahankan kepercayaan kami dan memutuskan untuk mengkremasi keluarga kami sendiri disebut sebagai membunuh? Bahkan dia sudah meninggal saat kami memutuskan hal itu. Itu adalah wujud kasih sayang kami yang terakhir untuknya, untuk tetap membiarkan mayatnya dalam keadaan baik,” Suara Go Minam semakin tinggi. Dia maju beberapa langkah dan kembali ke hadapan Aeri dan Sehun dengan wajah merah padam menahan kemarahan.
“Ani. Kami tidak menyebut keluarganya yang membunuh, tapi kalian sedang dibicarakan karena diduga terlibat dengan Pembunuh,” Sehun berucap dengan wajah serius dan pandangan mematikan. Wajah tampannya juga karismanya benar-benar menguar dengan sangat luar biasa di saat seperti ini, pikir Aeri. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk mengagumi pesona seseorang kan?
“Kenapa anda begitu marah kalau memang penolakan ini didasari oleh tradisi keluarga kalian dan begitu sayang untuk melihat mayatnya di bedah saat otopsi? Dan lagi soal mayat dalam keadaan baik, apa keadaanya akan menjadi tidak baik kalau dia di otopsi? Keadaan Go EunSeol atau keluarganya?” Sambung Aeri yang membuat Go Minam menjerit kan umpatannya. “AISH!! YAYAYAA!! Pembunuh mana yang kalian bicarakan? Bahkan dia mati karena kesalahannya sendiri dan kami sudah memutuskan untuk menutup kasusnya. Kutegaskan sekali lagi.. kami dari pihak keluarga tidak terlibat sama sekali dalam hal ini,”
“Kesalahannya sendiri? Memang apa yang dia lakukan? Aa, sepertinya kalian memang sedang menutupi sesuatu atau mungkin kalian memang benar-benar terlibat?” Sehun tidak bisa berhenti. Ia yakin mereka akan mendapatkan sesuatu hari ini dan keyakinan itu membuatnya bersemangat.
“YAA!! KALIAN BENAR-BENAR MENGUJI KESABARANKU!!”
“Kenapa anda begitu marah jika benar-benar tidak terlibat?” Cecar Aeri.
“Aku sudah menjelaskan baik-baik tadi kami sama sekali tidak terlibat. Dia mati karena kesalahannya sendiri. Mati dengan keadaan seperti itu disaat kakakku akan maju dalam pemilihan daerah. Dasar anak tidak tahu diri!!” Go Minam terlihat berusaha sangat keras mengontrol emosinya saat mendengar pertanyaan Aeri yang sepertinya memojokkannya karena sikapnya sendiri. Ia menurunkan intonasi suaranya, bahkan terdengar hampir mendesis di kalimat terakhir pernyataannya.
“Keadaan seperti… itu?” Aeri mengulangi pernyataan Go Minam, “Dan.. Ayah Go Eun Seol akan maju dalam pemilihan daerah?”
Kepala Go Minam menegak dengan segera. Sepertinya ia sadar sudah mengatakan hal yang seharusnya tidak dikatakan dan terjebak dengan pertanyaan dua bocah di depannya, “KALIAN BENAR-BENAR SUDAH KELEWATAN!!! SEBAIKNYA KALIAN PERGI ATAU AKU AKAN MELAPORKAN KALIAN PADA POLISI!! DASAR WARTAWAN-WARTAWAN GILAA!!” Go Minam menjerit marah sambil mengangkat tas nya ke udara dan membabi buta memukulkannya ke tubuh Sehun dan Aeri.
“Wowoo..aaaakkh…” Seru Sehun sebelum akhirnya mereka bisa mengambil langkah seribu dari hadapan wanita yang sedang mengamuk itu.
Mereka berhenti di sebuah halte yang agak jauh dari rumah Go Minam dengan napas satu-satu setelah berlari. Selama sesaat mereka hanya fokus pada sistem pernapasannya dan baru saja pasokan oksigen mereka dapat, mereka sudah membuangnya dengan sia-sia lagi saat tak sengaja pandangan mereka berpapasan dan tawa geli itu meledak menguras oksigen dan sisa tenaga mereka.
“Kau merekamnya?”
