Quantcast
Channel: kim-jongin « WordPress.com Tag Feed
Viewing all articles
Browse latest Browse all 621

Loves

$
0
0

VARTSTORY

Cast:

Jung Jihyun | Oh Sehun | Kim Jongin

Genre:

Romance

Leght: Chaptered

Rating: PG-15

gakuen_alice___love_triangle_by_pokediged

Namaku Jung Jihyun, kau bisa memanggilku Jihyun.  Aku hanyalah gadis biasa yang mempunyai kisah cinta tidak biasa. Dan kau tahu, sekarang aku mengerti bagaimana perasaan Bella Swan saat berada di antara Edward dan juga Jacob.

Kisah cintaku yang seperti drama ini dimulai saat aku menerima permintaan tolong teman kuliahku yang membutuhkan seorang talent wanita untuk film pendek yang akan dibuatnya. Saat itu yang kupikirkan adalah, bagaimana jalan cerita dari film pendek yang akan dibuat temanku dan siapakah lawan mainku. Tapi sebelum aku memutuskannya aku terlebih dahulu membicarakannya dengan Kim Jongin, seorang pria yang telah menjadi kekasihku selama 4 tahun belakangan ini.

Aku memberitahu Jongin tentang hal itu saat kami sedang dalam perjalanan untuk pergi berkencan. “Seulmi memintaku untuk menjadi talent di film pendeknya, bagaimana menurutmu?”

“kenapa tidak kau coba? Bukankah itu akan menjadi pengalaman baru untukmu?”

“entahlah aku tidak yakin, lagipula aku juga takut, kau tahu bukan jika aku tidak pernah berakting sebelumnya. Aku sangat buruk dalam berakting, bagaimana jika nanti aku tertawa saat pengambilan gambar?”

“kalau kau tidak mencobanya, kau tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya berakting. Lagipula aku yakin kau pasti bisa.”

Aku tersenyum mendengar ucapan Jongin dan mengencangkan pelukanku padanya. Saat ini aku dalam fase dimana, aku sedang sangat menyayangi Jongin. Terdengar aneh memang, tapi hubunganku dan Jongin yang sudah berjalan cukup lama membuatku ‘terbiasa’ dengan kehadirannya bahkan aku lupa kapan terakhir kali kami saling mengucapkan ‘selamat tidur’ dan ‘selamat pagi’.

Sekitar 2 minggu yang lalu aku dan Jongin merayakan hari jadi hubungan kami yang ke empat tahun. Tidak ada perayaan spesial seperti tahun-tahun sebelumnya, bahkan dua tahun terakhir ini kami selalu menghabiskan hari jadi kami di taman bermain. Tapi tidak dengan tahun ini, kami hanya merayakan ‘late anniversary’ dengan menonton film. Dan film yang kami tonton jauh dari kesan romantis tapi setidaknya kami bersyukur karena telah berhasil melewati pertengkaran kami. Ya tepat beberapa minggu sebelum hari jadi kami, aku dan Jongin bertengkar dan kami tidak bertegur sapa dan berkirim pesan selama beberapa waktu. Padahal kami bertengkar hanya karena masalah kecil yaitu Jongin tidak membalas pesanku di SNS tetapi dia bisa membalas pesan orang lain. Hal itu membuatku terus mengirimkan kalimat-kalimat bernada menyindir pada SNSku. Dan hal itu membuat membuat hubungan kami berada di ujung tanduk, dan Jongin menyerahkan nasib hubungan kami kepadaku.

“hubungan ini sekarang berada ditanganmu, jika kau ingin melanjutkannya berjanjilah untuk berubah.”

Jongin mengatakannya saat kami sedang dalam perjalanan menuju cafe kesukaan kami berdua. Dan saat itu sebisa mungkin aku menahan air mataku untuk tidak keluar. Dan kau tahu bagaimana rasanya? Sesak, teramat sesak. Tapi aku terus meyakinkan diriku untuk bertahan. Karena aku sudah bersumpah untuk lagi tidak menjadi Jung Jihyun yang rapuh dan selalu memohon-mohon untuk tidak ditinggalkan oleh Jongin, persis seperti anak kecil yang merengek ketika ditinggal ibunya pergi berbelanja. Dan akhirnya aku tetap memutuskan untuk bersama Jongin, dan berusaha untuk merubah kebiasaanku yang sering mengupdate apapun yang aku rasakan di media sosial.

