Poster By Zesavanna @ saykoreanfanfiction.wordpress.com
Title : STRANGE FEELING
Author : Kiranti23
Cast : Kim Jong In (EXO), Song Da Na (OC), Oh Sehun (EXO), Lee Jae Hee (OC),
Genre : Romance
Rating : General
Length : Chapter
Disclaimer : The whole of story is originally made by me dan dengan sisa – sisa imajinasi yang ada
voila~~ jadilah FF ini, maaf banget kalo jalan ceritanya kependekan atau ngaco. Big thanks and hugs for the SKF artworker Zesavanna for make this beautiful poster, thanks juga buat seluruh admin yang masih menjadikan aku Author tetap meskipun bayangannya jarang terlihat. I’ll try and working hard, so enjoy the Fan Fiction!!
Chapter 1 || Chapter 2 || Chapter 3 || Chapter 4
Didalam sebuah bus, Da Na sedang menuju tempat kerjanya, rumah yang selama ini dianggap menjadi rumah keduanya. Da Na sedikit gusar ditempat duduknya, entah mengapa pesan singkat yang dikirimkan Jongin membuatnya gusar.
From : Kim Jongin
Maaf tapi sepertinya kau harus pulang menggunakan bus hari ini, sampai bertemu dirumah dan jangan merindukanku
“Ck, merindukanmu? Yang benar saja, aku berterima kasih padamu Kim Jongin setidaknya aku bisa terbebas darimu hingga beberapa jam kedepan” setidaknya dia bisa sedikit mengurangi resiko terkena penyakit jantung karena harus berdekatan dengan Kim Jongin, batinnya. Da Na mengoceh sendiri didepan ponselnya, mengabaikan tatapan aneh orang- orang didalam bus itu.
Da Na memang tidak menampik, selalu ada perasaan aneh yang menyerangnya jika sudah berhubungan dengan Kim Jongin. Tapi, dia tidak ingin menafsirkan perasaan ini sebagai perasaan cinta. Mungkin ini hanya perasaan simpati? Ya mungkin hanya seperti itu.
Da Na memasukan ponselnya kebagian terdalam tasnya, tapi tangannya menemukan sesuatu. Sebuah kartu yang sebenarnya sudah ingin dia buang saat pertama kali mendapatkannya.
Flashback on
Pagi itu Da Na sudah bersiap menuju kampusnya, Da Na baru akan membuka pintu saat bel apartementnya berbunyi. Dibukanya pintu itu dan menampakan seorang wanita cantik yang cukup ia kenal.
Da Na mempersilahkan Jae Hee untuk masuk keapartementnya, namun Jae Hee menolak karena harus segera mengurus sesuatu. “ini, aku hanya ingin memberikan ini”.
Jae Hee menyodorkan sebuah amplop putih dengan beberapa ukiran indah diatasnya serta terdapat sebuah Inisial huruf diatasnya “S & J”.
“ah, kau akan segera melangsungkan pertunangan?” Tanya Da Na dengan nada suara yang dia buat sebiasa mungkin. “dari mana kau tahu?” Tanya Jae Hee heran.
“Aku bertemu dengan Jae Woo beberapa hari yang lalu, dan dia memberitahukannya padaku. Selamat nona Jae Hee, aku pasti akan datang” Jae Hee tersenyum begitupun juga Da Na, walaupun dihatinya dia ingin sekali setidaknya melihat guratan kecewa pada wajah Da Na, tapi sepertinya Da Na memang memiliki acting yang sempurna, batinnya.
Flashback off
-o-
“aku ingin meminta bantuanmu, untuk menjauhkan Sehun dari Da Na, Kim Jongin-ssi”.
“huh, yang benar saja kau Kim Jongin, bukankah itu yang kau inginkan? Melihat Oh Sehun hancur, bukankah itu yang kau inginkan?” Jongin tengah berada didalam mobilnya, sedang merasa frustasi akibat dari pertemuannya dengan Jae Hee tadi. Jae Hee menawarkan sebuah kerja sama yang sebenarnya tidak merugikan Jongin sama sekali. Hanya membuat Sehun menjauh dari Da Na, membuat Sehun sakit hati dan akhirnya pergi sendiri dari kehidupan Da Na. Tapi kenapa Jongin menolak tawaran itu?