Sehun menegakkan kepalanya. Menahan senyum dengan menggigit bibir bawahnya, kemudian menggerak-gerakkan tangannya yang menggenggam Smartphone-nya di depan wajah Aeri.
Aeri pun tersenyum dengan sangat lebar saat melihat tool recorder yang masih berjalan terpampang di layar Smartphone Sehun di depan wajahnya. “Lets go!”
+ Eclipse 3 +
“Hyunji-ssi..”
Hyunji berjenggit kecil dan refleks menolehkan kepala ke arah suara yang menyerukan namanya.
“Oh, Baekhyun-ssi.. Kau mau kopi?” Ucap Hyunji saat melihat pemilik mata sipit itu di belakang tubuhnya sambil mengangkat gelas kertas yang sudah berisi kopi panas di tangannya.
“Gomawo,” Baekhyun menerima uluran gelas dari Hyunji sambil mengangguk sopan dan imut dalam waktu yang bersamaan membuat Hyunji tersenyum dengan sangat lebar. Tiba-tiba ia ingin mengusap-usap kepala Baekhyun karena sikapnya itu. “Jadi jam berapa otopsi Go EunSeol dimulai?”
Hyunji mengambil satu gelas kosong dan menuangkan kopi lagi untuk dirinya sendiri, “Jam 4, setelah proses interogasi selesai,” Jawab Hyunji sambil berjalan kearah Baekhyun yang sudah lebih dulu duduk di salah satu set meja kursi pantry FNS, “Kalian benar -benar hebat.. akhirnya bisa membuat kelurganya menyetujui otopsi,” Dia berhenti sejenak untuk menyeruput kopinya. “Atau bisa disebut juga dengan.. memaksa?”
“Memaksa?” Baekhyun rerfleks menolehkan kepalanya.
“Eo. Kalian sengaja membesar-besarkan beritanya untuk sampai ke tahap ini kan? Kalian memanfaatkan media untuk memprovokasi mereka..” Jawab Hyunji santai di sela-sela aktifitasnya meniup permukaan kopi panas di gelasnya.
Sedetik berlalu dengan keheningan, tapi di detik berikutnya Baekhyun tertawa dengan sangat keras. “Haha.. Aku lupa kalau kau adalah anak dari seorang jaksa..”
Hyunji ikut tersenyum mendengar komentar pria sipit itu. “Yah.. anak seorang jaksa yang bergaul dengan detektif kepolisian dan tinggal seatap dengan repoter,”
“Hahahaa. Benar juga,” Baekhun masih mempertahankan gurat tawa di wajahnya. “Ini rencana–”
“Luhan?” Potong Hyunji.
Baekhyun menatap Hyunji. Tiba-tiba ia merasa tertarik pada gadis di hadapannya itu. Sebelumnya ia belum pernah mendapat kesempatan untuk berbicara lebih jauh dengannya dan sakarang hanya dengan sepotong dua potong kalimat membuatnya bersemangat. Entah kenapa ia seperti sedang berdiskusi dengan partner kerja, “Eo. Kau mau menebak apa rencananya?”
“Membesar-besarkan spekulasi bahwa keluarga terlibat dalam kematian Go EunSeol, membuat mereka mengeluarkan statement apapun itu sama sekali tidak masalah, kemudian membuat kekacauan pemberitaan dengan statement itu sampai mereka melaporkan pada polisi atas tuduhan pencemaran nama baik kemudian polisi bisa membuka kasus Go EunSeol lagi untuk penyelidikan lebih lanjut dan menemukan bukti pembunuhan dalam pemcarian bukti kasus pencemaran nama baik. Mungkin dia juga menyuruh Aeri mengorek informasi dengan berbagai cara dan memberinya nama palsu,” Jawab Hyunji dengan semangat yang membuat Baekhyun semakin melebarkan senyum karena tertular semangat.
“Kau benar-benar hebat Kim Hyunji! Sejak kapan kau menyadarinya?”
“Sejak Chanyeol-Oppa memintaku memberikannya data kerabat Go EunSeol yang ada di rumah sakit,”
“Yaah.. kau sudah menyadarinya sejak awal?”