Itulah kami, permasalahan kecil akan jadi permasalahan yang sangat besar bahkan bisa sampai menghancurkan hubungan kami. Aku masih sangat ingat saat Jongin memutuskan untuk memberikan ‘istirahat’ pada hubungan kami. Saat itu aku sampai menunggu Jongin yang sedang berlatih basket hanya untuk memohon agar dia menarik keputusannya. Bahkan saat itu aku sampai menangis terisak yang membuat beberapa teman Jongin menghampiriku dan menenangkanku. Sedangkan Jongin, dia hanya terdiam dan melanjutkan permainan basketnya. Dan itu bukanlah kali pertama aku menangis dan memohon agar Jongin tidak memutuskan dan meninggalkanku. Dan setiap kali Jongin ingin memutuskan hubungannya denganku, aku selalu menangis histeris dan melakukan hal-hal bodoh yang mungkin membahayakan diriku sendiri, hingga akhirnya Jongin luluh dan kembali ke pelukanku. Itulah Jongin, dia selalu memutuskan sesuatu disaat emosinya sedang tinggi tapi ketika emosinya mereda dia akan kembali kepadaku. Bodoh memang, tapi itulah cinta. Seberapa sering pun Jongin ingin memutuskan hubungannya denganku, sesering itu juga aku memohon agar dia tetap disisiku mungkin untuk sebagian wanita memohon seperti itu adalah hal yang tidak mungkin karena ini menyangkut harga dirinya tapi tidak denganku.

Tapi tepat 2 tahun yang lalu saat Jongin memutuskan hubungan kami hanya karena dirinya cemburu karena aku belum sepenuhnya melupakan cinta pertamaku yang tidak lain adalah seniorku. Aku lagi-lagi memohon dan berusaha memberikan penjelasan pada Jongin tapi Jongin tetap pada pendiriannya, memutuskan hubungan kami. Memang tipikal Jongin memutuskan hubungan saat dilanda emosi dan kembali menarikku disaat emosinya sudah mulai stabil. Sehari setelah dia memutuskanku, Jongin datang ke rumahku dan mengajakku pergi ke tempat dimana pertama kali kami berkencan. Dan di tempat itulah Jongin memintaku untuk kembali padanya. Dan saat itulah aku bersumpah, jika Jongin memutuskan hubungan kami lagi, aku tidak akan memohon-mohon lagi dan menerima keputusan Jongin untuk berpisah.

Hari ini setelah kuliahku selesai, aku mempunyai janji oleh Seulmi untuk melakukan perkenalan dengan lawan mainku dan juga untuk melihat script dari film pendek yang akan aku mainkan. Saat pertama kali melihat script itu yang kupikirkan adalah Jongin, karena di dalam script itu mengharuskan kami melakukan skinship. Bahkan di akhir cerita mengharuskanku memeluk dan mencium kening lawan mainku. Dan jujur, aku kembali bimbang karena aku tidak pernah memeluk dan mencium siapapun kecuali Jongin. Karena sudah terlanjur dan aku merasa tidak enak untuk menolak tawaran Seulmi, aku tetap melanjutkan proyek film pendek ini.

Aku, Seulmi dan beberapa temanku yang nantinya akan menjadi kru film ini berkumpul di depan gedung seni. Kami berkumpul untuk membicarakan tempat shooting dan juga memperkenalkanku kepada lawan mainku. Sebenarnya aku cukup kesal karena menunggu terlalu lama, total aku menunggu semua teman-temanku berkumpul hampir dua jam dan bahkan saat ini lawan mainku belum kunjung datang. Beruntung aku memiliki permainan baru di gadgetku yang membuat rasa bosan dan kesalku sedikit menghilang. Dan saat aku sedang serius dengan gadgetku, seorang pria datang yang tidak lain adalah lawan mainku. Aku pun menoleh dan mendapati seorang pria berdiri dan menyapa teman-temanku, entah mengapa saat melihat pria itu perasaanku menjadi tidak karuan. Ya jujur saja, pria itu cukup menarik. Dia cukup tinggi bahkan sepertinya tingginya melebihi tinggi Jongin dan kulitnya juga jauh lebih putih dari Jongin dengan rambut yang juga jauh lebih lebat dari Jongin hingga menutupi sebagian dahinya. Tapi walaupun begitu aku tetap berusaha fokus pada permainan di hadapanku, tapi tetap saja percuma karena mataku mengarah pada permainanku tapi telingaku fokus mendengar percakapan yang dilakukan teman-temanku dengan pria itu. Oh ya, sebelumnya Seulmi menyuruhku berkenalan dengan pria yang ku ketahui bernama Oh Sehun. Aku sempat berpikir darimana Seulmi menemukan talent pria setampan ini, aku sama sekali tidak berpikir jika dia ternyata berada satu kampus dengan kami. Karena aku tidak cukup familiar dengan wajahnya.