Bukan, bukan Sehun yang dia khawatirkan. Persetan dengan perasaan Sehun yang hancur berkeping- keping setelah ditinggalkan Da Na. Tapi… apakah Da Na akan baik – baik saja? Apa dia akan merasa hancur juga? Oh tidak, untuk apa dia memikirkan hati gadis itu? Ini kesempatan emas untuk membuat Sehun jatuh, Kim Jongin! Song Da Na adalah kelemahannya. Hatinya berperang melawan otaknya,
-o-
Da Na tidak melihat keberadaan Kim Jongin dirumah ini, bahkan dia tidak melihat mobil Jongin terparkir digarasi tadi. Ini sudah pukul 9 malam tapi Jongin masih belum juga pulang. Da Na membereskan buku- bukunya dan segera turun menuju pintu keluar untuk bergegas pulang.
Betapa terkejutnya Da Na saat melihat Kim Jongin tengah bersender dipintu mobilnya yang terparkir didepan gerbang rumahnya. “apa yang kau lakukan? Kenapa tidak masuk?” Tanya Da Na.
Jongin hanya terdiam sambil memperhatikan wajah Da Na. Dia ingin mencari sesuatu, mencari hal apa yang selama ini membuatnya merasakan perasaan- perasaan aneh saat bersama dengan gadis didepannya ini. Da Na mengerutkan alisnya, merasa heran dengan apa yang sedang dilakukan oleh pemuda didepannya ini. Tanpa mau menunggu lama, Da Na segera beranjak dari tempat itu.
Jongin yang melihatnya langsung meraih lengan Da Na, menghentikannya untuk tidak pergi. Masih dengan menatap manik mata Da Na, Jongin membuat Da Na salah tingkah. Sebenarnya apa sih yang sedang dia lakukan. Jongin membuatnya benar- benar sesak. Sesak karena ketampanan dan segala pengaruh yang dibawanya, yang bisa membuat Da Na mendapat serangan jantung.
“Yak! Kim Jongin, sebenarnya apa yang sedang kau lakukan?” Da Na menepis tangan Jongin yang menahan lengannya. “diam bodoh! Aku sedang melakukan observasi” jawab Jongin yang masih terus menahan lengan Da Na dan menatap tepat kedalam matanya.
“Jangan konyol Kim Jongin, lepaskan tanganku. Kenapa kau sebenarnya?” saat Da Na ingin menarik tangannya, Jongin melakukannya terlebih dahulu sehingga membuat tubuh Da Na menabrak dada bidang Jongin. Da Na membelalakan matanya karena tidak hanya sampai situ, Jongin sudah menempatkan tangannya dipunggung Da Na memeluknya erat.
“Bisakah kau diam bodoh, aku sedang mengobservasimu, aku sedang mencari hal apa yang bisa membuatku merasakan perasaan – perasaan aneh belakangan ini…”.
“Kau benar – benar sudah gila Kim Jongin” sela Da Na, membuat Jongin terkekeh mendengarnya. Jongin melonggarkan pelukkannya, menatap mata Da Na dengan tatapan serius. “Sehun…” Da Na merubah raut wajahnya saat Jongin menyebutkan nama itu. “apa kau masih mencintainya?”.
“apa yang sedang kau bicarakan Kim Jongin? Apa sekarang kau memiliki hobi untuk mencampuri urusan orang lain?” Da Na meninggikan suaranya, merasa sedikit kesal karena Jongin sudah terlalu mengikuti kehidupannya.
“Ya, itu sudah menjadi hobiku sekarang! Jadi, jawab aku”.
Da Na menghela nafasnya, percuma saja berdebat dengan Jongin. Dia tidak akan pernah memenangkan perdebatan. “aku… tidak tahu”.
