Author : lightmover0488
Cast : Kim Jongin, Oh Hani
Genre : Romance, fluff
Lenght : One Shoot
#Selamat ulang tahun love, 종인 ♥♥
“Ketika si bungsu jatuh cinta”
Happy reading!
Jongin mengutak-atik ponselnya dengan serius, tidak biasanya ia seperti ini. Bagi Jongin ponsel bukanlah benda penting.
Kebanyakan orang menjadikan ponsel sebagai benda terpenting dalam hidupnya, sampai-sampai ponsel tak pernah luput sedikitpun dari jangkauan mereka. Berkebalikan dengan Jongin, Ia sering kali membuat ponselnya menganggur, tergeletak tak berdaya diatas nakas atau kadang dibawah tempat tidur. Lebih parahnya lagi ia sering melupakan dimana ponselnya berada.
Makanya sangat diherankan jika Jongin berlama-lama menatap ponselnya dengan memuja.
“Eomma menyuruhmu makan, Jongin-a,” Anak sulung kelurga Kim menghampiri Jongin yang masih berbaring disofa ruang tengah sambil menatap ponselnya dengan lamat dan sesekali mengetik sesuatu.
Kim Jung Ah sedikit kesal karena sang adik tidak menggubris perkataannya, ia lalu duduk disofa yang ada didekat Jongin dan langsung merebut ponsel yang bertengger ditangannya.
Jongin yang kaget karena ponselnya tiba-tiba direbut sontak berteriak.
“AAAAAAKKKK, PENCURI.. EOMMA ADA PENCURI,”
“Aiisshh, ini aku,”
“Noona? Kau mencuri ponselku”
“Enak saja,”
“Kembalikan ponselku noona,”
“Tidak,”
Jongin berusaha merebut ponsel tersebut dari tangan kakaknya tapi sayang sekali sang kakak lebih cerdik, walaupun tubuhnya lebih pendek dari sang adik tapi Jung Ah dianugerahi otak yang cerdas.
“Noona, kembalikan ponselku,” Jongin mulai merengek. Biasanya cara ini yang paling ampuh jika ia berhadapan dengan sang kakak pertama.
“Nanti aku kembalikan, tapi setelah aku melihat apa yang membuatmu sampai lupa untuk makan,”
“Aaahhh noona, kenapa kau berubah seperti Jaerin noona?” Jongin menarik-narik baju Jung Ah tapi Jung Ah berkelit dan berlari secepat kilat menuju kamarnya. Ia harus mencari tempat aman untuk mengobrak-abrik ponsel Jongin agar mengetahui apa yang terjadi dengan adik bungsunya ini.
Kim Jaerin anak kedua dari keluarga Kim bukanlah wanita lembut seperti Jung Ah. Ia tidak pernah sekalipun memanjakan si bungsu. Rengekan tidak mempan padanya. Menurut Jaerin, Jongin harus menjadi laki-laki tangguh agar bisa menjaga ibu, kedua kakaknya dan istrinya kelak makanya ia tidak mau terlihat lembek didepan adiknya ini.
“Kenapa menyebut-nyebut namaku?” tadi Jaerin sempat mendengar Jongin menyebut namanya dan saat dirinya hampir sampai dilantai bawah ia berpapasan dengan sang kakak yang terburu-buru menaiki tangga tanpa menyapanya.
“Mungkin noona salah dengar, iya pasti salah dengar,” Jongin beralasan agar Jaerin tidak mencecarnya dengan pertanyaan lain.
“Kim Jongin,” jika Jaerin sudah memanggil Jongin beserta marga mereka itu tandanya Jaerin tidak puas dengan jawaban Jongin.
Jongin memainkan bibirnya dengan gusar, noona nya yang satu ini selalu bisa membuatnya tidak berkutik.
“Aku menunggu,”
“Eomma menyuruh kita makan noona, ayo!”
“Aku sudah makan tadi,”
“Tapi tadi noona dari lantai atas,”
“Setelah makan aku kekamar mengambil ini,” Jaerin menunjukkan tas tangan oleh-oleh yang dibawa paman Lee dari Brazil. Katanya kulit buaya asli.
“Tas?”
“Iya, tadi siang aku bertemu dengan paman Lee dan paman menitipkan ini untuk eomma,”
Jaerin memang tak mempan dengan rengekan Jongin tapi Jongin hanya perlu mengajak sang kakak berbicara,selanjutnya Jaerin akan melupakan perihal pembicaraan sebelumnya, ya semacam pengalihan, dan cara ini selalu berhasil.