Karena fokusku terhadap permainan di ponselku mengilang, aku memutuskan untuk mengakhiri permainanku dan kembali membaca script yang nanti akan ku perankan. Beberapa kali aku berlatih berdialog dengan Sehun bahkan teman-temanku sampai menyuruhku berdiri berdampingan dengan Sehun entahlah maksud mereka ingin mengejekku karena tinggiku yang jauh berbeda dari Sehun atau memang mau melihat kami sebagai pemeran di film pendek yang akan mereka buat. Dan saat kami berdiri berdampingan mereka dengan kompak menyerukan kata ‘cocok dan mirip’. Saat mereka mengatakan itu perasaanku kembali tidak karuan. Dan aku terus mengucapkan kata ‘ingat Jongin’ berulang kali. Lagipula aku tidak mungkin benar-benar mirip dengan Sehun, kalaupun ada orang yang mirip denganku orang itu adalah Jongin. Ya karena beberapa temanku mengatakan jika wajah kami mirip.

Saat shooting pertama kali aku tidak mendapatkan terlalu banyak adegan. Selain itu sikapku terhadap Sehun sangatlah dingin, aku bahkan secara tidak langsung dipaksa untuk berbicara berdua dengan Sehun untuk membangun chemistry kami. Namun aku tetaplah aku, aku hanya sekedar menanyakan jurusan dan angkatannya. Dan saat dia menjawab aku hanya berOh ria. Semua itu kulakukan semata-mata untuk menguatkan perasaanku agar tidak jatuh pada pesona seorang Oh Sehun.

Hari-hari berlalu dan hari ini adalah hari ketiga kami melakukan shooting yang terpaksa membuat seluruh crew, aku dan juga Sehun menginap di rumah salah satu teman kami yang juga crew dari film tersebut. Dan saat perjalanan menuju rumah temanku, aku mulai merasakan tidak enak pada perutku dan benar saja sesampainya kami, perutku langsung memberikan sinyal jika asam lambungku kambuh. Dan kali ini menurutku maagku cukup parah karena setelah selesai makanpun perutku masih terasa sangat sakit. Disaat seperti ini entah kenapa aku membutuhkan Jongin. Dan aku pun memberi kode pada Jongin lewat status di snsku namun bukannya Jongin yang muncul justru Sehun lah yang muncul di chatku dan menyuruhku istirahat. Aku sedikit kecewa karena bukan Jongin yang memperhatikanku tapi disisi lain aku merasa tersanjung karena tidak ada pria lain selain Jongin yang memperhatikanku seperti itu.

Hari ini aku dan teman-temanku berkumpul di kantin kampus dan aku melihat Jongin sedang bersama teman-temannya dan juga Sehun yang duduk tepat di belakang Jongin. Temanku refleks langsung memberitahu Jongin tentang siapa lawan mainku. Dan jujur disitu posisiku sangat tidak mengenakkan. Aku pun mencoba mencairkan suasana dengan merangkul Jongin namun Jongin justru melepaskan rangkulanku. Dan hal itu cukup membuatku kesal, hey gadis mana yang tidak kesal saat rangkulannya di lepas begitu saja oleh kekasihnya.

Dan sore harinya setelah kejadian itu aku bertemu Jongin di tempat parkir untuk mengambil helmku. Tapi bukannya senyuman atau pertanyaan ‘jam berapa kau akan mulai shooting’ justru yang kudapatkan hanyalah wajah masam Jongin. Bahkan Jongin hanya menjawab pertanyaanku dengan sangat singkat.

Sikap Jongin yang tiba-tiba berubah seperti itu membuatku kesal. Dan aku adalah tipikal orang yang jika ada yang mendiamkanku, aku akan berbalik mendiamkan orang itu dan aku tidak akan mungkin juga menghubungi Jongin terlebih dahulu.