“aku bukanlah tipe orang yang mudah untuk mengatakan tentang perasaanku yang sejujurnya, tapi…” Jongin meletakan kedua tangannya pada pundak Da Na, memaksanya untuk mendengar apa yang akan dia katakan, “tapi, sepertinya aku menyukaimu nona Song”.
-o-
Da Na tengah berbaring diatas ranjangnya dengan mata yang masih terbuka dan bahkan tidak ada tanda- tanda mau terpejam. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 12 malam. Pernyataan Jongin masih terngiang ditelinganya. “apa dia bercanda?” gumamnya. Tiba- tiba sekelebat bayangan- bayangannya bersama Kim Jongin terputar dikepalanya.
“Eish, aku bisa gila kalau begini caranya!” gerutunya.
Ditempat lain Jongin juga tengah berbaring menatap kosong kearah langit- langit kamarnya. Jantungnya masih berdegup kencang akibat dari pernyataannya tadi. Ah, tidak dia memang selalu berdegup jika berdekatan dengan Da Na.
Keesokan paginya, Da Na sudah bersiap untuk pergi ke kampus, bedanya hari ini Da Na berangkat lebih pagi dari biasanya. Ya, Da Na sedang menghindari sesuatu. Lebih tepatnya seseorang.
“Good Morning” sapa seseorang yang ada dibelakang Da Na.
Da Na menoleh ke sumber suara dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui siapa yang ada dibelakangnya. Kim Jongin. Orang yang rencananya akan dia hindari habis- habisan.
“Ya, kau kenapa bisa disini? Sepagi ini?” Da Na menghentikan langkahnya, memberikan tatapan bingung kepada Jongin. “aku tahu kau pasti berencana menghindariku habis- habisan setelah kejadian semalam, tapi… kau tidak perlu melakukannya, karena sepertinya akhir- akhir ini kau akan jarang bertemu denganku”.
Da Na mengerutkan keningnya, “mm? wae? kau akan kembali ke kantor?”. Jongin tersenyum senang mendengar tanggapan Da Na yang terlihat tertarik, “ani, aku hanya akan pergi kesuatu tempat”
-o-
Sudah seminggu ini kehidupan Da Na menjadi sedikit lebih tenang karena belakangan ini Jongin sudah tidak mengganggu dirinya lagi, tidak di kampus, di rumah, tidak dimanapun. Da Na juga sedikit heran karena dia tidak bisa melihat keberadaan Jongin dimanapun, bukankah waktu itu dia bilang sedang mempersiapkan sebuah kompetisi penting? Da Na menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan rasa penasarannya terhadap Kim Jongin untuk sesaat dan memfokuskan diri pada buku tebal dihadapannya. Minggu ini Da Na akan melakukan observasi untuk keperluan skripsinya. Kegiatan ini sungguh menyiksanya. Da Na memutuskan untuk melakukan observasi di Incheon, dia sengaja mengambil lokasi itu karena ini adalah kesempatannya untuk berdekatan kembali dengan sang ibu.
Da Na masih terfokus pada bukunya saat tiba – tiba saja seseorang datang dan duduk tepat dihadapannya. Orang itu langsung mengambil buku dari tangan Da Na. Kata makian baru saja akan keluar namun tertahan melihat siapa yang ada dihadapannya. Oh Sehun.
“Kau benar- benar akan datang?” tanyanya langsung tanpa berbasa- basi. Da Na mengambil buka yang ada digenggaman Sehun dan menganggukan kepalanya, melanjutkan kegiatan membacanya lagi tanpa memperdulikan Sehun.
“Tatap aku saat kita sedang berbicara Da Na-a” sekali lagi Sehun menarik buku yang dibaca Da Na, membuat Da Na sedikit terpancing emosinya. “Kau benar kan datang?”.
Da Na menghela nafas, berharap emosinya tadi meluap. “Hun-a, haruskah kita membahas ini lagi?”.
“Kau benar- benar ingin melihatku berdampingan dengannya?” Sehun tidak menanggapi pertanyaan Da Na dan malah berbalik bertanya kepada Da Na.