“Tentu saja. Karena saat ia meminta data itu kasus Go EunSeol sudah akan ditutup dan tinggal menunggu hari jasadnya dikremasi tapi dia meminta data kerabat Go EunSeol untuk penyelidikan,”
“Daebak! Lalu bagaimana kau tau ini semua rencana Luhan?” Baekhyun semakin tertarik dengan cara pikir Hyunji. Dia rasa dia tidak akan bisa berhenti bertanya. Gadis di hadapannya itu benar-benar membuatnya merasakan atmosfer diskusi yang sebenarnya. Lagi-lagi dia menemukan seseorang yang menarik di kota yang menakutkan ini.
“Hm? Bagaimana ya Karena memang begitulah Luhan,” Hyunji menjeda sesaat, keningnya berkerut samar, “Bukankah tadinya kasus ini adalah kasus yang buntu? Chanyeol-oppa selalu mengandalkan instingnya, jika merasa buntu ia akan kembali ke titik awal lagi dan memeriksa sekali lagi untuk menemukan apa yang dia lewatkan. Sementara Luhan, saat ia menemui jalan buntu ia akan memutari setiap jalan, mencoba semuanya persimpangan yang ditemuinya dan membuat jalannya sendiri. Begitulah mereka, kurasa karena itu mereka sangat cocok. Lalu kau… Baekhyun-ssi.. aku akan mengamatimu lagi setelah ini..”
“Ahahahaa, naluri penyelidik dan analisismu tiba-tiba membuatku takut,” Baekhyun menatap Hyunji dengan senyum yang tergambar di matanya meskipun lengkungan itu tidak lagi terlihat di bibirnya. Banyak hal baru yang membuatnya senang selama sebulan terakhir sejak ia datang ke tempat ini. Tapi semakin hatinya merasakan perasaan senang itu, semakin ia merasa takut. Ia takut semua itu akan menggoyahkan tujuan utamanya datang kesini. Dan tentu saja ia harus mencegah dirinya untuk tidak jatuh terlalu dalam pada hal menyenangkan yang entah akan seperti apa ujungnya itu. Ia harus tetap fokus pada tujuan utamanya dan mengakhiri semua. “Ngomong-omong, kenapa kau tidak memanggil Luhan dengan sebutan oppa sementara kau memanggil Chanyeol dengan sebutan itu? Bukankah Justru Luhan lebih tua dari Chanyeol?”
“Aeri memanggilnya oppa, tentu saja membuatku memanggilnya oppa sejak awal. Sementara Luhan, sejak awal aku bahkan Aeri juga, tidak menyangka pria itu sudah sangat tua jadi kami memanggil namanya begitu saja tanpa sebutan. Lagipula kau dan Park Chanyeol juga tidak memanggilnya dengan sebutan hyung kan?”
“Itu… ”
Srksreeek.. Handy Talky di saku jas Baekhyun tiba-tiba saja bersuara, membuatnya mengurungkan niat untuk melanjutkan kalimat. Dengan cepat ia mengeluarkan HT itu dan mengeraskan volumenya dan dengan serius mendengarkan apa yang diinformasikan dari kepolisian daerah tempatnya berada itu.
“Sreeeksrrrkk.. Perhatian untuk petugas yang berada di sekitar Seochodon, seorang wanita baru saja melaporkan bahwa ia menemukan majikannya tewas di dalam apartemen. Lokasi di gedung Apartement Apollo lantai 19…”
“Seochodon? Apartemen Apollo ?” Gumam Baekhyun dengan pandangan menerawang, sepertinya dia sangat familiar dengan daerah dan nama apartemen itu akhir-akhir ini. Ah! Badannya menegak seketika saat ia mengingat alamat yang sangat familier itu. “Ini petugas Byun Baekhyun, saat ini saya berada di dekat lokasi. Saya akan kesana sekarang,”
“Aku ikut,” Ucap Hyunji saat melihat Baekhyun bangkit dari hadapannya.
“Bukankah kau harus mempersiapkan otopsi Go EunSeol?”
“Persiapan akan dimulai jam 2. Lagipula kau juga perwakilan dari kepolisian sebagai saksi otopsi Go Eunseol dan harus kembali kesini kan? Kita bisa segera kembali saat bantuan sudah datang,”
“Baiklah,”
To be continued..