Jujur saja sikap Jongin yang seperti ini secara tidak langsung memberikan celah untuk aku dekat dengan Sehun. Karena sejak Sehun memperhatikanku tempo hari, aku merasa ada rasa yang aneh. Aku menyukainya. Hanya sekedar rasa menyukai antar lawan jenis, dan aku sama sekali tidak ingin rasa itu berubah lebih. Tapi sikap Jongin yang benar-benar tidak menghubungiku membuatku muak. Jika dia memang cemburu dengan Sehun, kenapa dia tidak langsung mengatakan padaku?

Dan puncaknya adalah saat Jongin menghubungiku saat aku sedang dalam perjalanan menuju lokasi shooting. Jongin memaksaku untuk menemaninya berbelanja ke Myeongdong.

From: Jonginie

Apa kau mau menemaniku ke Myeongdong? Aku ingin membeli sweater.

To: Jonginie

Kapan?

From: Jonginie

Lusa, bagaimana?

To: Jonginie

Besok adalah hari terakhirku shooting, jadi lusa aku ingin beristirahat. Aku butuh tidur.

From: Jonginie

ayolah Ji sebentar saja

To: Jonginie

Aku benar-benar ingin istirahat, tidak bisakah kau mengerti sedikit?

From: Jonginie

Pergi denganku setelah itu kau bisa beristirahat

To: Jonginie

Kau sungguh menyebalkan Kim Jongin !!

From: Jonginie

Ya, memang aku menyebalkan

 

Sungguh Jongin sama sekali tidak memperbaiki situasi, dia memperburuk moodku. Karena kesal, aku menonaktifkan ponselku sementara dan menaruhnya kasar ke dashboard mobil. Aku sungguh tidak sadar jika Sehun yang juga satu mobil denganku, memperhatikanku dari belakang. Ini semua karena Jongin. Apa tak pernah sekalipun dirinya memikirkan bagaimana perasaanku? Padahal aku sungguh membutuhkan semangat darinya, karena proses shooting yang sangat melelahkan dari pagi hari hingga tengah malam. Tapi tak pernah sekalipun Jongin bertanya bagaimana keadaanku, apakah aku lelah atau tidak.

Malam ini kami mengakhiri shooting di sebuah taman di pusat kota. Aku benar-benar membutuhkan tempat tidurku saat ini. Dan tepat saat itu, Sehun duduk di sampingku dan menyuruhku untuk bersender di pundaknya. Hal itu terjadi karena hubunganku dengan Sehun yang semakin dekat, kami sering bertukar pesan saat sampai dirumah masing-masing. Bahkan Sehun sudah mengatakan jika dirinya nyaman berada bersama denganku.

“Jika kau lelah, kau bisa bersender di pundakku.”

“Apa tak apa?”

Sehun tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, karena rasa lelah yang menderaku. Aku tidak berpikir panjang dan langsung menyenderkan kepalaku di pundak Sehun. Dan entahlah rasanya sungguh nyaman. Dan tanpa ku sadari hal itu menjadi boomerang bagiku, karena keesokannya aku mendapatkan kalimat bernada menyindir di akun sns teman-teman Seulmi yang tidak lain adalah kru film pendek.

Aku adalah tipe orang yang sensitif, dan hal itu membuatku hampur menangis. Dan aku pun bercerita dengan teman dekatku Ahra, dan respon yang diberikan Ahra sungguh menenangkanku. Bahkan dia sampai menyindir balik teman-teman Seulmi di akun snsnya.

Dan karena enggan memikirkan masalah Seulmi dan teman-temannya, aku memutuskan untuk menerima ajakan Jongin menemaninya berbelanja di Myeongdong sekaligus menerima titipan tshirt adikku. Tapi sepertinya pilihanku menerima ajakan Jongin bukanlah pilihan yang tepat. Karena kini, Jongin kembali memperburuk moodku. Siapa juga yang tidak kesal, Jongin mengatakan akan membeli sweater tapi malah dirinya tidak membawa cukup uang dan ingin memakai uangku. Sedangkan uang yang aku punya untuk membeli tshirt titipan adikku. Sungguh, Kim Jongin menguji kesabaranku. Beruntung semuanya tidak berlangsung terlalu lama, karena kehadiran band luar negeri yang tampil di salah satu cafe yang kebetulan salah satu lagunya adalah lagu kesukaanku. Secondhand serenade – Fall For You, aku mengikuti alunan lagu dan benyanyi mengikuti sang vokalis. Dengan Jongin yang berada di balik punggungku.