Da Na terdiam tidak menjawab. Tatapan mereka bertemu, menggambarkan perasaan masing- masing. Da Na tidak bisa menjawab pertanyaan Sehun, karena dia sendiri bingung dengan perasaannya. Rasa yang dulu pernah dirasakannya terhadap Sehun sedikit meluap, tapi tidak mudah juga bagi Da Na melihat Sehun berdampingan dengan wanita lain. Sementara Sehun, masih pada pendiriannya, tidak membuka hatinya pada siapapun lagi. Seolah- olah hatinya sudah dibuat hanya untuk satu orang.
“Sampai bertemu dipesta pertunanganmu, Hun” Da Na beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Sehun yang hanya menatap kepergian Da Na.
-o-
Da Na tengah duduk diruang tamu kediaman keluarga Kim, dia berniat meminta ijin mengajar selama satu bulan karena akan melakukan penelitian keluar kota. Orang yang paling sedih tentu saja Kim Taeoh, karena artinya tidak akan ada lagi latihan selama satu bulan kedepan. Tapi dibandingkan dengan latihan, Taeoh lebih merindukan kehadiran Da Na disana.
“Baiklah, aku akan mengijinkanmu nona Song, semoga berhasil dengan penelitianmu” Jian tersenyum tulus sementara Taeoh yang berada disebelahnya hanya bisa mencebkkan bibirnya.
“Taeoh-a, jangan seperti itu, kau membuat noona terlihat seperti orang jahat” goda Da Na. “Eoh, kau memang jahat, teganya noona meninggalkanku selama satu bulan, apa yang aku lakukan selama itu?” protes Taeoh masih mencebikkan bibirnya.
“Aku yang akan mengajarimu kalau begitu” Sahut Jian mencoba menghibur Taeoh. “Mwo? Andwae, kau bahkan tidak bisa membaca not dengan benar noona, ck” Taeoh memprotes noonanya dengan keras, membuatnya mendapat hadiah pukulan kecil didahinya.
-o-
Da Na sudah berada didalam bus yang akan mengantarnya pulang, tiba- tiba satu pesan masuk ke dalam ponselnya.
From : Jae Hee-ssi
Kau akan datang bukan? Jae Woo selalu menanyakanmu, apakah kau akan datang ke pesta kami lusa. Ck, anak itu membuatku jengkel, pastikan kau datang dan tidak mengecewakan Jae Woo, ne.
Da Na tersenyum kecil, dan kembali memasukan ponselnya kebagian terdalam tasnya.
-o-
Dua hari kemudian
Da Na tengah duduk tepat ditengah tempat tidurnya, masih mengenakan piyama yang dia kenakan semalam, ini sudah pukul 2 siang sejak Da Na bangun dari tidurnya pagi tadi. Da Na tidak bisa menentukan apakah dia akan datang pada acara pertunangan itu. Sebenarnya Da Na sudah menyiapkan sebuah dress yang akan dia kenakan untuk pergi kesana, Cho Ahra yang memilihkannya. 4 Jam lagi dia harus bersiap- siap dan pergi menuju tempat pesta pertunangan itu.
“Ck, apa aku harus pergi kesana? Aish, apa aku izin tidak datang saja?” kepalanya benar- benar ingin pecah sekarang. Beberapa menit yang lalu Jae Hee sudah mengiriminya sms yang mengingatkannya untuk datang ke pesta pertunangannya, bahkan dia menyiapkan sebuah mobil jemputan yang akan mengantarkan Da Na ke pesta itu.
Da Na melangkahkan kakinya kesebuah ball room hotel ternama di Seoul, dengan make up dan dress sederhana Da Na dengan percaya diri masuk kedalam kerumunan orang yang sama sekali tidak dikenalnya. Tujuannya hanya satu tentu saja segera bertemu dengan orang yang mengadakan pesta ini dan kembali ke apartement secepatnya.