***
Sudah tiga jam Hani duduk didepan laptop demi menyelesaikan tugas kimia yang besok harus ia kumpulkan, gara-gara teman sekelasnya meminjam laptop kesayangannya dan menyebabkan semua data terhapus Hani harus membuat ulang tugasnya, sial sekali.
Makian demi makian terlontar dari bibirnya tapi toh hal itu tidak membantu sama sekali malah membuatnya semakin marah.
Walaupun diliputi rasa marah yang teramat besar akhirnya Hani bisa menyelesaikan tugasnya. Memang sih tidak sesempurna hasil jerih payah Hani sebelumnya tapi setidaknya ia akan mendapat nilai B+.
“Haaaaahh akhirnya selesai.” Hani merentangkan tangannya, seluruh ototnya mati rasa.
“Kim Jongin sialan! aku akan mencongkel bola matamu! Iisshh,”
“Gara-gara kau, aku harus membuat ulang tugas sialan ini,”
“Jika aku tidak mendapat nilai B+ aku akan mengulitimu dengan silet!”
“Kau harus merasakan penderitaanku!”
“Akan aku pastikan kau menderita!”
Sepertinya Hani masih sangat marah dengan teman sekelasnya yang bernama Kim Jongin itu. Terang saja sih, pasalnya tugas yang sudah Hani buat mati-matian selama satu minggu hilang begitu saja.
Ponsel yang sedari tadi berbunyi menandakan ada pesan masuk pun tak Hani indahkan, Hani tidak sadar jika ada seseorang yang sangat amat menantikan balasan dari pesannya.
Tugasnya memang sudah selesai tapi dendamnya masih berlangsung, dan Hani pun tertidur bersama sumpah serapah yang ditujukan untuk Kim Jongin.
***
“Jongin sedang jatuh cinta,”
“Noona!”
“Tidak boleh membentak noona mu seperti itu Jongin!” Tuan Kim memarahi sikap tak sopan anak laki-lakinya.
Setiap pagi keluarga Kim akan berkumpul diruang makan untuk sarapan, tidak boleh ada satu anggota keluarga pun yang absen. Inilah salah satu cara Tuan Kim menjaga keharmonisan keluarga yang amat disayanginya.
“Maaf appa, noona maafkan aku,”
Jung Ah tersenyum geli. Semalam ia membongkar isi ponsel adiknya, tidak membutuhkan waktu lama karena Jongin bukan type orang yang suka chatting dengan temannya.
Hanya ada beberapa nama di chat room milik Jongin, Jung Ah kenal beberapa nama teman Jongin tapi ada satu nama yang asing yaitu Oh Hani.
Jung Ah tidak familiar dengan nama ini, dan yang membuat Jung Ah yakin kalau Jongin sedang jatuh cinta karena Jongin mengirimi banyak chat pada perempuan tersebut seperti sedang proses pendekatan tapi tidak dibalas oleh Hani. Jung Ah berspekulasi kalau ini adalah cinta sepihak, biasanya cinta pertama tidak terbalas kan?
***
Seusai jam pelajaran Hani bermaksud untuk membuat perhitungan dengan pelaku penyebab kesialan yang menimpanya.
Jongin yang bermaksud mengisi perutnya yang sejak tadi keroncongan dipaksa untuk mengikuti langkah kaki gadis yang membuatnya tak nyenyak tidur.
Kim Jongin sih senang-senang saja, apalagi sekarang tangan Hani memegangnya dengan erat walaupun dengan sedikit menyeret Jongin tapi toh Jongin tidak keberatan. Terlalu jatuh cinta rupanya.
Hani menghempaskan tangan Jongin saat mereka sampai di aula, hanya ada segelintir orang disini.
“Kau harus bertanggung jawab Kim Jongin, semua data dilaptopku hilang!” emosi Hani semakin tersulut saat bertatapan dengan Jongin seperti ini. Rasa amarahnya sudah diujung tanduk.
“Aku sudah meminta maaf sejak kemarin, bahkan dua hari yang lalu.”
“Maaf saja tidak cukup,”
“Aku tahu, tapi kan kau mendapat nilai A ditugas itu,”
“Kau tidak adil,”
“Apa maksudmu? yang bersalah itu kan kau,”
“Kau egois,”
“Apa sih yang kau bicarakan sebenarnya,”
“Jika Chanyeol dan Sehun melihatku seperti ini mereka pasti akan mengutukku, memalukan sekali,”
“Berhentilah bermain-main Kim Jongin,”
“Kau yang harusnya berhenti bermain-main dengan hatiku,”
“Ne?”
“Kenapa kau membuatku seperti ini Oh Hani?”
“Kau ini sebenarnya kenapa?”
“Aku jatuh cinta.. padamu,”
“Ne?”
“Tidak ada pengulangan. Ah aku malu sekali!”
Fin