Setelah itu karena Jongin yang tidak jadi membeli sweater dan aku yang sudah membeli tshirt titipan adikku, kami memutuskan untuk pulang. Tanpa percakapan apapun, karena entah mengapa rasa kesalku pada Jongin masih belum hilang. Dan pada saat diperjalanan, Jongin mengatakan ada sesuatu penting yang ingin dirinya katakan padaku.

“Ada hal penting yang ingin aku bicarakan padamu, tapi tidak sekarang.” Aku mengeryitkan dahi heran sekaligus penasaran, aku takut jika ada sesuatu yang terjadi pada Jongin atau pada keluarganya hingga membuatnya seserius ini. Aku terus memaksa Jongin untuk mengatakannya sekarang tapi Jongin bersikeras untuk mengatakannya nanti saat kami sudah sampai di rumah masing-masing.

Sesaat setelah itu, Jongin mengirimiku pesan kalau ada suatu hal yang penting. Dan setelah itu aku menerima pesan yang sungguh membuat hatiku sakit.

From: Jonginnie

Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Maafkan aku Ji. Tapi walaupun kita sudah tidak bersama, kita tetap bisa berteman.

Duniaku serasa runtuh, aku tidak percaya jika Jongin memutuskanku secara sepihak tanpa menjelaskan apa yang membuatnya memutuskan hubungan kami. Aku sungguh tidak bisa berpikir, aku kembali mengubungi Ahra dan menceritakan perihal masalahku dan Jongin. Ahra memarahiku karena menerima hal itu begitu saja, lalu Ahra menuliskan kata-kata yang nantinya akan ku teruskan kepada Jongin. Dan malam ini ku lalui dengan menangisi hubunganku dengan Jongin.

Namun entah kenapa aku memikirkan Sehun, dan berharap jika Sehun yang beberapa jam yang lalu berpamitan dari tidurnya, terbangun dan menghiburku. Entah kebetulan atau tidak, beberapa menit kemudian muncul pesan dari Sehun.

To: Oh Sehun

Hubunganku dengan kekasihku berakhir Sehun.

From: Oh Sehun

Ya Tuhan Hyun, aku sungguh tidak berpikir jika hubunganmu dengan kekasihmu akan berakhir.

Aku pun mencurhkan semua isi hatiku pada Sehun, dan hal itu cukup membantuku. Sehun membuat tangisanku yang awalnya mereda, lalu kembali terisak kemudian setelahnya Sehun membuatku bisa tertawa lagi. Memang benar jika bercerita masalahmu dengan lawan jenis akan membuatmu merasa lebih lega daripada bercerita dengan sesama perempuan.

Keesokan harinya, Sehun mengajakku keluar. Karena tidak ingin terus terlarut oleh kesedihan, aku memutuskan untuk menerima ajakkan Sehun yang ternyata mengajakku menonton film bergenre romance comedy. Sungguh, Sehun benar-benar bisa membuatku melupakan semua kesedihanku. Setelah menonton, kami memutuskan untuk duduk di cafetaria dan aku kembali mencurahkan semua masalahku padanya termasuk masalah Seulmi dan teman-temannya.

Tiba-tiba muncul pesan yang ternyata dikirimkan oleh Jongin, Jongin mengajakku ke Myeongdong untuk mengantarkan titipan temannya. Karena aku yang tidak biasa berbohong dan selalu menerapkan jika kejujuran yang pahit akan lebih baik dari kebohongan yang manis. Aku mengatakan pada Jongin kalau aku sedang bersama dengan Sehun, dan sedetik itu juga Jongin mengatakan hal-hal pedas, perkataan yang tidak pernah kupikirkan akan keluar dari mulut seorang Kim Jongin. Jongin mengatakan kata-kata tidak pantas padaku. Dan hal itu membuat air mataku kembali turun. Bahkan pada saat perjalanan menuju ke rumahku, aku menangis di punggung Sehun dalam diam. Sehun pun sama sekali tidak berkomentar seakan membiarkanku untuk meluapkan kesedihanku.

////

Gimana ceritanya, rumit ya haha? FF ini rencananya aku mau bikin 2 atau tiga chapter. Gak mau banyak-banyak haha. Cerita diatas based on true story, jadi no plagiat ya ^^

 


Viewing all articles
Browse latest Browse all 621