Da Na mengalihkan pandangannya kekanan dan kekiri mencari kedua pasangan yang hari ini resmi bertunangan. Tiba- tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
“noona!” Jae Woo menyungingkan senyumnya sangat senang melihat noona kesayangannya datang. “ku kira kau tidak akan datang”.
“mana mungkin aku tidak datang keacara penting keluargamu Jae Woo-a, aku ini tamu special kalian tahu” canda Da Na, namun wajahnya terlihat sendu saat menangkap kedua pasangan itu yang tengah berjalan kearahnya.
“nona Song kau datang” Jae Hee tampak sangat bahagia, dia tampak cantik didalam balutan gaun putih panjang dengan riasan make up yang tidak berlebihan, membuatnya tampak sangat feminine dan anggun. Tangannya terus saja bergelayut manja pada lengan Sehun yang memperlihatkan raut wajah dingin dan tidak bersahabat.
“chukhaeyo, Jae Hee-ssi, Sehun-ssi” Da Na menjabat tangan Jae Hee dan berniat menjabat tangan Sehun, namun lelaki itu menghiraukannya dan malah menatap dingin kearah Da Na. Da Na tahu Sehun pasti kecewa sekaligus merasa bersalah terhadap Da Na. bagaimana bisa seorang Wanita yang di cintainya datang kepertunangannya dengan wanita lain dengan senyum yang semerkah itu?
“silahkan nikmati pestanya, Jae Woo-a kau temani noona kesayanganmu ini eoh” Jae Hee menarik Sehun menjauh dari Da Na, karena ia merasa terancam jika Sehun terus berada didekat Da Na, bisa- bisa Sehun semakin tidak bisa melupakan gadis itu.
Da Na dan Jae Woo tengah menikmati makanan mereka. Ralat hanya Jae Woo yang menikmatinya, karena sedari tadi Da Na hanya mengaduk- aduk malas makanannya. “noona, gwaenchana?” Jae Woo sedikit khawatir dengna keadaan Da Na karena terlihat sedikit murung. Da Na yang menyadari ke khawatiran Jae Woo langsung merubah raut wajahnya. “aniya, noona baik- baik saja”.
“Jae Woo-a sepertinya noona harus pulang sekarang, sampaikan pada noona mu aku harus pulang karena ada urusan eoh, na kan da” Da Na beranjak dari kursinya dan segera melenggang menuju pintu keluar. Sehun yang melihat Da Na berjalan keluar, langsung berjalan tergesa- gesa mengejar Da Na. Namun, saat sudah tinggal beberapa meter lagi sampai, tiba- tiba saja ada seseorang yang menghentikan langkahnya.
“Kim Jongin, apa yang kau lakukan disini?” Tanya Sehun dengan raut wajah bingung, seingatnya dia tidak mengundang Kim Jongin ataupun ayahnya, karena kejadian buruk yang menimpa hubungan persahabatan mereka membuat Sehun harus berfikir dua kali untuk menjalin kontak kembali dengan keluarga Kim Jongin. Karena rasa bersalah mungkin.
Jongin melepaskan cengkraman tangannya dan memasukannya kembali kedalam saku celanannya. “biarkan dia pergi Oh Sehun, biarkan dia pergi juga dari kehidupanmu” katanya santai.
“mwo? Tidak semudah itu tentu saja Kim Jongin-ssi, aku tidak ada niatan untuk melepaskannya sedikitpun”.
“baiklah, aku tidak akan memaksa kau untuk melepaskannya, tapi aku yang akan membawanya pergi darimu” Sehun membelalakan matanya, sedikit terkejut dengan ucapan Kim Jongin. “Dengar, jika kau memanfaatkan tindakanmu ini hanya untuk balas dendam denganku, kau tidak akan berhasil Kim Jongin-ssi”.
Jongin terkekeh mendengar ucapan Sehun, “huh, balas dendam? Sungguh aku sangat ingin melakukannya, mengingat perbuatanmu dulu padaku Sehun-ssi, tapi, tidak dengannya”, Sehun mengerutkan keningnya.
“awalnya aku juga berfikir seperti itu, setelah mengetahui sejarah hubungan kalian. Akan lebih menyenangkan bukan melihat seorang Oh Sehun hancur berkeping- keeping karena patah hati. Itu akan menjadi tema balas dendam yang menarik” Jongin mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya sementara Sehun hanya mengepalkan tangannya menahan emosi. “tapi, dia berbeda, dia… terlalu berharga untuk dijadikan alat untuk balas dendam”.
“omong kosong, dengar, aku adalah orang yang paling pertama memukulmu jika kau menyakitinya barang sedikit, mengerti!” Sehun melenggang pergi kembali kedalam ball room, sementara Jongin hanya berdiri memandangi kepergiannya dengan senyum miring yang menghiasi bibirnya.
-o-
Da Na tengah duduk disebuah halte didekat hotel tadi, masih menunggu datangnya bus yang akan mengantarnya pulang. Matanya mulai mengantuk karena terlalu lama menunggu. Hari yang semakin mala dan hembusan angin yang menerpanya membuat rasa kantuk itu menguat. Membuat matanya berat dan tubuhnya sedikit limbung, jika saja kesadarannya sudah hilang dapat dipastikan dia akan tertidur dihalte itu. Sementara itu, tidak jauh dari halte bus, sebuah mobil SUV hitam tengah terparkir, siapa lagi kalau bukan Kim Jongin. Sudah lebih dari 2 minggu dia tidak bertemu dengan Da Na, dan saat Jongin mengingat jika hari ini adalah hari pertunangan Sehun dengan Jae Hee berlangsung. Tanpa basa – basi lagi Jongin langsung kembali ke Seoul untuk sekedar melihat keadaan Da Na. memastikan bahwa Da Na tidak akan berlaku yang tidak- tidak, layaknya seseorang yang sedang patah hati. Tapi, apa yang dilihat Jongin sangat berbeda dari dugaannya, Da Na bahkan dengan senyum mengembang menjabat tangan Jae Hee dan mengucapkan selamat.
Jangan terkejut kenapa Jongin bisa mengetahuinya, Jongin sudah mengikuti Da Na dari sejak dia keluar dari apartementnya. Alasan Jongin menghilang selama lebih dari 2 minggu ini, karena dia tengah berada diluar kota untuk mengurus sesuatu.
Jongin terus saja memperhatikan Da Na yang tengah duduk sambil menahan kantuknya, badannya bahkan sudah tidak seimbang karena terus limbung kekiri dan ke kanan, “Ck, dasar gadis bodoh, harusnya kau neik taksi jika ngantuk seperti itu”.
Jongin keluar dari mobilnya dan menghampiri Da Na yang nampaknya sudah tertidur, Jongin langsung menopak tubuh Da Na saat tubuh itu limbung ke kanan. Diletakkannya kepala Da Na pada bahunya, Jongin tidak bisa menahan senyumnya karena jujur dia sangat merindukan gadis yang ada disebelahnya ini. Tapi, saat ini Jongin tengah fokus dengan apa yang sedang dikerjakannya.
Tidak lama bus yang ditunggu Da Na tiba dan membunyikan klakson, membuat Da Na terkaget dan bangun dari tidur (nyenyak)nya. Sementara Jonging langsung mengalihkan wajahnya saat Da Na terbangun. Beruntung Da Na langsung beranjak masuk kedalam bus, tanpa menoleh kearahnya atau merasa curiga.
-o-
Paginya Da Na sudah berada di stasiun kereta yang akan mengantarnya ke Incheon. Hari ini dia akan kembali kerumah orang tuanya. Selain karena rasa rindunya yang teramat, dia akan memulai penelitian tugas akhirnya disana. Perjalanan dari Seoul menuju Incheon tidak lama dengan menggunakan KTX.
Dengan waktu yang cukup singkat Da Na sampai juga distasiun kereta Incheon. Da Na merasa sangat senang saat melihat suasana kota kelahirannya yang tidak banyak berubah. Da Na berjalan menyusuri jalan sambil terus memperhatikan sekitar. Tiga tahun sudah dia meninggalkan tempat kelahirannya ini. Incheon merupakan salah satu kawasan wisata yang sering dikunjungi oleh turis. Tidak heran jika Da Na menembukan beberapa orang asing berlalu lalang dijalan. Tempat tinggal Da Na terletak daerah Songwol, sebuah desa wisata karena memiliki karakter yang menarik. Rumah- rumah dikawasan ini sudah lama diubah menjadi kawasan wisata yang sama seperti desa mural Seoul.
Setelah cukup lama berjalan, Da Na tiba pada sebuah rumah mungil yang merangkap sebagai toko kue dengan dekorasi unik dan tembok yang penuh dengan gambar- gambar menarik. Terlihat sang ibu yang tengah melayani seorang pelanggan.
“eomma!” Da Na langsung menghambur kearah ibunya memeluk ibunya erat karena rasa rindu yang amat sangat.
“Omo, uri dal, kenapa tidak bilang kalau kau pulang hari ini, aku pasti akan menyiapkan sesuatu yang enak untukmu” Ny. Song kaget melihat anaknya yang sudah lama jauh tiba- tiba datang menemuinya.
“bogosipoyeo, eomma!! Aku akan berada disini cukup lama karena penelitianku” jelas Da Na dan hanya dibalas anggukan oleh ibunya. Da Na masih belum melepaskan pelukan ibunya, sampai sebuah suara menginterupsi kegiatan mereka.
“ehem..” Da Na langsung menolehkan pandangannya menuju asal suara, matanya melebar saat mengetahui siapa yang menganggu sesi lepas rindunya barusan. Tapi setelah tahu siapa yang datang, Da Na langsung melepaskan pelukan dari ibunya dan menghambur ke seseorang yang baru datang tadi.
“IMO!!” Da Na memeluk seorang wanita yang dipanggilnya bibi itu, sementara yang dipeluk hanya meringis dan menahan senyum.
“Ck, setelah sekian lama kau tidak pulang, untuk apa kau datang kemari, anak nakal?” bibi yang sering Da Na panggil Imo itu memukul punggung Da Na, tapi Da Na hanya tertawa menanggapinya.
“Ck, Imo pikir aku senang jauh dari eomma dan Imo yang cantik satu ini?” goda Da Na, mereka akhirnya tertawa bersama.
-o-
“Bagaimana Jongin-a? Apa kau bisa mengawasi jalannya proyek itu dengan baik?” Tanya seseorang diseberang telepon sana. Sementara Jongin yang tengah duduk santai dibalik kursi penumpang mobilnya menjawab santai.
“tentu saja appa, kau tidak perlu khawatir, sekertaris Jung akan selalu mengirimkan perkembangannya pada appa” Jongin memutuskan sambungan telepon dan memasukkan ponselnya kedalam saku didalam jas licinnya. Tiba- tiba saja Jongin mengeluarkan senyuman miringnya dan tatapan yang tidak bisa diartikan.
“Jadi, kau disini rupanya….”
“eomma…”
-o-TBC-o-
Mianhae~~ Lama banget updatenya daaaan mungkin mengecewakan karena gak seberapa panjang. hiks. Sumpah liburan lagi out of idea banget, padahal banyak waktu untuk ngetik. Ada yang bisa bantu?? Rekomendasiin drama, novel atau FF romantis yang bagus- bagus. Let me know, if you have one.
Kayanya faktor para oppa-oppa kesayangan belum nongol lagi di live broadcast V app deh, hahaha. Kangen banget sih, apa lagi belum ada solo cam dari Kai.
By the way, makasih buat yang masih nungguin setiap kelanjutan cerita dari FF ini, you are is my precious, walaupun teteup Kai number one ya. Daan maaf kalo mengecewakan. euum… aku buat endingnya kaya gini biar bikin penasaran aja sih, hahaha. Strategi marketing banget dah.
Thank you for attention and see ya on the next chapter!!!